Archive for 24 September 2010

Densus88 Dalangi Fitnah Nasional Ormas-Islam   Leave a comment


Setelah penangkapan Ustad Abu Bakar Ba’asyir menjelang bulan Ramadhan lalu, seorang petinggi di Republik ini yang merupakan anggota Kabinet mendatangi salah satu ketua Ormas Islam yang sering dipandang oleh Pemerintah sebagai Ormas Islam garis keras. Dalam pembicaraan tersebut, sang petinggi meminta agar Ormas Islam tersebut tidak usah mempersoalkan mengenai penangkapan Ustad Abu Bakar Ba’asyir. Sang petinggi berusaha memaparkan bukti-bukti keterlibatan Ustad ABB dalam kegiatan pelatihan di Aceh.

Namun bukti-bukti tersebut seluruhnya disanggah oleh Ketua Ormas Islam dengan balik memaparkan rekayasa seorang deserter brimob dan dua orang anggota aktif Polri dalam perencanaan dan penyediaan senjata untuk pelatihan militer di Aceh pada Januari 2010.

Cerita yang disampaikan kepada sang Petinggi cukup detail. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. Pagi itu, pada setiap akhir minggu sekitar Februari – Maret 2009, 10 orang pemuda Aceh yang direkrut oleh Sofyan Tsauri, ditugaskan untuk pergi ke pasar kaget mingguan, yang berjarak pulang pergi lebih kurang 10 km, dengan berjalan kaki. Ini memang kegiatan rutin mingguan yang diwajibkan oleh Sofyan Tsauri kepada anak didiknya, setiap orang harus berjalan sendirian tanpa boleh didampingi siapapun.

Ada lagi kegiatan lain yang diwajibkan oleh Sofyan Tsauri, yaitu pergi ke sebuah masjid yang sudah ditentukan oleh Sofyan Tsauri, yang juga berjarak cukup jauh dan selalu berpindah dari satu masjid ke masjid lainnya, juga harus berjalan sendirian, dan di masjid yang ditentukan ini Sofyan sudah menunggu anak didiknya, kemudian Sofyan berceramah layaknya seorang Ustad kepada anak muridnya.

Diantara satu dua hari dalam satu minggu, Sofyan mengajak anak didiknya untuk latihan menembak di lapangan tembak Mako Brimob Kelapa Dua Depok. Latihan menembak ini menggunakan senjata sungguhan. Untuk latihan fisik, Sofyan menggembleng anak-anak yang seluruhnya berasal dari Aceh ini berlatih di lapangan samping Mako Brimob Kelapa Dua Depok.

Pada sessi latihan malam hari, Sofyan melakukan indoktrinasi kepada anak didiknya ini dengan menyatakan bahwa dibolehkan untuk mengambil harta dari pemerintah Thogut, dan selain itu juga, untuk dana operasional “jihad” dibenarkan untuk merampok Bank dan harta orang kafir lainnya. Kalimat-kalimat provokasi sering kali diucapkan oleh Sofyan Tsauri dalam sessi latihan malam ini, diantaranya adalah untuk membunuh orang-orang asing yang berada di Aceh.

Sesungguhnya cerita soal Sofyan Tsauri di Aceh ini, bermula dari pembukaan posko relawan untuk Gaza pada awal 2009 yang lalu. Ketika itu, Israel membombardir Gaza secara membabi buta. Umat Islam di seluruh dunia merespon tindakan biadab Israel ini dengan membuka berbagai posko relawan untuk diberangkatkan ke Gaza.

FPI adalah salah satu ormas Islam yang membuka kesempatan bagi para relawan untuk berangkat ke Gaza. Secara teknis FPI Aceh melaksanakan kegiatan ini, hingga mampu menjaring lebih kurang 160 relawan. Dalam pelatihan tersebut FPI Aceh berusaha mencari pelatih yang berpengalaman baik dari pihak TNI maupun Polri. Akan tetapi kedua institusi ini tidak bersedia untuk menyediakan tenaga pelatih.

Akhirnya, entah melalui siapa, datanglah seorang yang mengaku memiliki pengalaman tempur di Afghanistan dan Palestina menawarkan diri untuk menjadi pelatih di Aceh. Tanpa prasangka buruk, panitia rekrutmen relawan untuk Gaza yang ada di Aceh ini, menerima sang pelatih yang kemudian diketahui bernama Sofyan Tsauri. Dilaksanakanlah pelatihan selama lebih kurang satu bulan, mulai Januari hingga awal Februari 2009. Pelatihan ini berlangsung secara terbuka dan tanpa menggunakan senjata.

Ternyata pelatihan ini tidak berhenti hingga disini, secara perorangan Sofyan menghubungi beberapa mantan peserta pelatihan sebelumnya, dan mengajak mereka untuk berlatih di Kelapa Dua Depok. Akhirnya sejak Februari hingga Maret 2009 berlangsunglah cerita pelatihan di Kelapa Dua Depok seperti yang diatas.

Cerita terus berlanjut, Sofyan dengan modal akses anak anak Aceh, bahkan merencanakan untuk melakukan pelatihan militer di Aceh. Senjatapun disiapkan melalui dua orang anggota polisi aktif yaitu Briptu Tatang Mulyadi dan Biptu Abdi Tunggal sebagai pemasok senjata dan amunisi. Namun sepertinya, pelatihan yang berlangsung Januari 2010 kali ini, memang disiapkan untuk disergap dan dikampanyekan sebagai kegiatan terorisme. Sehingga para peserta pelatihan banyak yang menyerahkan diri dan bahkan menyerahkan senjata yang sudah ada ditangan.

Dari pelatihan yang berlangsung Januari 2010  inilah kemudian cerita berkembang dan berujung pada penagkapan Ustad Abu Bakar Ba’asyir. Dikatakan oleh Polisi bahwa perancang pelatihan ini adalah Dul Matin yang sudah tewas ditembak oleh Polisi, sehingga tidak bisa lagi di konfirmasi. Dul Matin mendapatkan restu dari Ustad Abu untuk melakukan pelatihan di Aceh, pertemuan meminta restu ini diatur dan disaksikan oleh seorang bernama Lutfhi Haidaroh alias Ubaeid. Ini sebetulnya pengulangan dari scenario bom bali I, ketika dakwaan terhadap Ustad Abu juga disambungkan secara kasar kepada Amrozi, Muklas dan Imam Samudra.

Kali ini cerita agak lebih seru, karena rekayasa issu terorisme ini sudah tercium sejak awal. Dalam konferensi persnya, Kepolisian membenarkan keterlibatan dua personel polisi dan satu mantan personel polisi dalam jaringan teroris yang melakukan pelatihan di Aceh. “Betul ada  keterlibatan anggota Polri,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Edward Aritonang di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 10 Agustus 2010.

Dia mengatakan, tiga orang itu adalah Sofyan Tsauri, bekas anggota Sabhara Polda Meto Jaya; Brigadir Satu Tatang Mulyadi; dan Brigadir Satu Abdi Tunggal dari Satuan Logistik Bagian Gudang Senjata. “Sofyan sebelumnya sudah dipecat,” kata Edward.

Menurut Edward, Sofyan pernah dikirim bertugas di Aceh. Di sana, Sofyan yang beristrikan orang Aceh itu kembali ke Jakarta, namun kemudian tidak masuk kerja hingga dipecat.

Sofyan yang suka berdakwah itu kemudian mengumpulkan orang-orang yang memiliki latar belakang militer yang punya kemampuan melatih dari kesatuan-kesatuan kepolisian. Sofyan pun kemudian kembali ke Aceh dan kemudian berkenalan dengan Yusuf Kurdowi.

Selanjutnya, Sofyan merekrut orang-orang yang akan diberangkatkan ke Jalur Gaza Palestina pada 2009. “Dibawa latihan menembak. Kebetulan Sofyan punya teman di Brimob dan punya klub menembak dan melakukan latihan menembak ilegal,” kata dia.

Untuk menyuplai senjata bagi kelompok teroris di Aceh, Sofyan kemudian menghubungi dua petugas logistik Polri yakni Tatang Mulyadi dan Abdi Tunggal. “(Sofyan) Berhasil mempengaruhi dua anggota kami yang bertugas sebagai bintara urusan logistik, khususnya menyangkut senjata yang akan dihapus (disposal) dan di sana Sofyan berhasil mendapatkan senjata dan amunisi yang diserahkan ke kelompok pelatihan di Aceh,” kata dia.

“Ketiganya sudah ditahan dan termasuk 102 yang ditahan. Satu Sofyan dan dua anggota Polri aktif. Jadi betul ada keterlibatan anggota polri di dalamnya secara perseorangan,” kata Edward.

Cerita mengenai penyusupan dan rekayasa intelijen di tubuh gerakan Islam memang sudah tidak asing lagi di Republik ini. Salah satu yang memberikan informasi tersebut adalah Mardigu.  “JAT itu sudah lama disusupi intel, dan sampai sekarang hal itu masih dilakukan oleh kepolisian,” ujar pengamat teroris Mardigu Wowiek Prasantyo saat dihubungi detikcom, Jumat (13/8/2010).

Menurut Mardigu, intel memiliki dua cara kerja, yakni mengawasi dari dalam dan masuk ke jaringan, atau hanya mengawasi dari luar tanpa harus masuk kedalam jaringan yang sedang diawasinya.

“Kalau JAT itu diawasi dari luar, sekarang sudah jarang intel yang menyusup sampai ke dalam jaringan teroris, saya juga tidak tahu kenapa?,” terangnya.
Intel akan berusaha meredam setiap aksi yang akan dilakukan jaringan tertentu yang dinilai mengganggu stabilitas negara. Namun bila hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh intel, densus 88 menjadi garda terakhir.

“Biasanya ada jaringan yang tidak kompromis, dalam artian usaha intel untuk membujuk gagal. Kalau sudah seperti ini maka densus yang turun tangan,” terangnya.

Menurut Mardigu, organisasi keras kerap sekali mendapatkan tawaran atau bujukan tertentu agar mengurungkan niatnya. tawaran tersebut biasasnya dilakukan oleh intel. “Itu salah satu cara untuk meredam aksi organisasi tertentu. Biasanya ditawari sesuatu atau uang,” tutupnya.

Rekayasa dalam kasus-kasus terorisme ini nampaknya semakin kental terasa. Salah satu yang cukup aneh dan tidak dikritisi oleh kebanyakan media massa adalah kasus Ali Al khelaw, seorang warga Saudi yang dituduh sebagai penyandang dana peristiwa Bom Marriot dan Rizlt Carlton. Ali dituduh mendanai kegiatan tersebut dari dana yang dibawa dari luar. Padahal dalam fakta persidangan, terungkap bahwa Ali justru kabut dari Saudi Arabia, tempat asalnya karena terlilit hutang. Atas budi baik salah seorang temannya, Ali mendapatkan pinjaman yang sebagaian digunakan untuk membayar hutang dan sebagian digunakan untuk berangkat ke Indonesia. Sisa dari uang inilah sebesar Rp.50 juta digunakan untuk membeli Warnet melalui perantara Saifudin Zuhri yang juga ditembak mati oleh Polisi. Warnet tersebut dijalankan oleh seorang yang bernama Iwan Kurniawan, dan ini adalah bisnis yang halal dan legal. Akan tetapi karena uang fee yang diberikan kepada Saifudin Zuhri karena memperkenalkan dengan Iwan Kurniawan inilah yang menyebabkan Ali harus berurusan dengan pengadilan dan dituduh sebagai penyandang dana bom Marriot dan Rizlt Carlton.

Dalam perang melawan terorisme ini, tidak jarang Kepolisian melalui Densus 88 maupun Satgas Anti Bom melakukan berbagai macam metode penyiksaan. Tujuan dari penyiksaan ini selain mendapatkan pengakuan adalah juga sebagai metode standar dalam perang melawan terorisme.

“Saya kira apa yang selama ini dilakukan Densus 88 dalam menginterogasi dengan cara menyiksa secara keji para tersangka teroris sebelum diadili, merupakan pelanggaran HAM dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Ini tidak bisa lagi ditoleransi, sebab bangsa Indonesia adalah bangsa merdeka yang menjunjung tinggi HAM. Kita harus hapuskan kekejian semacam ini. Saya mengusulkan agar dibentuk Panja untuk menyelesaikannya,” tegas anggota Komisi III dari FPP, Ahmad Yani, yang akhirnya disetujui seluruh unsur pimpinan dan anggota Komisi III DPR yang hadir dalam pertemuan tersebut.

…apa yang selama ini dilakukan Densus 88 dalam menginterogasi dengan cara menyiksa secara keji para tersangka teroris sebelum diadili, merupakan pelanggaran HAM dan prinsip-prinsip kemanusiaan…

Sedangkan menurut Nudirman Munir, tindakan Densus 88 itu merupakan abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) dari Polri terhadap umat Islam dengan tuduhan terorisme. Dengan melakukan penyiksaan, polisi telah melakukan pelanggaran HAM berat.

“Cara yang dilakukan Densus 88 dengan metode penyiksaan kejinya jelas menunjukkan jauhnya mereka dari kepribadian bangsa Indonesia. Apa kita ingin menciptakan Kamp Penyiksaan Guantanamo kedua di Indonesia,” tegas Nudirman Munir dengan merujuk Kamp Penyiksaan Guantanamo milik AS di Kuba.

“Cara yang dilakukan Densus 88 dengan metode penyiksaan kejinya jelas menunjukkan jauhnya mereka dari kepribadian bangsa Indonesia. Apa ingin menciptakan Kamp Penyiksaan Guantanamo kedua di Indonesia?…

“Densus 88 dan Satgas Anti Bom berperan seperti Kopkamtib pada masa Orde Baru dengan melakukan tindakan represif terhadap para aktivis Islam yang berseberangan dengan pemerintah. Saya minta keuangan Densus 88 dan Satgas Anti Bom diaudit, sebab pendanaannya tidak diambilkan dari APBN tetapi dari bantuan asing,” tegas Munarman.

Adapun tindakan keji dan biadab yang dilakukan Densus 88 dan Satgas Anti Bom, diceritakan secara jelas dan terperinci oleh Ustadz Abu Jibril, ayah Muhammad Jibril, tersangka teroris yang sempat mengalami penyiksaan keji dan disaksikan langsung Komjen (Pol) Gories Mere.

“Wajah anak saya sampai hancur dipukuli para interogatornya selama seminggu dan disaksikan langsung Gories Mere. Bahkan anak saya juga ditelanjangi dan dipaksa melakukan sodomi. Padahal sebelumnya tiga Jenderal Polisi dari Mabes Polri yakni Komjen (Pol) Saleh Saaf, Komjen (Pol) Susno Duadji dan Brigjen (Pol) Saud Nasution (Komandan Densus 88) telah menjamin anak saya tidak akan diapa-apakan. Namun ternyata ketiga Jenderal Polisi itu tidak mampu mencegah kekejian Gories Mere dan anak buahnya yang Kristen Katolik itu,” ungkap Abu Jibril dengan menitikkan air mata.

…Satgas Anti Bom yang dipimpin Komjen (Pol) Gories Mere bertanggungjawab langsung kepada Kapolri. Satgas Anti Bom inilah yang paling berperan dalam menyiksa dan membunuhi para tersangka aktivis Islam yang dituduh sebagai teroris…

Akhirnya, dalam pernyataan yang dibacakan Sekjen Muhammad Al Khaththath, FUI menyatakan menolak segala bentuk terorisasi Islam dan tokoh Islam beserta umatnya. Mengecam penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir oleh Densus 88 ketika sedang berdakwah di Jawa Barat. Penangkapan Ustadz Abu merupakan politik rekayasa terorisme, politik pengalihan isyu dan politik pemberangusan gerakan Islam. Rekayasa terorisme telah dilkukan desersir polisi Sufyan Tsauri dalam merekrut dan membiayai pelatihan militer di Aceh. Sebelumnya pelatihan teroris telah dilakukan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat yang disponsori Sufyan Tsauri. Namun anehnya justru Ustadz Abu yang tak tahu apa-apa dijadikan kambing hitam. Untuk itu FUI menuntut pembebasan Ustadz Abu tanpa syarat serta menyerukan umat Islam Indonesia untuk merapatkan barisan dan memperkokoh ukhuwah Islamiyah dalam melawan kezaliman yang dilakukan oleh penguasa.

“Kita minta Komisi II bisa mengaudit dana Densus, karena selama ini tidak jelas siapa yang biayai Densus karena Densus tidak pernah dibiayai APBN,” ujarnya.

FUI mengklaim pihaknya memilki bukti aliran dana luar negeri untuk pembiayaan operasional kepolisian. Densus disebutkan menerima USD 7,7 juta. “Ini data dari Deplu Amerika langsung,” klaim FUI. Untuk pembentukannya Densus mendapatkan dana sebesar US $ 12 juta pada tahun 2002.

Setelah mendapat laporan mengenai kebiadaban aparat Densus 88 Mabes Polri dalam menyiksa para tersangka “terorisme” saat interogasi dalam tahanan dan proses penangkapan sewenang-wenang terhadap Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, akhirnya Komisi III DPR RI sepakat akan membentuk Panitia Kerja (Panja) Pencari Fakta Pemberantasan Terorisme.

Demikian antara lain hasil dari dengar pendapat antara Komisi III DPR RI dengan Forum Umat Islam (FUI) yang dihadiri hampir 50 ormas Islam di Gedung DPR-MPR Senayan, Jakarta, Selasa (31/8). Dari FUI diwakili KH Muhammad Al Khaththath (Sekjen), Achmad Michdan (TPM), KH Mudzakir (FPIS), Munarman (FPI), Chep Hernawan (GARIS) dan Ustadz Abu Jibril (MMI), Ust. Sobri Lubis (FPI), Aru Syeif Ashadullah (Suara Islam), Ustadzah. Nurdiati Akma (MPU), dan Tokoh FUI lainnya. Sedangkan Komisi III diwakili Fachri Hamzah dan Aziz Syamsuddin (Wakil Ketua), Ahmad Yani, Nudirman Munir, Adang Darojatun (anggota) dan lain-lain.

Sebelumnya, Pimpinan FUI, antara lain HM. Cholil Badawi, KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie, Habib Rizieq Shihab, Ahmad Sumargono, KH. Cholil Ridwan, Sekjen FUI M. Al-Khaththath, Munarman serta Luthfie Hakim berhasil menemui Menteri Agama Suryadharma Ali menyampaikan sejumlah tekanan-tekanan yang dialami umat Islam, antara lain kasus Ciketing-Bekasi yang telah dieksploitasi HKBP. Soal lain terkait kasus Ahmadiyah, dan rekayasa pendiskreditan Ormas Islam.

Rupaya Menag Sangat responsif dan membenarkan adanya tangan-tangan jahat yang selalu merekayasa pendiskreditan terhadap Islam dan umat Islam di negeri yang justru mayoritas Islam ini.  Beberapa hari kemudian Menag menyatakan dengan tegas pendiriannya bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat yang harus dibubarkan.

Source : Suara-islam


Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Tagged with ,

Peristiwa 11 September Harus Terulang   Leave a comment


Rabu, 3 September 2008 korespenden Timur Tengah Jihad Magz berhasil mewawancarai Syekh Umar Bakri Muhammad (OBM) dari kediaman beliau di Beirut, Libanon. Beliau adalah seorang ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan pakar dalam bidang jama’ah dan kelompok-kelompok Islam. Di tengah-tengah kesibukannya,  beliau dengan semangat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Jihad Magz tentang masalah 911 dan Al Qaeda. Berikut hasil wawancara tersebut.

Jihad Magz : Alhamdulillah, rasa syukur yang tak terhingga dengan kesempatan wawancara ini. Assalamu’alaikum. Warahmatullahi Wabarakatuh. Apa kabar Ustadz ?

Syekh OBM :

Wa’alaikumussalam. Warahmatullahi Wabarakatuh, Segala Puji Bagi Allah, Salam dan Shalawat semoga tetap tercurah kepada Rasulullah SAW, bersama para Sahabat dan keluarganya. Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada Jihad Magz yang memberikan kesempatan kepada saya. Berikutnya saya berdoa kepada Allah SWT agar menjadikan bulan Ramadhan ini, bulan kemenangan untuk seluruh kaum Muslimin, Amien.

Jihad Magz : 11 September 2008 tepat 7 tahun peristiwa 911. Dahulu, di tahun 2003  ustdaz pernah mengadakan ‘peringatan’ peristiwa tersebut. Apa motivasi Ustadz mengadakan acara tersebut ? Ke depan, apakah tetap relevan untuk mengenang peristiwa tersebut bagi kaum Muslimin ?

Syekh OBM :

Saya memiliki motivasi berikut :

  1. Mendiskusikan sebab dan akibatnya
  2. Menunjukkan kepada seluruh dunia motivasi yang sesungguhnya dari serangan tersebut
  3. Membuktikkan keabsahannya dalam pandangan Islam
  4. Menunjukkan kegagalan dan kemunafikan para sekutu musuh
  5. Membela singa-singa Tauhid dan Jihad
  6. Mengajak ummat untuk mendukung Mujahidin dan para Da’i
  7. Menyemangati para pemuda Islam untuk menjadikan ke-19 singa tersebut sebagai teladan dalam berkorban
  8. Mengingatkan bahwa ke-19 pemuda tersebut telah mengubah sejarah, menghancurkan toghut di masa ini, menunjukkan kejahatan dan kebohongan musuh. Di samping itu mereka juga menggentarkan musuh-musuh Allah dan memuaskan hati kaum Mu’minin di seluruh dunia.

Tidak ada keraguan lagi bahwa serangan tersebut telah menghinakan musuh Islam dan meningkatkan derajat ahlu Tauhid dan memurnikan kaum Muslimin. Di samping itu, juga untuk membedakan kaum Muslimin yang sejati dengan munafikin.

Sesungguhnya, ketika orang-orang sekarang berbicara tentang situasi dunia terkini mereka sedang berbicara tentang kondisi sebelum 911 dan sesudah 911. Sebagai contoh:

  • Image tentang Amerika sebelum 911 tidak sama dengan setelah 911
  • Kondisi ekonomi Amerika sebelum 911 tidak sama dengan setelah 911
  • Kebijakan keamanan Amerika sebelum 911 tidak sama dengan setelah 911
  • Harga minyak dan nilai tukar dollar berbeda sebelum 911 dengan setelah 911
  • Kaum Muslimin sebelum 911 berbeda dengan setelah 911
  • Para ulama yang haq sebelum 911 berbeda dengan setelah 911

Jihad Magz : Ok. Ustadz berpendapat banyak sekali tanda-tanda kekuasaan Allah SWT (Almighty Signs of Allah SWT) terkait peristiwa 911. Bisa dijelaskan poin-poin pentingnya ?

Syekh OBM :

Sesungguhnnya ada beberapa tanda-tanda kebesaran Allah atas peristiwa 911. Sedangkan teori konspirasi itu menjadi bagian dari perang psikologi. Berikut beberapa tanda-tanda kebesaran Allah atas peristiwa 911 :

1- SEKELOMPOK KECIL ORANG MENGALAHKAN SEKELOMPOK BESAR

AS tidak menduga akan diserang oleh sekelompok kecil orang, tetapi mereka menduga akan diserang oleh sebuah negara; akan tetapi Allah (subhaanahu wa ta’aala) berfirman:

“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.?…” [QS. Al-Baqarah : 249]

2- SEMUA PERHITUNGAN DAN PERTAHANAN MEREKA GAGAL KARENA ALLAH MENGIRIM ORANG-ORANG DENGAN SUATU CARA YANG TIDAK MEREKA SANGKA-SANGKA

Allah (subhaanahu wa ta’aala) telah memberitahu kita mengenai orang-orang Yahudi. Mereka membangun benteng yang besar untuk mempertahankan diri mereka, dan mereka sombong:

“mereka yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah akan mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka.” [QS. Al-Hasyr : 2]

Amerika juga yakin akan aman dari semua kejadian buruk, karena mereka tidak mempunyai negara tetangga yang harus ditakuti, mereka mempunyai rudal antar-benua, mereka mempunyai jet-jet tempur, mereka mempunyai tank-tank, mereka mempunyai setiap macam pertahanan dan menduga bahwa mereka telah mempersiapkan diri dari segala bentuk serangan. Akan tetapi, mereka tidak menduga bahwa 19 mujahid dapat melakukan apa yang mereka kehendaki.

Selain itu, setelah peristiwa 911, mereka mengubah rencana-rencana mereka seluruhnya. Mereka mulai mengutuk dan berupaya mendistorsi (makna) Tauhid, Al-Walaa’ wal Baraa’, Da’wah, dan Jihad. Mereka mengumumkan bahwa musuh sesungguhnya adalah kaum Muslimin dan Islam.

3- KITA TIDAK MEMBUNUH, TETAPI ALLAHLAH YANG MEMBUNUH

Allah (subhaanahu wa ta’aala) berfirman:

“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar…” [QS. Al-Anfaal : 17]

AS telah mengkalkulasi pesawat-pesawat yang menghantam World Trade Centre yang dibangun untuk tahan terhadap benturan, dan kenyataannya benar-benar hancur. Lebih jauh lagi, seharusnya bangunan tersebut tidak runtuh sedemikian hebatnya sebagaimana yang terjadi, dan seharusnya tidak ada bangunan lain runtuh bersama-sama dengan WTC tanpa terkena hantaman – sebagaimana yang terjadi pada peristiwa 911. Tidaklah itu terjadi kecuali Allah (subhaanahu wa ta’aala) yang meruntuhkan World Trade Centre.

Allah memerintahkan kita untuk melakukan usaha tersebut, dan hasilnya diserahkan kepada Allah. Ini bukan berasal dari kita ataupun dari perbuatan-perbuatan kita sendiri.

4- AKAN ADA ORANG-ORANG YANG MENGORBANKAN DIRINYA HANYA SEMATA-MATA KARENA ALLAH

Allah (subhaanahu wa ta’aala) berfirman:

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.” [QS. Al-Baqarah : 207]

Setelah peristiwa 911, kita melihat seseorang mengorbankan dirinya seluruhnya semata-mata hanya karena Allah, jabatannya, tanahnya, negaranya, kedudukannya, kekayaannya, semuanya untuk melindungi seorang Muslim dari (kejahatan) orang-orang kafir.

Pihak kuffar menawarkan kepadanya dukungan dana, menawarkan kepadanya pengakuan internasional, mereka menawarkan segalanya untuk mendapatkan Syekh Usamah bin Ladin, dan dia mengatakan kepada mereka untuk masuk ke neraka. Bahkan selanjutnya, mereka menawarkan kepada Mullah Omar banyak dan lebih banyak lagi dan dia tetap menolaknya.

5- ALLAH MEMBERIKAN KEMENANGAN DENGAN CARA MENCAMPAKKAN KETAKUTAN DALAM HATI MUSUH

Pihak kuffar begitu ketakutan, sehingga mereka tidak ingin keluar untuk berperang di daratan. Mereka terus menjatuhkan bom ke gunung-gunung di Afghanistan hingga amunisi ketiga AS akhirnya digunakan di Afghanistan, dan mereka telah mengeluarkan anggaran sebesar lebih dari $68.000.000.000 di Afghanistan. Mereka sangat ketakutan hanya karena satu sumpah yang diucapkan seorang lelaki tua – Syekh Usamah bin Ladin, di sebuah pegunungan di Afghanistan.

Walaupun mereka sombong, mereka membual, dan mereka mempunyai semua macam senjata dan teknologi, namun mereka bertekuk-lutut dalam ketakutan oleh 20 orang 20 Muslim: seorang lelaki tua dan 19 lelaki muda.

6- BAHWA TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT MENDATANGKAN KEMUDHARATAN KECUALI APA YANG ALLAH TELAH TETAPKAN

Allah (subhaanahu wa ta’aala) berfirman dalam sebuah hadits Qudsi:

“Jika semua orang bersatu untuk mendatangkan keburukan padamu, maka mereka tidak akan pernah mendatangkan keburukan padamu kecuali apa yang Allah (subhaanahu wa ta’aala) telah tetapkan, dan jika semua orang bersatu untuk mendatangkan kebaikan padamu, maka mereka tidak akan pernah mendatangkan kebaikan padamu kecuali apa yang Allah (subhaanahu wa ta’aala) telah tetapkan …” [40 Hadits Qudsi An-Nawawi]

Jihad Magz : Ustadz nampaknya begitu ‘mendukung’ sepak terjang Syekh Usamah bin Ladin. Dalam sebuah ceramah Ustadz pernah mengatakan bahwa Syekh Usamah adalah pemimpin kita, Pahlawan kita. Mengapa Ustadz sampai berpendapat demikian terhadap Syekh Usamah ?

Syekh OBM :

Tidak ada keraguan lagi atas kepemimpinan Syekh Usamah bin Ladin, beliau menjadi legenda dan contoh yang baik bagi kaum Muslimin. Beliau teguh bertawakal melawan musuh-musuh Islam dan menghidupkan kembali kewajiban jihad yang dilupakan ummat untuk meninggikan agama Allah SWT.

Jihad Magz : Jadi Syekh Usamah bin Ladin dan Al Qaeda sudah menjadi sebuah fenomena. Dalam sebuah wawancara dengan TV Libanon, Ustadz pernah mengatakan bahwa setiap muslim ‘berbagi’ dengan mereka. Bisa dijelaskan lebih jauh tentang masalah ini ?

Syekh OBM :

Sesungguhnya Al Qaeda memang menjadi fenomena di dalam umat ini. Tidak hanya sebuah pemikiran tetapi telah menjadi sebuah pemahaman bagi ummat. Kaum Muslimin berbagi dengan mereka, dalam aqidah, perjuangan dan tujuan, aqidah Tauhid dan Al Wala wal Bara, serta Dakwah dan Jihad untuk menegakkan Negara Tauhid atau Khilafah.

Jihad Magz : Ustadz, Anda sering disebut sebagai ‘Orang Usamah di London’. Anda mengenal Syekh Usamah bin Ladin secara pribadi, atau memiliki hubungan khsusus ?

Syekh OBM :

Sayang sekali, Saya belum pernah memiliki kesempatan untuk bertemu Syekh Usamah, atau menjadi anggota Al Qaeda, sesungguhnya suatu kemuliaan dari Allah SWT untuk menjadi anggota Al Qaeda, tetapi saya tidak bisa mengklaim sesuatu yang tidak saya lakukan. Namun demikian, tidak salah memiliki hubungan dalam ukhuwah Islamiyah.

Jihad Magz : Sebelum peristiwa Bom London 7/7, Ustadz pernah diberitakan memberitahu polisi bahwa sel Al Qaeda Eropa berencana melakukan serangan ke pemerintah UK. Mengapa Anda memberitahu mereka dan untuk apa ?

Syekh OBM :

Hal itu tidak benar. Pertama, saya tidak pernah memiliki informasi tentang sebuah serangan. Kedua, jika seseorang mengkhawatirkan sebuah serangan apakah dia setuju atau tidak, maka  tidak diperbolehkan memberitahu polisi karena hal itu adalah tindakan seorang murtad. Jika saja seperti yang dipublikasikan saya mengetahui tentang rencana serangan, saya tidak akan pernah memberitahu polisi sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa munafikin di kalangan kaum Muslimin. Sesungguhnya dalam zaman dimana jihad diwajibkan pada masa itu, saya yakin setiap muslim harus berpartisipasi dalam jihad, baik dalam ucapan, perbuatan, atau bantuan dana sesuai dengan kemampuan.

Saya sungguh-sungguh telah membantu dalam kebaikan semampu saya dengan berbagai cara dan media adalah salah satunya. Ya, saya telah memperingatkan masyarakat Muslim lewat media beberapa kali untuk menjauhi gedung-gedung kedutaan dan pemerintahan, karena saya memiliki analisa dari rekaman Syekh Usamah atau Syekh Aiman dari waktu ke waktu, Itulah sebebnya media melaporkan setelah serangan 7/7 bahwa saya telah mengetahuinya.

Jihad Magz : Ustadz sering dianggap memiliki ‘kekebalan’ politik dan keamanan terhadap kepolisian UK, sehingga Ustadz tidak pernah ditahan. Apakah demikian ? Dan apa maksud dari ‘Perjanjian Keamanan’ ?

Syekh OBM :

Saya telah ditahan dan diinterogasi oleh polisi Inggris beberapa kali dari tahun 1986 hingga 2004, akan tetapi Allah SWT telah menjadi pelindung saya. Saya segera meninggalkan UK yang menjadi kejutan bagi semua orang. Adapun tentang perjanjian keamanan itu (Al Ahad atau Aqed Al Amaan), harus didasarkan hukum syar’i dimana jiwa dan harta kaum Muslimin memiliki kesucian karena keIslamannya, dimana jiwa dan harta orang-orang kafir tidak memiliki kesucian hingga mereka memeluk Islam atau memiliki perjanjian keamanan dengan kaum Muslimin (Aqedul Amaan) yang dibagi menjadi dua :

1. Aqedul Amaan Al Haqiqi seperti suaka politik.

2. Aqedul Amaan Al Urfi seperti visa kunjungan.

Sedangkan dua perjanjian di atas memiliki dua bentuk, yakni:

  1. Perjanjian keamanan individu : Perjanjian antara seorang muslim dengan kaum non muslim atas nama dirinya sendiri. Jika mereka melanggar perjanjian itu atas dirinya, maka tidak memperngaruhi kaum Muslimin secara keseluruhan.
  2. Perjanjian keamanan kelompok : Perjanjian antara Khalifah dengan non muslim atas nama seluruh kaum Muslimin, jika mereka melanggar perjanjian itu atas kaum muslimin, maka pengaruhnya akan terjadi kepada seluruh kaum Muslimin.

Kini tidak ada Khalifah bagi kaum Muslimin, oleh karena itu setiap perjanjian keamanan bersifat individu dan tidak diwajibkan atas seluruh kaum Muslimin untuk bangkit ketika orang-orang kafir melakukan kekerasan kepada seorang Muslim. Akan tetapi ada kewajiban untuk membantu kaum Muslimin secara umum, sebagaimana firman-Nya : “Jika mereka meminta tolong kepada mu..”

Jihad Magz : Sejak dahulu, sewaktu masih aktif di Hizbut Tahrir, Uztadz pernah mengadakan konferensi khilafah di stadiun Wembley. Hingga saat ini Ustadz juga masih yakin bahwa kekhilafahan bisa ditegakkan di negeri kufur semacam UK ?

Syekh OBM:

Dakwah atau menyeru kepada Islam adalah fardhu bagi seluruh kaum Muslimin di mana pun mereka berada. Dan dakwah memiliki tiga bentuk utama :

  1. Menyeru kaum non muslim untuk masuk Islam
  2. Menyeru kaum Muslimin untuk tunduk kepada Islam
  3. Menyeru masyarakat untuk menegakkan syariat Islam sebagai sebuah sistem kehidupan yang lengkap.

Saya yakin ucapan yang mengatakan bahwa Islam tidak cocok untuk setiap tempat dan waktu adalah tidak benar. Hal ini diucapkan oleh orang yang malas atau mereka yang kalah. Rasulullah SAW telah menyeru kepada Islam dan menegakkan Negara Tauhid di tengah-tengah jantung kemusyrikan di Jazirah Arab. Saya yakin untuk menyeru pada Islam mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.

Jihad Magz : Bisa diceritakan awal mula Ustadz mengukuhkan diri dan memilih bermanhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah ?

Syekh OBM :

Setelah lebih dari 35 tahun belajar Islam dan mengemban dakwah, Allah SWT menunjukkan saya kepada Nahju Al Salaf yang berarti manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berarti mengikuti Al Qur’an dan Sunnah sesuai pemahaman dan penerapan sahabat dan keluarga Rasulullah SAW. Sesungguhnya siapa pun yang diberi petunjuk Allah tidak akan tersesat dan siapa pun yang Allah sesatkan maka tidak seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.

Jihad Magz : Bagaimana perkembangan dakwah dan jihad di Beirut ? Apakah Al Qaeda mempengaruhi dakwah dan jihad di sana ?

Syekh OBM :

Dakwah dan Jihad adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kami di Beirut terikat dalam jamaah dakwah untuk menyeru kepada Tauhid, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar kepada kemaksiatan dan hukum buatan manusia. Akan tetapi jika pemerintah melarang kami atau menghentikan kami dari dakwah atau kewajiban Islam maka pemerintah akan dianggap sebagai Al Taifah Al Mumtani’ah yang berarti kesatuan dari mereka yang menolak syariat dan menyatakan perang melawan mereka yang menyeru kepada syariat. Kemudian jihad menjadi satu-satunya metode untuk melawan mereka karena Allah untuk menegakkan Negara Tauhid, karena Dakwah dan Jihad adalah kewajiban Islam atas kami baik dipengaruhi Al Qaeda atau tidak.

Jihad Magz : Kembali ke serangan 911, setelah itu, Amerika menyerang Afghanistan dan Irak. Berdasarkan beberapa analisa ini adalah sebuah strategi untuk membuat Amerika masuk ke medan pertempuran. Apa pendapat Anda ?

Syekh OBM :

Sebagai seorang yang ahli dalam jama’ah dakwah dan kelompok-kelompok Islam, Saya dapat mengatakan bahwa 911 adalah sebuah perangkap besar bagi AS dan sekutu-sekutunya di Afghanistan dan Iraq yang menjadikan kaum kuffar berhadapan muka dengan kaum Muslimin.

Jihad Magz : Faktanya, Mujahidin Irak berhasil menegakkan Daulah Islamiyah Irak dan begitu pula dengan Imarah Islam di Afghanistan, dan Daulah Islam di Kaukasus. Apa pendapat Anda tentang kemajuan ini ? Apakah mereka bertentangan dengan syariat Islam dalam masalah Khilafah ?

Syekh OBM :

Al Imarah Al Khassah adalah Negara Islam Khusus, seperti di Iraq dan Afghanistan dengan kekuasaan yang terbatas. Semoga Allah menjadikannya Imarah Al Aammah, yang menjadikannya kekuasaan yang umum, yaitu Khilafah atau Negara Islam bagi seluruh kaum Muslimin di dunia.

Jihad Magz : Apa aktivitas Anda setelah meninggalkan London dan berdomisili di Beirut?

Kewajiban saya sebagai seorang Muslim di sini sama dengan kewajiban kaum Muslimin di mana pun, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT dan menyerukan Islam serta berjuang menegakkan dienullah.

Jihad Magz : Baik, posisi Timur Tengah masih menjadi kunci kemajuan Islam di masa depan. Apa prediksi Anda setelah melihat kemajuan di Timur Tengah ? Apakah Daulah Islamiyah Irak akan tumbuh semakin besar dan menjadi Daulah Khilafah ?

Syekh OBM :

Saya yakin dimana pun kaum Muslimin akan menjadi kunci kemajuan Islam, akan tetapi Timur Tengah harus memainkan peran kunci karena mereka berada dalam konflik langsung dengan penjajah Palestina, Iraq dan kehadiran pasukan kufar di negeri-negeri kaum Muslimin. Tidak diragukan lagi Negara Islam Irak dan Afghanistan dan bahkan di Somalia dan negara-negara lain akan menjadi bantuan yang besar dengan idzin Allah untuk menegakkan Khilafah Islamiyah.

Jihad Magz : Jadi, apakah Al Qaeda menjadi bagian penting dalam kemajuan Islam di masa depan. Bagaimana pendapat Anda tentang kemampuan Al Qaeda melawan AS dan sekutu-sekutunya ?

Syekh OBM:

Al Qaeda dan para pendukungnya dari kaum Mujahidin dan para ulama di seluruh dunia memerankan bagian penting dari kemajuan Islam. Dan dengan idzin Allah SWT. pasukan kuffar akan dihancurkan selama kaum Mu’minin menyakini bahwa Allah bersama mereka dalam mengemban dan melindungi agamaNya.

Jihad Magz : Apa nasehat Anda untuk kaum Muslimin, khususnya seperti kaum Muslimin di Indonesia ?

Syekh OBM :

Saya selalu menyakini bahwa Islam bisa ditegakkan di negeri-negeri di luar Timur Tengah, seperti di Pakistan, Malaysia, dan Indonesia, karena jumlah penduduk Muslim yang besar. Sedangkan nasihat saya bagi kaum Muslimin di mana pun mereka berada mereka harus tetap teguh dalam Tauhid, dan teguh menjalankan syariat Islam dan mengikuti manhaj Salafus Sholeh dan mengikatkan diri dalam Dakwah dan Jihad untuk menegakkan agama Allah.

Jihad Magz : Alhamdulillah Ustadz dan Jazakallah khairul Jaza’. Semoga wawancara ini bermanfaat bagi masa depan Islam dan menjadi amal sholeh bagi siapapun yang menggunakannya. Kami akhiri wawancara ini dengan doa kafarat majelis dan salam. Wassalamu’alaikum. Warahmatullahi. Wabarakatuh!

Syekh OBM : Amien. Wassalamu’alaikum. Warahmatullahi Wabarakatuh!

Source : Jihad Magz Edisi 3


Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Tagged with ,

Bukti Arogansi Densus88 Binaan AS-Australia   Leave a comment


Arogansi tembak mati adalah ciri khas Densus 88, sebuah pasukan khusus bentukan Polri pasca Bom Bali I. Banyak alasan dan justifikasi yang mungkin akan disampaikan oleh institusi berwenang negeri ini atas arogansi gaya koboi AS dan Australia (sebagai donatur Densus 88), mulai dari alasan bela negara, kalau tidak menembak duluan maka akan ditembak, dan sejenisnya.

Masalahnya kemudian, setiap ada aksi maka pasti akan ada reaksi. Maka yang perlu diperhatikan apakah tindakan main tembak dan membunuh orang tanpa haq ini akan mengikis habis terorisme atau malah menyuburkannya?

Hal lain yang juga patut diperhitungkan adalah ‘balasan’ yang pasti telah dipersiapkan oleh para korban Densus 88. Apalagi untuk kalangan mujahid yang sangat memperhitungkan hilangnya nyawa seseorang, apalagi nyawa seorang Muslim. Karena bagi mereka, darah harus dibayar dengan darah dan nyawa harus dibayar dengan nyawa.  Jadi, sampai kapan pertumpahan darah ini akan terus berlangsung?

Densus 88 & Arogansi Koboi Binaan AS-Australia

Coba simak kekejaman dan arogansi Densus 88 dalam aksinya baru-baru ini.

Ahad malam (19/9) sekitar pukul 20.00, Iwan sedang bermain dengan anaknya, Faruq, 8 tahun. Sejumlah anggota Densus 88 tanpa sepatah kata masuk dan langsung menembak Iwan di hadapan anak yang sangat dicintainya.

“Sampai saat ini tak seorang pun keluarga diperkenankan melihat jasad Iwan. Kami hanya mendengar cerita dari anak Iwan yang mengatakan ayahnya ditembak di bagian dada dari jarak dekat oleh polisi,” cerita Siti, 62, ibu kandung Iwan, ketika ditemui wartawan di rumahnya.

Menurut Siti, saat malam kejadian, Iwan dan Faruq berada di ruang rumah. “Faruq dan Iwan berada di ruang rumah, sedangkan dua adik Faruq; Ifal, 4, dan Harun, 4 bulan, tidur di dalam kamar,” terang Siti.

Setelah ditembak, sambungnya, tubuh Iwan langsung diboyong polisi dari dalam rumah. Waktu jasad Iwan dibawa pergi, kepala dusun tempat Iwan tinggal sempat bertanya kepada polisi perihal apa yang terjadi. Tapi, polisi yang membawa jasad Iwan itu tidak memedulikan pertanyaan kepala dusun tersebut. ”Jangan menghalang-halangi, mau kau kutembak,” ungkap Siti menirukan ucapan polisi.

Keluarga korban penembakan dilarang melihat jenazah dilarang polisi dengan alasan masih dalam penyelidikan. Mereka tidak yakin Iwan terlibat perampokan maupun terorisme. (http://www.jawapos.com/halaman/index…ail&nid=156163)

Sekarang bayangkan bagaimana perasaan anak Iwan, yakni Faruq (8), istrinya Siti (62), dan anak-anaknya yang lain, Ifal (4) dan Harun (4 bulan) serta apa yang akan dilakukan jika mereka besar nanti?. Fikirkan juga yang akan dilakukan oleh kawan-kawan Iwan?

Ini cerita lain yang hampir sama.

Julheri Sinaga SH, Koordinator Advokasi MM Sumut menceritakan arogansi Densus 88 lainnya di Medan, Sumut.

“Penangkapan Hadiyono di Hamparan Perak bermula saat kediaman Nanong kedatangan dua orang pria sebagai tamu, dua hari yang lalu. Karena sebagai istri yang muslimah istri Nanong lantas memanggil abang iparnya Kasman Hadiyono yang tidak jauh dari rumah mereka,” beber Julheri.

Julheri juga memaparkan lebih lanjut, karena masih suasana lebaran maka istri Nanong lantas, menyiapkan makanan dan minuman menunggu Hadiyono datang.

“Pada saat Mursanti (istri Nanong, Red) datang tiba-tiba salah satu dari kedua tamu tersebut sudah tergeletak di lantai rumah miliknya dengan bersimbah darah. Sedangkan Hadiyono dibawa secara paksa dan entah kemana keberadaannya hingga saat ini,” tegas Julheri.

Julheri meminta niat baik Kapolri untuk mengembalikan mayat Nanong dan memberi tahu keberadaan Hadiyono. Hingga kini, pihak keluarga belum tahu apakah yang bersangkutan masih hidup atau sudah meninggal. (http://arrahmah.com/index.php/news/read/9211/dianggap-menculik-kapolri-akan-digugat#ixzz10AVZmoAY

Dalam aksi terbarunya di Medan, Sumut, Densus 88 menembak mati 3 orang Muslim. Sudah tidak terhitung lagi berapa nyawa yang dicabut paksa oleh pasukan sombong lagi arogan ini.

Penembakan demi penembakan, penculikan, penganiayaan, penyiksaan selalu dilakukan Densus 88 dan kini mencuat menjadi sebuah polemik publik. Muncul pertanyaan, mengapa dalam setiap aksinya Densus 88 harus langsung menembak mati buruannya? Apakah itu memang instruksi langsung dari atasan mereka atau hanya karena sebuah arogansi saja?

Sejak didirikan pasca Bom Bali I (2002) pasukan khusus dengan logo burung hantu predator ini telah ‘memangsa’ banyak nyawa kaum Muslimin. Ya, harus diberi penegasan bahwa yang banyak terbunuh adalah nyawa kaum Muslimin. Sepertinya nyawa kaum Muslimin begitu murah di mata Densus 88.

Sebelum aksi di Medan, Densus 88 sebenarnya sedang disorot terkait rencana investigasi dari Australia (sang donatur) atas perlakuan Densus 88 kepada separatis RMS. Australia wajib marah karena Densus 88 selama ini sudah disuplay dana sekian banyak dan keberadaan Densus 88 sendiri dimaksudkan untuk menjaga stabilitas negara non muslim tersebut dari berbagai macam ancaman.

Kabidpenum Mabes Polri sendiri, Kombes Marwoto Suto mengakui sejumlah paket dan bantuan untuk pelatihan dari Australia kepada Densus 88. Sayangnya belum pernah ada audit kepada Densus 88 yang semakin hari semakin arogan ini.

Amran Nasution, jurnalis senior yang juga mantan Redpel Tempo pernah mengungkapkan dana-dana yang mengalir ke Densus 88 sebagai berikut :

“Detasemen Khusus (Densus 88) Anti-Teror Polri ternyata dibentuk atas biaya sepenuhnya dari pemerintah Amerika Serikat. Majalah “Far Eastern Ekonomic Review” (FEER), edisi 13 November 2003, menulis bahwa pemerintahan Bush mengeluarkan biaya 16 juta dolar (Rp 150 Milyar ) Untuk membentuk detasemen yang punya 400 Anggota itu. Hal yang sama ditulis Koran ” Jakarta Post”, 6 September 2004, dan “Warta Kota”, 12 November 2003.”

“Laporan Congressional Research Service (CRS), Lembaga riset di bawah The Library Of Congress pada tahun 2005, memaparkan dengan rinci dana yang di keluarkan pemerintah Bush untuk Indonesia, termasuk untuk polri dan pasukan Anti – terornya. Misalnya, pada tahun 2004, Amerika Serikat memberikan bantuan $US. 5.778.000 tahun 2005 sebesar $ US 5.300.000.”

Mengapa Amerika dan juga Australia getol menggelontorkan dana untuk Densus 88? Karena Indonesia dianggap berjasa dalam perang melawan terorisme dan kontribusi Indonesia dalam memerangi terorisme ini adalah kepentingan vital AS. Padahal siapapun tahu bahwa perang melawan terorisme hakikatnya adalah perang menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Jadi, mengapa keberadaan Densus 88 dengan aksi arogan dan brutalnya terus dipertahankan?

Akar Masalah Terorisme

Kalau kita mau menghentikan aksi-aksi terorisme, maka kita harus mencari tahu terlebih dahulu apa akar dari masalah terorisme. Perang melawan terorisme diproklamirkan pertama kali oleh George W Bush, 20 September 2001. Bush mengatakan bahwa perang melawan terorisme adalah “Crusade” alias perang salib.

“Perang melawan teror tak akan berhenti sampai semua group teroris dunia ditemukan, dihentikan dan dikalahkan,” ujarnya.

Proklamasi perang itu diikuti pengarahan pesawat tempur membombardir Afganistan, Oktober 2001, dengan dalih untuk menghancurkan teroris Al-Qaedah, Pemimpinya Syekh Usama Bin Laden , serta Rezim Taliban yang melindunginya. Lalu, bagaimana pendapat Syekh Usamah bin Ladin sendiri?

Dalam Risalah Taujihat Manhajiyah, Syekh Usamah menjelaskan alasan mengapa Amerika menjadi target serangan-serangan jihadnya.

“Ketika para mujahidin melihat bahwa kelompok penjahat di gedung putih menggambarkan masalah tidak dengan sebenarnya, bahkan pemimpin mereka mengaku-orang bodoh yang ditaati-bahwa kami ini iri dengan cara kehidupan mereka, padahal sebenarnya kenyataan yang disembunyikan oleh Fir’aun masa kini sebenarnya kami menyerang mereka karena kedzoliman mereka pada dunia Islam, khususnya di Palestina dan Irak serta penjajahan mereka terhadap negeri Haromain (Mekkah dan Madinah). Dan ketika para mujahidin berpendapat untuk memusnahkan opini tersebut dan memindahkan pertempuran ke dalam negeri mereka.”

Syekh Usamah juga mengatakan :

“Pada saat darah orang-orang Islam mengalir dan ditumpahkan, di Palestina, Chechnya, Philipina, Kashmir dan Sudan, dan anak-anak kita mati lantaran embargo Amerika di Irak. Dan ketika luka-luka kita belum sembuh, sejak serangan-serangan salib terhadap dunia Islam pada kurun yang lalu, dan yang merupakan hasil dari kesepakatan Saiks-Beko atara Inggris dan Prancis, yang menyebabkan dunia Islam terbagi-bagi menjadi potongan-potongan, sedangkan para kaki-tangan salib masih berkuasa di dalamnya sampai hari ini, tiba-tiba keadaan yang serupa menghadang kita dengan kesepakatan Saiks-Beko, yaitu kesepakatan Bush-Blair, akan tetapi kesepakatan itu di bawah bendera yang sama dan dengan tujuan yang sama. Benderanya adalah bendera salib dan tujuannya adalah merampas dan menghancurkan umat nabi kita shollAllah u ‘alaihi wasallam yang dicintai.

Dalam sebuah video yang dikeluarkan oleh As Sahab Media berjudul “Badr Riyadh” para mujahid mengatakan :

“Kami adalah teroris, kami adalah teroris. Kami teroris karena melawan musuh-musuh kami, utamanya Amerika, karena mereka telah menzolimi kita.”

Jadi, itulah akar masalah terorisme. Ketidakadilan dan penjajahan kaum kafir AS dan sekutu-sekutunya atas kaum Muslimin. Perspektif penanganan terorisme pun seharusnya dilihat dari sisi ini sehingga solusinya adalah menghentikan arogansi AS dan antek-anteknya, bukan malah membentuk pasukan khusus seperti Densus 88 yang menjadi kaki-tangan AS di negeri-negeri Muslim untuk melanggengkan perang salib tersebut, termasuk di Indonesia.

Coba kita ingat rilis Nurdin M Top atas peledakan hotel JW Marriot & Ritz Carlton medio Juli 2009, aksi tersebut dilakukan sebagai qishos (pembalasan yang setimpal) atas perbuatan AS dan antek-anteknya, serta qishos atas Dr Azhari dan Jabir, teman seperjuangan mereka yang ditembak mati Densus 88. (http://arrahmah.com/index.php/news/read/5168/nur-din-m-top-klaim-bertanggung-jawab-atas-peledakan-hotel)

Kita lihat juga alasan Humam Khalil Abu-Mulal al Balawi (36) alias Abu Dujanah Al Khurasany meledakkan dirinya di basis militer AS di propinsi Khost, Afghanistan menewaskan 7 orang anggota CIA dan seorang agen Yordania sebagai balasan yang setimpal (qishos) atas dibunuhnya pimpinan Taliban Pakistan, Hakimullah Meshud. (http://arrahmah.com/index.php/news/read/6523/media-barat-pelaku-serangan-agen-cia-di-afghanistan-adalah-agen-ganda

Hukum Qishos Bagi Pembunuh

Secara fitrah, tidak ada seorangpun yang berkeinginan dirinya dibunuh secara dzolim (tanpa haq), begitu pula dengan keluarganya. Dalam Islam, salah satu bentuk hukuman atau sanksi terberat adalah pembunuhan tanpa hak. Allah SWT berfirman :

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah member kekuasaan kepada ahli warisnya.” (QS Al Isra (17) : 33)

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan adzab yang besar baginya.” (QS An Nisa (4) : 93)

Dalam hukum Islam, siapa saja yang membunuh dengan sengaja maka pembunuhnya akan dibunuh (qishos). Dalam kasus pembunuhan yang disengaja wajib dijatuhkan qishos bagi pelakunya, yaitu membunuh si pembunuhnya sebagai balasan atas perbuatannya membunuh orang dengan sengaja. Allah SWT berfirman:

“Diwajibkan atas kamu qishas berkaitan dengan orang-orang yang dibunuh.” (QS Al Baqarah (2) : 179).

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda :

“Barangsiapa yang terbunuh, maka walinya memiliki dua hak, bisa meminta tebusan (diyat), atau membunuh si pelakunya.”

Qishah atau hukum balas bunuh bagi para pembunuh dzolim ini sangat diyakini oleh kaum Muslimin, apalagi mujahidin. Bahkan para mujahid tergerak untuk berjihad adalah dalam rangka membela setiap tetes darah kaum Muslimin yang ditumpahkan secara dzolim oleh musuh-musuhnya. Bagi para mujahid, mereka rela meregang nyawa asalkan bisa membela saudara muslimnya yang tertindas dan didzolimi.

Berapa banyak darah kaum Muslimin dihargai dengan sangat murah oleh AS dan sekutu-sekutunya, di Irak, Afghanistan, Palestina, Kashmir, Moro, dan di pelbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Belum pernah ada investigasi serius yang mengungkapkan secara jujur berapa korban pembantaian kaum Muslimin di Poso dan di Ambon ketika terjadi kerusuhan di sana. Belum lagi sembuh luka dan kekecewaan kaum Muslimin atas seluruh tragedi tersebut, kini Densus 88 membabi buta memburu dan menangkapi kaum Muslimin bahkan menembaki mereka.

Dengan demikian, aksi-aksi arogan dan brutal Densus 88 yang main tembak di tempat dengan alasan menghentikan terorisme sangat berbahaya dan mengundang aksi teror berkelanjutan. Hal ini dikarenakan mereka yang menjadi korban pasti tidak rela dan tidak akan pernah diam untuk kemudian melakukan aksi balas bunuh (qishas), karena itu merupakan sebuah kewajiban bagi mereka.

Seharusnya penyelesaian masalah terorisme dilakukan dengan jalan menghentikan atau memotong akar permasalahannya, yakni menghentikan pasukan AS dan sekutu-sekutunya yang menjajah bumi Islam, seperti di Irak, Afghanistan, Palestina, dan lainnya serta stop membunuhi kaum Muslimin tidak berdosa di sana. Kalau hal ini bisa dilakukan, maka bisa dipastikan serangan kepada AS dan fasilitas-fasilitasnya pun akan berkurang atau bahkan berhenti.

Tetapi, jika AS dan sekutu-sekutunya, termasuk Densus 88 tetap dengan arogansi dan secara brutal mereka menembak mati kaum Muslimin di manapun termasuk di negeri ini, maka permasalah terorisme tidak akan pernah berakhir dan pembalasan atau tuntutan qishah (balas bunuh) pasti akan terus dikumandangkan oleh para korbannya. Wallahu’alam!

By: M. Fachry
International Jihad Analysis

Selasa, 12 Syawwal 1431/21 September 2010

Ar Rahmah Media Network
http://www.arrahmah.com
The State of Islamic Media
© 2010 Ar Rahmah Media Network


Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Tagged with

Ternyata Musuh Amerika Tidak Akan Kalah   Leave a comment


Di Makkah Obama menghentak inspirasiku. Sudah lama saya mendengar silang sengkarut hubungan antara dua kata yakni Amerika dan Alqaeda. Persepsi spontan, kedua kata itu bermusuhan hebat. Amerika sangat memusuhi Alqaeda sebagaimana Alqaeda dengan gigih melawan Amerika. Keduanya sedang bertarung di panggung dunia. Semua orang menyaksikannya.

Saat santai di kamar 108 hotel Tiba Makkah sambil nonton televisi Aljazeera, tiba-tiba muncul sosok Obama sang presiden Amerika memberikan pernyataan di depan pers dunia. Tanggal menunjuk angka 10 September 2010, sehari sebelum peringatan sembilan tahun serangan 11 September 2001. Obama menekankan bahwa musuh Amerika adalah Tandhim Alqaeda, bukan agama Islam atau umat Islam.

Karena saya melihat tayangan dalam bahasa Arab, maka sebutan untuk Alqaeda adalah Tandhim, yang dalam bahasa Indonesia biasa digunakan istilah jaringan Alqaeda. Antara kata tandhim dengan jaringan ternyata memiliki konotasi makna yang berbeda. Tandhim bermakna organisasi yang rapi dengan struktur kepemimpinan yang solid sementara jaringan lebih berkonotasi longgar, sekedar saling tukar informasi. Penggunaan istilah tandhim untuk Alqaeda menggugah kesadaran saya, bahwa ternyata musuh Amerika, negara super power nomor wahid, musuhnya hanya sebuah tandhim. Dalam istilah lain, jamaah. Bukan negara atau superpower lain yang sejajar.

Pernyataan ini memang dilontarkan Obama untuk dua tujuan. Pertama, menyindir seruan pendeta Terry Jones yang menyeru untuk melakukan pembakaran Al-Qur’an pada hari peringatan 11 September, sebagai provokasi terhadap masyarakat Amerika agar membenci agama Islam atau umat Islam. Kedua, untuk mengaktualkan terus bahwa setelah sembilan tahun pasca Black September ternyata Alqaeda bukannya terdegradasi dari daftar musuh Amerika karena rapuh, tapi justru Obama tanpa canggung menegaskan bahwa Alqaeda makin eksis sebagai musuh Amerika, bahkan nomor wahid, dan dipandang kian berbahaya.

Siapakah Alqaeda? Sekali lagi, ia hanya sebuah tandhim atau organisasi atau jamaah. Alam bawah sadar saya tersentak, oh ternyata negara superpower tunggal dunia dengan segala cerita kehebatan teknologi tempurnya, musuhnya hanya sekumpulan manusia yang bersatu dalam ikatan jamaah minal muslimin bernama Alqaeda. Mereka seolah makhluq asing yang datang dari dunia lain. Sejenis ‘manusia pra sejarah’ yang hidup di goa-goa dan tidak pernah mau tunduk kepada Taghut dunia, dari bangsa manapun.

Musuh Amerika hanya sebuah organisasi (tandhim atau jamaah) bukan sebentuk negara yang juga super power dengan senjata canggih dan jumlah tentara yang menggentarkan. Tapi hanya organisasi kecil, dengan senjata ala kadarnya, belum punya tank apalagi pesawat. Andalannya hanya AK-47.

Obama sebagai pemimpin dunia baru (new world order) pasca rubuhnya pesaing kuat, Uni Sovyet, sedang mendefinisikan musuhnya. Musuh Amerika didefinisikan hanyalah ‘gerombolan anak-anak kampung dan orang gunung’ yang jauh dari bau peradaban Barat. Mengejutkan, imperium sebesar Amerika yang menepuk dada sebagai polisi dunia ternyata tanpa malu mendefinisikan musuhnya hanya sebuah jamaah kecil. Jelas ini merupakan kekalahan moral yang tak bisa dibantah.

Kalaupun pada akhirnya Amerika menang dalam pertarungan ini, tak ada kebanggaan apapun karena memang Amerika lebih banyak tentaranya, lebih canggih senjatanya, lebih kuat ekonominya dan lebih luas dukungan negara-negara lain. Tapi jika kalah, akan menjadi sebuah ending cerita yang heroik, betapa kelompok kecil mampu menumbangkan kekuatan raksasa, super power dunia.

‘Makhluq Halus’ Bernama Alqaeda

Tak ada yang menyangka, musuh yang paling membuat Amerika panas dingin dan menggigil ketakutan hanyalah sesosok jamaah Alqaeda yang belum punnya kantor, pegawai, apalagi negara. Mereka sejenis manusia nomaden modern yang tidak jelas kewarga-negaraannya. Di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak. Makhluq asing yang tidak jelas suku dan rasnya. Laksana Alien yang datang dari langit menginvasi bumi dalam kisah fiksi ala Hollywood.

Jumlah mereka juga tak banyak, hanya ribuan. Mungkin seribu, sepuluh ribu, seratus ribu atau lebih, tapi yang pasti di bawah satu juta. Susah menebak jumlah mereka, karena mereka memang ‘makhluq halus’ yang tak terdeteksi meski di tengah keramaian. Tak ada kartu identitas apapun yang bisa menunjukkan mereka sebagai warga Alqaeda. Tak ada kartu anggota, KTP apalagi Pasport.

Karenanya hati mereka juga tak tersekat oleh lembaran kartu identitas tertentu. Identitasnya tunggal: Hamba Allah di muka bumi. Allah ciptakan bumi luas, maka mereka maksimalkan untuk berkelana bebas tanpa pernah merasa asing di tanah manapun. Komitmen mereka hanya untuk umat Islam, apapun warna kulitnya.

Mereka disibukkan dengan pengabdian vertikal kepada Allah, sehingga tak sempat memikirkan untuk rebutan dunia dengan sesama manusia. Pandangan mereka lurus menengadah ke langit, sehingga jiwa dan raganya ringan laksana kapas terbang dari satu jengkal ke jengkal bumi yang lain dengan tujuan tunggal: Memastikan pengabdian kepada Allah semata. Hati mereka sudah digantungkan di langit, obsesinya obsesi langit, pikirannya sudah dengan pola langit. Ruhnya sudah di langit, hanya jasadnya yang masih berpijak di bumi. Oleh karenanya, tak ada lagi tersisa keluhan yang bersifat duniawi; soal harta, musibah, cercaan, intimidasi, penyiksaan, pengusiran bahkan pebunuhan. Semua keluhan duniawi yang bagi manusia dunia (karena mereka manusia langit) terasa berat dan bikin stres, bagi mereka menjadi semacam bumbu penyedap atau sejenis alunan tembang manis yang membuat hidup mereka lebih indah.

Mereka konon terdeteksi di pegunungan Afghanistan dan perbatasan Pakistan, ngumpet di goa-goanya ibarat makhluq pra sejarah, hidup dengan perkakas dari batu. Setidaknya itulah gambaran manusia Alqaeda di benak rakyat Amerika. Juga terlihat di Iraq, Cechnya, Somalia bahkan di Palestina. Tapi bisa tiba-tiba muncul di London meledakkan kereta yang menjadi sensasi luar biasa. Nongol di Madrid yang membuat Spanyol panas dingin karena serangannya yang mematikan. Lalu di Mumbai yang berpenampilan sebagai anak ABG penuh gaya tapi dengan percaya diri mengamuk sejadi-jadinya; memuntahkan peluru laksana permainan Playstation. Bahkan selentingan kabar menyebutkan bahwa mereka juga mampir di Jakarta untuk melakukan beberapa gebrakan mematikan, dan memoles Bali dengan kisah lain bukan hanya soal cerita indah pariwisata.

Jadi berapa sesungguhnya jumlah mereka? Jawabannya gampang; wallahu a’lam!. Apakah mereka sejatinya sedikit yang bisa terbang ke sana kemari sesuka hati, ataukah memang sudah beranak-pinak di berbagai negara, kota bahkan desa? Ataukah mereka bisa ganti kulit; kalau di Afghanistan berpostur Afghan, di Amerika berkulit putih, di Somalia berkulit gelap, dan di Indonesia berkulit sawo matang laksana bunglon?.

Entahlahlah, mereka ini jenis makhluk apa. Amerika bingung, NATO bingung, PBB bingung, Anda juga bingung. Saya? Udah duluan bingung!

Alqaeda Mengajukan Diri Sebagai Musuh Amerika

Kita bicara yang pasti-pasti saja. Bahwa mereka disebut oleh Obama sang presiden Amerika sebagai organisasi yang menjadi musuh Amerika. Hebat nih Amerika, menjadikan makhluq ‘halus’ sebagai musuh. Sekelas Nabi Sulaiman as yang bisa berinteraksi dengan dunia lain. Berkomunikasi dengan makhluq yang tak kasat mata.

Fakta ini membuka mata saya, untuk menemukan pelajaran penting dari pertarungan antara teri melawan kakap ini. Tandhim Alqaeda ‘mendaftarkan diri’ sebagai musuh Amerika dengan tidak melengkapi syarat dan ketentuan yang ditetapkan Amerika. ‘Berkas’ yang diajukan asal-asalan, tanpa dilengkapi akte pendirian organisasi, tak dicantumkan nama pengurusnya, wilayah yang telah dikuasai dan daftar senjata yang dimiliki. Amerika awalnya melihat ‘berkas’ yang diajukan Alqaeda dengan sebelah mata. Hampir didiskualifikasi dari daftar musuh Amerika karena dianggap tidak memenuhi syarat dan kriteria yang ditetapkan. Sedangkan ‘pendaftar’ lain, seperti Iran, Kuba, Korea Utara, Rusia, China, Jepang dan lain-lain, seluruh syarat dan ketentuan terpenuhi. Sangat cocok dengan kriteria musuh yang direncanakan Amerika.

Namun ketika masuk pada proses seleksi, semuanya berguguran. Ternyata yang lain hanya ikut-ikutan daftar untuk menjadi musuh Amerika, biar keren. Maklum, kalau kita menjadi musuh dari sosok yang hebat, pasti akan dianggap hebat juga. Pendaftar yang ‘tulus ikhlas’ hanya Alqaeda, oleh karenanya meski secara kriteria tidak masuk, karena ketulusannya dan semangatnya yang sangat kuat untuk menjadi musuh, Amerika akhirnya mengakui juga. Dan tanggal 10 September 2010 kemarin Obama mengumumkan bahwa pendaftar musuh yang lain dinyatakan tidak lulus, dan yang disahkan sebagai musuh yang sesungguhnya adalah Alqaeda.

Serangan WTC 11 September 2001 menjadi tonggak pengakuan Amerika. Mulai saat itu Alqaeda diperhitungkan namun sekian lama Amerika mencoba untuk menganggap remeh dan kecil. Alqaeda hanya diakui bahwa baunya ada tapi tak jelas sosoknya. Namun kini setelah sembilan tahun berlalu Amerika mulai mengakui eksistensi Alqaeda sebagai musuh yang nyata, melalui pernyataan Obama tersebut.

Meski selama ini Amerika memerangi Alqaeda, tapi ia mengabaikan eksistensinya. Kini setelah sembilan tahun berlalu, melalui bonekanya di Afghanistan, Amerika mulai mengakui eksistensi Alqaeda, meski dengan nama Taliban, karena memang dua nama ini dianggap satu kesatuan. Terbukti, pada tanggal yang sama dengan peryataan Obama, Hamid Karzai – sang boneka – menyeru Taliban untuk mau duduk membicarakan perdamaian. Untuk tujuan ini, Karzai sudah membentuk tim yang khusus untuk memulai melakukan pembicaraan dengan Taliban.

Pengakuan eksistensi ini mengingatkan kita dengan perjanjian Hudaibiyah yang untuk pertama kali pihak Quraisy duduk sederajat dengan umat Islam untuk membicarakan gencatan senjata. Artinya, musuh yang selama ini memerangi umat Islam dan tidak mau pengakui eksistensinya secara de jure, mulai menuliskan eksistensinya di atas lembar perjanjian. Peristiwa ini disebut sebagai fath (kemenangan) oleh Al-Qur’an dengan turunnya surat Al-Fath menyusul peristiwa tersebut.

Akan dibukanya pembicaraan yang melibatkan dua entitas sosial yang bermusuhan (Taliban + Alqaeda Vs Amerika) bermakna pengakuan eksistensinya secara de jure. Apalagi didukung dengan pernyataan Obama bahwa Alqaeda adalah musuh Amerika. Lengkap sudah kemenangan politik dan militer yang diraih Alqaeda dengan ijin Allah.

Menjadi Musuh Amerika yang Tidak Biasa

Sisi menarik dari Alqaeda adalah ia memposisikan diri sebagai musuh Amerika dengan kategori baru. Amerika mempersiapkan diri bertahun-tahun dengan dana nyaris tanpa batas untuk melawan musuh berwujud negara super power yang seimbang dengan dirinya. Inilah kategori tunggal calon musuh di mata Amerika. Oleh karenanya Amerika sibuk menciptakan senjata nuklir dan begitu takut negara lain memilikinya.

Teori kemengan satu-satunya adalah kemenangan teknologi militer. Dia yakin haqqul yaqin bahwa jika Amerika sekian langkah lebih unggul teknologi senjatanya dibanding negara lain, tak akan ada yang bisa mengalahkannya. Dahulu populer istilah perang bintang antara Amerika melawan Uni Sovyet. Konon katanya, tembakannya tidak lagi menggunakan peluru biasa, tapi sinar. Entahlah.

Tapi Alqaeda datang dengan kategori baru yang sama sekali tak diperhitungkan Amerika. Ia hanya sekumpulan anak kampung dan orang gunung yang mahir memainkan AK-47. Habitatnya adalah gunung-gunung terjal dan hutan belantara. Jumlahnya juga tak seberapa. Bukan negara. Tak memiliki dukungan ekonomi, politik dan teknoligi. Mereka hanya sekumpulan hamba Allah yang senjata utamanya adalah iman dan persaudaraan dalam Islam. Tapi memiliki tekad segarang singa. Belum pernah ada dalam teori pertempuran Amerika, sebuah jamaah kecil yang tak kasat mata akan menjadi musuh potensial. Kerangka teoritis untuk mengatasinya belum mereka temukan atau siapkan.

Dalam ilmu militer pertarungan semacam ini disebut sebagai pertempuran asimetris (gak nyambung). Amerika menginginkan musuhnya dalam kategori yang ia inginkan, tapi musuh berada pada kategori yang berbeda. Amerika membidik lurus ke depan, padahal Alqaeda berada di lobang persembunyian di bawah tanah. Amerika laksana petarung pakai pedang tapi dengan mata tertutup. Ia membabat ke kanan dan ke kiri tanpa tahu musuhnya dengan jelas. Akhirnya tenaganya terkuras dan sempoyongan.

Strategi Alqaeda ini membuat milyaran dolar kekayaan Amerika yang dibelanjakan untuk membuat senjata canggih menjadi terasa sia-sia. Karena yang dihadapi Amerika bukan semata pasukan tempur yang diorganisisr sebuah negara dan punya teritorial yang jelas, tapi kekuatan iman dan gagasan yang dengan cepat menyebar laksana virus, apalagi didukung berkembangnya internet. Alqaeda memang kecil jumlah personalnya, tapi ada di mana-mana.

Alqaeda Dipisahkan dari Umat Tapi Makin Mewakili Umat

Pernyataan Obama bahwa musuh Amerika adalah Tandhim Alqaeda dan bukan Islam atau umat Islam, pada sisi lain merupakan strategi untuk memisahkan Alqaeda dari umat Islam. Tapi makar ini lambat laun justru menjadi bumerang bagi Amerika.

Dengan kemenangan politik dan militer yang diraih Alqaeda melawan super power yang arogan semacam Amerika, semua penduduk dunia yang punya pengalaman panjang dizalimi Amerika akan menjadikan Alqaeda sebagai hero. Apalagi umat Islam. Tentu saja dukungan akan terus mengalir, apalagi jika Alqaeda dengan akurat mewakili kegelisahan mereka.

Awalnya Obama, Amerika, Barat dan PBB masih agak rabun untuk membedakan warga Alqaeda dari kerumunan besar umat Islam. Tapi akhirnya mereka berhasil mendeteksi, ada sejumlah perbedaan dan ciri khas yang bisa dijadikan alat untuk membedakan Alqaeda dari umat Islam, meski jelas lebih banyak unsur persamaannya.

Untuk alasan strategi, Amerika saat ini fokus membidik yang punya genetik Alqaeda saja. Amerika akan menghadapi dilema rumit jika umat Islam dinyatakan sama dengan Alqaeda. Jumlahnya sudah terlalu besar, tak mungkin dilawan.

Dengan kemenangan Alqaeda, tinggal menunggu waktu bahwa umat Islam dunia akan merasa menjadi bagian dari Alqaeda. Jika terjadi perang, terminologi yang paling pas saat itu adalah Perang Salib, suatu istilah yang pagi-pagi sekali sudah dikumandangkan oleh George W. Bush meski diralat dengan setengah hati. Cepat atau lambat kalimat ini akan kembali populer jika Alqaeda berhasil mewarnai pemikiran umat Islam sehingga semuanya menjadi Alqaeda.

Saat ini, nyaris tak ada satupun negara yang berani mengklaim bersih dari benih-benih Alqaeda. Ini merupakan bentuk sunnatullah kemenangan Islam gaya baru, bahwa semangat jihad dan iman bisa ditranfer melalui jaringan internet laksana virus yang menular. Sesuatu yang tak pernah terpikir sebagai cara berkembangnya jihad di masa lalu. Bahkan bukan hanya semangat jihad yang bisa ditransfer, tapi juga manual teknis operasi jihad bisa diajarkan melalui internat, sehingga dunia menjadi majlis taklim besar bagi mujahidin dengan sarana internat. Secara fisik di goa, tapi majlis taklim maya dihadiri jutaan pemuda di seluruh dunia.

Amerika jelas makin mati gaya menghadapi kenyataan ini. Manusia Alqaeda ternyata sedang duduk di warnet mempelajari manual bombing atau sekedar ngulik berita jihad. Padahal Amerika belum pernah punya teori mengalahkan musuh seperti ini. Apalagi sekarang sudah meningkat dengan hadirnya akses internet via HP. Terasa sia-sia uang yang dibelanjakan Amerika untuk membuat bom atom jika musuhnya jamaah tak kasat mata seperti Alqaeda.

Berakhirnya Era Terorisme

Penegasan Obama ini juga menandai akan segera berakhirnya era penggunaan istilah teroris dan berobah menjadi Alqaeda. Istilah teroris sudah kehilangan bobot karena sudah lama dan harus diproduksi istilah baru. Ibarat barang dagangan, life cycle product-nya sudah habis. Apalagi ditimpa sikap ekstrim kaum Yahudi dan Nasrani, misalnya seruan pembakaran Al-Qur’an oleh pendeta Amerika, larangan menara masjid di Eropa dan larangan cadar di sana. Semua ini menyebabkan ekstrimisme bukan ciri khas teroris lagi, tapi juga disandang oleh mereka yang dikenal demokratis. Maka istilah teroris sudah kehilangan elan vital.

Era George W. Bush istilah yang sangat ampuh adalah istilah teroris. Tapi era Obama, dipersempit menjadi Alqaeda. Ini jelas sebuah penghargaan tinggi untuk Alqaeda. Kualitas manusia bisa dilihat dari kualitas musuhnya. Kalau musuhnya berkualitas, seseorang dinilai berkualitas. Jika rendahan, begitu pua kualitas seseorang. Sebab, syetan tak pernah salah memilih musuh.

Makanya selalu menarik menyaksikan pertarungan antara Alqaeda melawan Amerika, karena manusia selalu suka menyaksikan pertarungan yang awalnya tak berimbang tapi kemudian endingnya yang lemah menang. Penonton akan merasakan kepuasan yang luar biasa. Sebaliknya, musuh akan terhina sehina-hinanya. Diolok-olok, ditertawakan dan akan ditulis dalam buku sejarah sebagai sebuah pelajaran penting, bahwa ada imperium raksasa dengan segenap kepongahannya hancur lebur oleh musuh kerdil dengan keteguhan imannya. Kisah Daud as melawan Jalut terulang dalam bentuk imperium modern.

Jamaah, Solusi Kelemahan Umat

Mereka yang apriori terhadap konsep jamaah atau tandhim mesti membuka mata lebar-lebar. Bahwa yang mampu melawan Amerika adalah sebuah jamaah yang merupakan lembaga swadaya umat, sama sekali tak disponsori suatu negara, baik kafir atau muslim.

Pernyataan bahwa jamaah pasti melahirkan madharat, tak terbukti. Madharatnya, menurut mereka, karena tak ada jamaah yang tidak melahirkan ta’asshub (fanatisme kelompok). Oleh karena madharat jamaah bersifat melekat tak bisa dipisahkan, maka jamaah menjadi sesuatu yang ditolak secara asas oleh Islam. Bahkan kalangan tertentu menganggapnya sebagai bid’ah.

Kelemahan argumen ini terletak pada anggapan bahwa fanatisme kelompok merupakan dampak melekat dari jamaah. Seandainya kita menerima argumen ini, maka Rasulullah saw menjadi orang pertama yang terkena kritik, karena Rasulullah saw mengelola umat Islam saat itu dengan konsep jamaah. Rasulullah saw berposisi sebagai amir atau imam, dan para Sahabat sebagai anggota.

Kelemahan kedua, ukuran dan bentuk jamaah yang ditolak itu seperti apa tak bisa dijelaskan. Sebab, kehidupan manusia tak bisa lepas dari jamaah. Mengelola sepakbola saja menggunakan konsep jamaah. Semua lembaga yang memiliki pimpinan dan anggota pasti berpola jamaah. Ada komitmen-komitmen yang disepakati olah seluruh anggota.

Zaman modern seperti sekarang teori pengelolaan jamaah makin matang. Ribuan buku dan penelitian dihasilkan para pakar untuk merumuskan manajemen – aspek inti dari jamaah. Bahwa kekuatan ada dalam jamaah, dan kelemahan melekat pada individualisme.

Problem kita sejatinya hanya apakah kita mampu mengambil sisi kekuatan jamaah dan mengikis fanatisme yang ditimbulkan? Siapapun yang mampu melakukannya, maka berjamaah baginya menjadi kebutuhan, dan meninggalkannya menjadi awal kelemahan.

Jihad Mutlak Membutuhkan Jamaah yang Solid

Prestasi Al-Qaeda yang penting untuk dicatat adalah bahwa ia mampu menggabungkan jihad dengan jamaah. Kombinasi ini jarang yang mampu melakukannya. Jihad merupakan amal kolektif sebab musuh yang dihadapi juga kolektif. Titik kelemahan pelaksanaan jihad yang dilakukan umat Islam selama ini terletak pada kelemahan jamaah yang mendukungnya.

Jihad sangat bertumpu pada komitmen kelompok atau jamaah. Komitmen ini bahkan merupakan puncak kemampuan manusia dalam memberikannya. Sebagai contoh, jika ada seorang mujahid yang tertangkap musuh dan disiksa sedemikian rupa untuk membocorkan informasi teman-temannya (jamaahnya), ia harus kuat menanggungnya sehingga temannya tidak terkena bahaya dari musuh. Harga komitmen ini adalah kematian. Artinya, dalam menjaga rahasia temannya ia beresiko menghadapi kematian. Adakah komitmen sesama teman melebihi komitmen yang dibutuhkan ibadah jihad?

Inilah tantangannya. Untuk sukses, jihad harus dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki ikatan komitmen satu sama lain yang sangat kuat hingga nyawa menjadi taruhannya. Komitmen sekuat ini hanya bisa dihasilkan melalui konsep jamaah yang solid. Maka problem berikutnya adalah mengenyahkan dampak fanatisme yang ditimbulkan oleh jamaah.

Jika sebuah jamaah bisa menggabungkan komitmen kuat untuk al-haqq tapi tidak berdampak lahirnya fanatisme kelompok, maka jamaah semacam ini menjadi faktor kekuatan yang amat dahsyat. Negara sekuat Amerika saja tak mampu menjinakkannya. Inilah kelebihan Al-Qaeda yang tak dimiliki jamaah lain.

Jamaah itu rahmat. Jika membawa madharat pasti karena ada kekurangan yang mesti diperbaiki. Bisa jadi karena al-haqq yang dipedomani tidak sepenuhnya al-haqq, tapi masih bercampur dengan batil. Atau karena komitmen yang mengikat unsur jamaah bukan al-haqq, tapi sekedar fanatisme kelompok. Atau karena individu yang ada di dalamnya tidak patuh dengan perintah yang mesti ia lakukan sebagai bentuk komitmen mentaati amir dalam perkara yang makruf. Atau ada yang tergoda untuk berebut dunia dengan sesama anggota jamaah. Atau karena jamaah yang dibentuk hanya karena sakit hati sehingga mengumpulkan orang untuk membalas sakit hati tersebut.

Berjamaah, Langkah Paling Realistis Sebelum Berjihad

Banyak kalangan mengabaikan hubungan yang sangat kuat antara jihad dengan jamaah. Mereka menganggap jihad bisa saja sukses tanpa didukung jamaah yang kuat. Mereka tertipu, karena menganggap ibadah jihad sesederhana ibadah shalat, zakat atau haji yang bisa dilakukan dengan spontan dan tanpa persispan yang matang.

Jihad berbeda sekali. Ibadah ini selain realisasi pengabdian hamba kepada Allah, ia juga realisasi bara’ (kebencian dan permusuhan) hamba kepada musuh Allah, sekaligus refleksi wala’ (empati, persaudaraan dan pembelaan) hamba terhadap para kekasih Allah – umat Islam.

Oleh karenanya, mutlak dihajatkan persiapan yang matang agar tercapai ketiga agenda tersebut, bukan semata agenda pengabdian kepada Allah. Agenda mengalahkan musuh Allah dan agenda memastikan umat Islam terselamatkan dari kedurjanaan musuh-musuh Allah harus menjadi fokus juga.

Jika jihad dilakukan asal-asalan, agenda yang diraih hanya agenda pengabdian kepada Allah sebagai ibadah sebagaimana shalat dan haji. Dan salah satu yang terpenting agar tidak asal-asalan adalah berjamaah sebelum berjihad.

Dalam aktifitas berjamaah, seseorang akan merasakan gesekan antar anggota jamaah baik dalam persaudaraan atau pelaksanaan perintah bersama. Seseorang akan bertemu dengan berbagai karakter yang akan menguji ketahanan mentalnya dalam kehidupan berjamaah. Kadang tersandung pengkhianatan yang dilakukan sesama anggota jamaah. Kadang ada amanat yang tidak tertunaikan, baik oleh dirinya atau oleh anggota lain. Kadang ada perintah yang terasa berat, tapi dalam lingkup makruf sehingga harus tetap ditaati.

Semua ini adalah dinamika kehidupan berjamaah. Jika kita belum lulus dalam mengarungi kehidupan berjamaah, akan lebih sulit untuk menjadi mujahid yang baik dalam shaff jihad di medan tempur. Di sana juga ada dinamika kelemahan individu, kesalahan memahami komando, pengkhianatan, dan semua persoalan kolektif lain.

Maka pelajaran lain yang bisa kita petik dari Al-Qaeda adalah komitmen mereka dalam berjamaah. Jamaah yang menjadi ruang berkumpul para aktifis jihad, yang saling diikat komitmen bersama dan dipimpin oleh sistem kepemimpinan yang solid. Ikatan persaudaraannya adalah iman dan wala’ wal bara’.

Bila kita bisa mengambil pelajaran dari Al-Qaeda, tak harus menamakan kelompok kita dengan Al-Qaeda. Terutama pelajaran berjamaahnya. Apalagi untuk alam Indonesia yang tampaknya masih agak jauh dengan jihad musallah, pastikan kita gunakan waktu untuk belajar berjamaah dengan baik, agar kita bisa meresapi kehidupan kolektif yang sangat membantu kelak saat di medan jihad.

Selamat berjamaah sebelum berjihad !

(Tapi jamaah yang menjadikan al-haqq sebagai panglima, asyidda’ ‘alal kuffar, ruhama bainal muslimin, dan tidak menjadikan hujatan terhadap sesama muslim sebagai gaya hidup)

Ramadhan – Syawal 1431 ( September 2010)


Makkah, Jeddah, Jakarta.

Source : elhakimi.wordpress.com


Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Tagged with

Pernyataan Sofyan Tsauri Tentang Al-Qaeda   Leave a comment


Saya bukan penyusup atau intel polisi. Saya ini adalah  buah dari dakwah tauhid. Kalau saya susupan, saya tempatnya bukan di dalam sel.

Saya ditangkap bersama istri saya. Kalau mau tahu  bagaimana saya ditangkap, tanya istri saya.

Saat penangkapan,suasananya sangat dramatis, ada  tembakan di jalan. Saya bukan susupan. Saya sangat  menyayangkan kalau ada yang bilang saya intel penyusup.

Saya sudah memberikan mereka 28 senjata api dan  puluhan ribu peluru. Justru saya dikhianati oleh  mereka. Saya menjadi kambing hitam atas kegagalan  jihad di Aceh.

Jihad Aceh sudah kita rencanakan. Mungkin mereka tidak  cross check ke sana. Mungkin mereka minim  pengetahuannya tentang saya. Bisa di cross check ke Polres Depok siapa saya.

Saya itu awalnya ingin menegakkan syariat Islam untuk  membawa Indonesia ke jalan yang lebih baik. Karena  hanya dengan syariat Islam di Indonesia akan menjadi
lebih baik.

Tokoh mujahid yang saya suka adalah sosok Dulmatin.  dan saya memang sengaja mencari tahu keberadaan dia  untuk bergabung. Karena Allah, saya akhirnya
bertemu Dulmatin. Kemudian saya dan beliau ketemu di  Aceh,lalu mengadakan program latihan di Aceh.  Pelatihan jihad.

Saya ketemu Dulmatin di Aceh akhir 2008 dan awal 2009.  Saya waktu itu sudah desersi. Saya juga bilang sama  Dulmatin kalau saya ini desertir polisi karena bulan Juni 2009 dipecat.

Banyak rumor beredar,saya dipecat karena sakit hati  lalu cari jalan lain. Itu salah. Saya sebelum menjadi  polisi saya sudah aktif berdakwah. Kemudian karena  tuntutan, dan panggilan dakwah tauhid saya memilih  jalan untuk berjihad.

Saya tidak merasa dikhiananti korps yang thogut  (kepolisian). Saya sudah keluar dari polisi, baru saya  jadi teroris. Apa yang dilakukan ini bukan tindakan teror. Ini adalah ibadah, ini perintah Allah yang  wajib.

Saya bersama Dulmatin sebulan di Aceh. Berkeliling ke  semua wilayah Aceh karena kita mengumpulkan  faksi-faksi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) disana untuk  jihad. Kita cari orang GAM yang mau bertempur kembali.

Banyak yang mau ikut. Ada yang berasal dari pesantren,  mantan-mantan GAM juga ada dan banyak dari beberapa  elemen.

Aksi Di Medan Hasil Didikan Sofyan

Sofyan Tsauri juga ditanyak tentang aksi baru-baru ini yang menggemparkan Medan, Sumatera Utara. Menurutnya, mereka itu adalah ikhwan-ikhwan lulusan camp Tandzim Al Qaeda Serambi Mekkah. Berikut pendapatnya:

Insya Allah, (aksi) di Medan itu mereka adalah bagian dari ikhwan-ikhwan kita yang lulusan latihan perjuangan kita (camp pelatihan kemiliteran teroris)
di Aceh.

Saya pernah melatih sampai 100 orang awal 2009 dan kesempatan lain pernah melatih sampai 67 orang. Ini cukup banyak. Orangnya berbeda-beda.

Kalau yang 16 (tersangka teroris Medan) sudah ditangkap, itu mungkin bagian kecil saja. karena belum tertangkap semua.

Dan bisa jadi lebih banyak lagi karena ini program lintas tandzim. Berbagai kelompok-kelompok jihad yang akhirnya membentuk Al Qaeda untuk wilayah Indonesia

Saya tidak tahu siapa yang (jadi) pemimpin saat ini. Karena saya sudah di dalam sel tahanan. Kata Polisi yang memegang peranan Abu Tholut. Tapi kita kan enggak tahu juga, Kalau terakhir ada pengerebekan, ada Abu Tholut.

Saya enggak tahu apakah Abu Bakar Basyir (ABB) terlibat, program ini. Tetapi ternyata dari teman-teman yang lain, dia (Baasyir) ikut menyumbangkan dana.

Tapi saya tidak tahu, karena saya tidak pernah berhubungan dengan Ustad Abu Bakar Baasyir. Ustad Baasyir juga tidak kenal saya. Tapi ternyata sambung menyambung. Jaringan teroris kan under ground, gerakan kita dibawah tanah semua.

Mungkinkan, karena ideologi kita sama, yakni dakwah untuk mengajarkan jihad.

Saya ketemu Dulmatin di Aceh. Tapi sebelumnya ketemu di Jakarta juga sering di rumah saya. Dan kita kalau ke Aceh berangkat sendiri-sendiri. Saya ikut aturan dia karena dia punya sistem security tersendiri.

Saya ingin beribadah. Saya ingin berjihad, saya peduli dengan bangsa ini. Dan saya ini mau tentram mau aman dan itu hanya bisa  dilakukan dengan syariat Islam. Saya yakin dengan jihad pemerintah ini akan lebih baik.

Banyaknya korban itu ekses dalam peperangan. Amerika saja yang sudah mempunyai kota, dengan menggunakan dengan teknologi canggih, masih mengenai rakyat sipil (senjatanya). Ini akses karena peperangan pasti menimbulkan korban yang tidak kita inginkan.

Yang pasti, kita tidak pernah menargetkan rakyat sipil.

Dan sekarang, pola kami sudah berubah, dari yang ngebom menjadi peperangan bersenjata. Karena dengan senjata kita lebih fokus dan targetnya jelas.

Tapi kalau bom bisa kena warga sipil dan lainnya. Alasannya supaya lebih fokus jadi kita bisa menghindari korban warga sipil yang tidak perlu.
Dengan senjata, target jelas. Dengan senjata, dan memang faksi-faksi jihad di Indonesia itu lebih setuju dengan cara ini.

Kita jadi punya titik temu disitu. Makanya berbagai macam kelompok seperti NII, Ustad Ana, kelompok Erwin dari kelompok sempalan JI itu ada, dari Al Qaeda itu juga ada. Bahkan kita sudah ke Filipina karena seorang teman kita ada yang meninggal di Filipina.

Kita belum menetukan target serangan waktu itu. Tapi wacana sudah ada. Dan  kita sepakat menggunakan bendera Al Qaeda. Antum (anda) mungkin sudah paham bagaimana Al Qaeda itu selalu menargetkan pasti sasaran asing.


Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Tagged with

Jama’ah HKBP Tidak Boleh di Indonesia   Leave a comment


Sehubungan dengan peristiwa Penganiayaan dan Penusukan terhadap 2 Jemaat HKBP pada hari Ahad, 12 september 2010, di Bekasi. Dan sehubungan beredarnya issue melalui SMS, Facebook, Twitter dan sarana media komunikasi lainnya yang menuduh dan memfitnah FPI berada di balik peristiwa tersebut, maka Dewan Pimpinan Pusat – Front Pembela Islam menyatakan sebagai berikut :

  1. Bahwa issue keterlibatan FPI dalam peristiwa tersebut adalah FITNAH, karena DPP-FPI secara organisasi melarang keras anggotanya melakukan penganiayaan dan pembunuhan atau menggunakan senjata api mau pun senjata tajam dalam aksi apa pun sebagaimana larangan tersebut tertera di setiap KARTU ANGGOTA FPI.
  2. Bahwa DPP-FPI berpendapat bahwa konflik HKBP dengan Warga Perumahan Mustika Jaya di Bekasi merupakan murni KONFLIK HUKUM  bukan KONFLIK AGAMA, sehingga harus diselesaikan secara hukum sesuai perundang-undangan yang berlaku.
  3. Bahwa DPP-FPI sangat prihatin dan menyesalkan serta mengecam keras tindakan penganiayaan dan penusukan terhadap 2 Jemaat HKBP.
  4. Bahwa DPP-FPI menghimbau dan menyerukan kepada para pelaku agar secepatnya menyerahkan diri sebagai bentuk pertanggung-jawaban hukum untuk diproses secara hukum.
  5. Mendukung Polresta Bekasi dan seluruh jajarannya untuk mengusut peristiwa tersebut dan memprosesnya secara hukum hingga tuntas.
  6. Menginstruksikan kepada DPW-FPI Bekasi untuk membantu kepolisian secara maksimal dalam menjalankan tugas pengusutan peristiwa tersebut.

Demikian Surat Pernyataan FPI ini dibuat untuk diketahui oleh anggota FPI dan seluruh anggota masyarakat agar tidak terprovokasi oleh issue, fitnah dan adu domba.

Hasbunallaah Wa Ni’mal Wakiil, Ni’mal Maulaa Wa Ni’man Nashiir.

Jakarta, 4 Syawwal 1431 H / 13 September 2010 M


Dewan Pimpinan Pusat-Front Pembela Islam

Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Tagged with , , ,

HKBP Adalah Iblis Nasional   Leave a comment


SAYA warga mustika jaya, Bekasi hanya ingin sharing kenapa sebenarnya kami sulit untuk menerima kehadiran warga HKBP di daerah kami. Dua puluh tahun lalu seorang warga Batak mulai menjadikan rumah tinggalnya sebagai tempat kebaktian. Kami warga perumahan Mustika Jjaya dapat menerima karena kami sangat menghargai toleransi dan kebebasan dalam memilih keyakinan.

Namun makin lama kami biarkan semakin banyak warga Batak yang sering mondar mandir di perumahan kami. Bahkan perilaku mereka yang tadinya hormat kepada warga sekitar menjadi arogan dan mau menang sendiri. Selain itu dalam aktifitas sehari hari mereka mulai tidak menghormati tetua warga dan warga asli Mustika Jaya, Bekasi. Seakan–akan tanah dan daerah ini milik mereka. Bahkan dalam acara–acara keluarga, mereka sangat mengganggu ketentraman kami sebagai warga asli.

Ini bukan masalah agama. Karena di tempat kami ada juga warga yang non muslim selain Kristen HKBP.

Warga selain  muslim pun mulai keberatan dengan perilaku dan cara–cara warga HKBP dalam sosial kemasyarakatan.  Kesimpulan kami bersama warga–warga non muslim selain jemaat HKPB, jemaat HKBP cenderung kasar, sembrono, tidak tahu diri, tidak tahu malu, menyebalkan, cara bicaranya keras dan sangat arogan.

Setalah sepuluh tahun kami biarkan, jika ada acara, mereka mulai mendominasi akses jalan kampung dan mereka mulai berani terang–terangan melakukan indimidasi terhadap warga sekitar yang keberatan dengan pola tingkah dan perilaku hidup mereka seperti mabuk, menggoda wanita–wanita dan putri–putri kami, mulai mengganggu tatanan adat masyarakat asli dan hukum yang berlaku.

Selain itu jika ada acara makan–makan, mereka mulai berani memotong babi dan anjing di sekitar kampung Mustika. Bahkan bau daging–daging itu sampai tercium kemana–mana. Mereka mulai berani keliling kampung dengan bernyanyi–nyani dengan suara dan logat khas batak.

Pemaksaan cara mereka inilah yang membuat kami sangat kesal dengan tingkah pola mereka. Bahkan mereka mulai berani mendirikan lapo–lapo tuak yang selalu memicu keributan disekitar daerah Mustika Jaya.

Kemudian, kami warga sekitar, baik itu muslim dan non muslim non HKBP sering mengadakan pertemuan untuk membahas keberadaan warga HKBP (meskipun sebagian besar hanya datang setiap hari Minggu). Kesimpulan dan kesepakatan warga, kami takut jika ini dibiarkan akan merubah tatanan masyarakat kami dari berbagai lintas agama dan suku lain selain Batak.

Perilaku mereka akan mengubah tatanan kemasyarakatan yang tadinya saling menghormati, toleran, sopan santun, menjadi arogan, mau menang sendiri, mabuk–mabukan dimana saja. Dan makan dengan makanan yang bagi kami sangat menjijikan. Seperti bakar babi dan anjing.

Dan  kami pun mulai melaporkan ke Pemerintah Kota Bekasi mengenai keberadaan mereka sesuai apa adanya. Kami juga meminta Pemkot Bekasi bahkan Kepolisian dan Babinsa di daerah kami untuk berkata apa adanya dan menyelidiki secara langsung perilaku warga HKBP.

Karena yang kami sampaikan bukanlah omong kosong maka setelah hampir dua puluh tahun kami menderita dengan perilaku HKBP, oleh Pemkot Bekasi kegiatan jemaat mereka dianggap liar. Dan gereja di rumah seorang warga pun disegel oleh Pemkot Bekasi. (Tentunya dengan hasil penyelidikan selama waktu yang cukup dengan melibatkan Kepolisian dan Koramil setempat).

Jadi maksud saya membuat surat ini pada dasarnya bukan masalah didirikan gereja atau tidak dirikan gereja yang menjadi pokok permasalahan. Tapi yang akan mendirikan gereja di tempat kami adalah jemaat  Huria Kristen Batak Protestan, yang menurut teman saya juga beragama Kristen tapi dari suku lain (Jawa,  Maluku, Irian, NTT) mereka juga kurang suka dengan kelompok ini (HKBP). Karena di dalam persatuan gereja–gereja Kristen pun, selalu membuat masalah–malsalah tatanan sesuai pola arogansi kesukuan Batak mereka.

Saya hanya bisa berharap, surat saya ini bisa menjadi informasi pembanding dan pertimbangan yang objektif apakah apa yang saya sebutkan dengan perilaku mereka diatas itu salah atau mengada–ada. Khusus untuk teman–teman wartawan jika Anda ingin objektif silahkan survey warga Mustika Jaya Bekasi apakah yang saya sampaikan di atas benar atau tidak.

Dan saya surat saya ini juga ditujukan Warga HKBP untuk bercermin terhadap perilaku mereka, berperilakulah seperti manusia, kalau ingin dihormati dengan sebenarnya hormatilah tatanan masyarakat sekitar.  Kita ini orang timur, “Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.” Kalau tidak
dimanapun anda berada kalian tidak akan pernah diterima oleh suku manapun!

Kami takut jika mereka jadi bermukim di Mustika Jaya, tatanan kehidupan sosial kami berubah, kami takut anak–anak kami menjadi para pemabuk, keras kepala, kekerasan meningkat, kejahatan meningkat, sekali lagi kami bukan tidak mau menerima umat kristiani. Yang tidak kami terima mereka ini HKBP.

Salam,

Agustus 2010,
Mustika Jaya Bbekasi

Rahmat Siliwangi

Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Tagged with ,

Ingat!!! Jika FPI Yang Salah Negara Ini Akan Hancur   Leave a comment


MEWASPADAI MISI KOMUNIS DI BALIK INSIDEN KRISTEN RADIKAL HKBP DI BEKASI

Insiden konvoi ritual jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Ciketing Asem, Bekasi, yang memicu bentrokan jalanan dengan 9 orang aktivis Islam, telah didramatisir oleh pihak HKBP sebagai penghadangan dan penusukan pendeta. Substansi peristiwa Minggu Kelabu, yang terjadi di saat umat Islam Bekasi masih dalam suasana Idul Fithri, 3 Syawal 1431 H bertepatan dengan hari Minggu 12 September 2010 M, adalah akibat pelanggaran HKBP terhadap perizinan pendirian rumah peribadatan yang sudah diatur dalam Peraturan Bersama antara Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No 8 dan no 9 Tahun 2006.

Akan tetapi peristiwa bentrokan itu diseret menjadi fitnah nasional, berupa sentimen minoritas Kristen radikal HKBP terhadap mayoritas warga Muslim, dengan misi politis: menuntut pembatalan Peraturan Bersama (PB) dua Menteri No 8 tersebut. Menurut HKBP, aturan tersebut bersifat diskriminatif, menghambat kebebasan beribadah, dan melanggar HAM. Padahal kasus yang melatarbelakanginya tidak dikategorikan sebagai ancaman terhadap Hak Asasi Manusia. Alasan diskriminasi, sesungguhnya merupakan upaya HKBP untuk mengadu domba pemerintah dengan penduduk mayoritas Muslim di negeri ini.

Komunis dan Kristen Radikal

Disharmoni, bahkan konflik antar umat beragama di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan insiden HKBP di Bekasi itu, sengaja diciptakan guna memenuhi syahwat politik kelompok tertentu, berdasarkan indikasi serta fakta yang terang benderang. Kelompok berkepentingan itu dapat disebutkan antara lain:

Pertama, kaum komunis. Kelompok ini berpendapat, bahwa insiden jemaat HKBP Pondok Timur Indah, Ciketing Asem, Bekasi, yang menyebabkan tertusuknya seorang pendeta dianggap melanggar konstitusi yang menjamin kebebasan beragama. Karena itu, mereka sangat berambisi menuntut pembatalan Peraturan pendirian rumah ibadah.

Tuntutan pencabutan itu, disuarakan oleh politisi PDIP, Pramono Anung, dan diperkuat lagi oleh anggota Komisi XI dari Fraksi PDI-P, Eva Kusuma Sundari. “SKB harus dicabut karena itu tidak memberikan rasa aman pada masyarakat. Sebab, cukup menghambat kehidupan beragama dan bermasyarakat. Ketidaktegasan dilapangan juga jadi pemicu,” kata Pramono, Rabu (15/9/2010), di Gedung DPR, Jakarta.

Nampaknya, PDIP sekarang menjadi tempat penampungan bagi aktivis komunis dan kaum Kristen radikal. Politisi PDIP, seperti Budiman Sujatmiko, Ribka Ciptaning, Pius Lustrilanang, adalah kader komunis, termasuk anggota DPR RI yang paling gencar menggugat Perda yang dianggap bernuansa syari’ah. Ribka Tjiptaning, misalnya, dia adalah penulis buku ‘Aku Bangga Jadi Anak PKI’.

Mengapa PDIP tidak pernah berbicara yang menyejukkan kaum Muslimin, sementara terhadap kaum komunis termasuk pembelaannya terhadap Kristen radikal, sangat keras. Sikap demikian jelas bertentangan dengan UUD 45 pasal 29 ayat 1 dan 2. Sikap yang dinampakkan oleh sejumlah elite politiknya, dapat dianggap sebagai ungkapan permusuhan kepada kaum Muslimin. Sedangkan terhadap kasus pemurtadan kaum Muslim, juga separatis Kristen di Papua dan Maluku, PDIP tidak menunjukkan penentangannya secara jelas dan tegas.

Kedua, salibis radikal, yang terlihat jelas dalam sikap keras HKBP. Di zaman Orde Baru kerukunan umat beragama menjadi problem, karena kaum Kristen mendesak pemerintahan Soeharto untuk memberikan fasilitas lebih pada Kristen, yang memiliki program Kristenisasi, dan menjadi biangkerok konflik antar umat beragama di Indonesia.

Kelompok Salibis (Kristen radikal) dan anggota Dewan Gereja-gereja Sedunia, Sae Nababan, melontarkan tuntutan yang sama. Menurutnya, Peraturan Bersama 2 menteri itu, menekan kebebasan beragama di Indonesia. “Harusnya kebebasan ini bukan diatur SKB, tapi harusnya melalui UU.”

“Peraturan bersama itu harus dihapus karena merupakan kebijakan diskriminatif dan menyulitkan minoritas untuk bebas beribadah,” ujar perwakilan Forum Solidaritas untuk Kebebasan Beragama, Sereida Tambunan, Senin (13/9/2010) di kantor Kontras Jakarta.

Kristen radikal di Indonesia kerap memosisikan diri sebagai minoritas tertindas, dan mengadu domba umat Islam dengan penguasa. Benarlah firman Allah Swt: “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun orang-orang kafir benci karenanya.” (Qs. As Shaf, 61:8).

Ketiga, kelompok oportunis. Insiden jemaat HKBP Pondok Timur Indah, Ciketing Asem, Bekasi, juga digunakan oleh kelompok oportunis untuk memojokkan Islam dan umat Islam. Mereka inilah sebenarnya yang paling berkepentingan terhadap pencabutan Peraturan Bersama 2 Menteri tersebut; karena mereka mengemban misi sesat dan menyesatkan. Yaitu, kebebasan beragama sebagai kebebasan untuk tidak beragama, bahkan bebas membuat-buat agama baru.

Sejumlah elemen oportunis seperti: M Dawam Rahardjo (Oportunis Muslim Indonesia), Romo Benny Susetyo (Konferensi Wali Gereja Indonesia), Musdah Mulia (Ketua Indonesia Conference on Religion and Peace), Alissa Wahid, serta penyanyi Glenn Fredly, dalam acara yang bertajuk: “Keprihatinan atas Merebaknya Intoleransi dalam Kasus HKBP dan Ahmadiyah”, yang diselenggarakan oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk), Jumat (17/9/2010) di Komunitas Utan Kayu, Jakarta, adalah kelompok yang paling diuntungkan bila terjadi disharmoni antar umat beragama.

Mereka ini, adalah orang-orang yang tidak bisa membedakan antara kebebasan beragama dan pengaturan pendirian rumah ibadah. Tidak peduli dengan penyelewengan, perusakan, penistaan serta penodaan agama. Tidak bisa membedakan antara kebebasan beragama dengan sinkretisme atau atheisme.

Menyikapi insiden HKBP yang dapat memicu konflik antar umat beragama ini, Majelis Mujahidin menuntut pada pemerintah:
1.    Supaya menegakkan aturan hukum secara tegas dan adil, termasuk di dalamnya SKB 2 Menteri tentang pendirian rumah ibadah.
2.    Partai politik seperti PDIP dan lainnya, agar menyatakan misi politiknya secara jelas sebelum terlanjur menjadi bagian dari gerakan komunisme dan radikalisme Kristen. Jangan bermental bagai burung unta, menyembunyikan kepalanya di lobang tetapi bagian tubuh lainya terlihat jelas di permukaan. Karena sikap demikian dapat menjadi bumerang.
3.    Kaum Kristen harus menyadari bahwa pada tahun 1967 telah disepakati dalam musyawarah nasional antar umat beragama, yaitu tidak boleh menjadikan orang yang sudah beragama sebagai sasaran dakwah agama, termasuk orang Kristen yang mengkristen orang Islam atau sebaliknya. Kesepakatan ini seringkali dilanggar, seperti dilakukan HKBP di Bekasi, dan di tempat lainnya.

Apabila norma-norma di atas tidak diindahkan, maka Majelis Mujahidin menyatakan, siap menjadi kekuatan Islam yang berdiri pada garis terdepan untuk menegakkan hak-hak kaum Muslimin di negeri ini. Insya Allah !

Jogjakarta,14 Syawal 1431 H/23 September 2010 M

Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Tagged with

Densus88 Harus Dibasmi di Indonesia   Leave a comment


SIARAN PERS

No. 175/LBH/SP/IX/2010

“KEBERADAAN DENSUS 88 HARUS DIEVALUASI, JIKA TETAP MELANGGAR HUKUM & HAM”

Memberantas terorisme adalah keharusan menurut hukum, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum dan HAM serta harus menjunjung asas Presumtion Of Innocence (Asas Praduga Tidak Bersalah) agar operasi operasi pengungkapan tindak pidana terorisme dapat dipertanggung jawabkan di hadapan hukum dan masyarakat, sehingga tidak terkesan semacam operasi rahasia.

Lembaga Bantuan Hukum Medan mengingatkan bahwa tugas Densus 88 adalah melumpuhkan, serta mengungkap bukan mematikan. Penembakan langsung yang dilakukan aparat Densus di sejumlah daerah di Sumatera Utara yang mengakibatkan tewasnya beberapa orang membuktikan cara kerja Densus 88 membabi buta dan unprosedural sehingga berimplikasi pada dilanggarnya aturan hukum yang Di buat oleh Polri sendiri, yaitu Perkap Kapolri Nomor 8 tahun 2009, tentang Implementasi Prinsip Dan Standar HAM dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Selain melanggar Hukum dan HAM, cara dan metode seperti ini sebenarnya merugikan Polisi, karena polisi akan kesulitan mendapatkan informasi lebih detil. Para pelaku seharusnya diadili secara fair sehingga semakin banyak informasi yang bisa digali lewat proses hukum. Mereka tidak boleh dimatikan di luar proses hukum (Extra Judicial killing), dengan dimatikan, bukti menjadi hilang dan peluang untuk membuka tabir akar tindak terorisme semakin sulit.

Pelanggaran terhadap aturan KUHAP oleh Densus 88 juga kerap terjadi dalam konteks prosedur penangkapan para terduga terorisme khususnya di berbagai daerah di Sumatera Utara, para terduga Terorisme tidak pernah diberikan hak hak nya sesuai dengan aturan KUHAP, misal nya surat penangkapan, surat penahanan dan pemberitahuan kepada keluarga yang bersangkutan di mana keberadaan terduga teroris yg ditangkap dan di tahan.

Dari hasil pemantauan Lembaga Bantuan Hukum Medan ada masyarakat yang mengaku kehilangan anggota saudaranya karena ditangkap oleh Densus 88, namun setelah penangkapan keberadaan orang tersebut tidak diketahui dimana keberadaannya. Dari perspektif KUHAP dan HAM, tindakan Densus 88 tersebut bisa dikategorikan sebagai Penculikan, karena tidak disertai dengan tindakan yang sesuai dengan prosedur Hukum.

Justru Densus 88 masih mewarisi cara Orde Baru dengan sejenis operasi-operasi rahasia semacam itu, kalau cara dan metode ini tidak dikoreksi, maka sangat berpotensi besar untuk menjadi bakal tumbuhnya otoritarianisme kembali, seperti penyerangan sekelompok orang bersenjata di Mapolsek Hamparan Perak yang menewaskan Tiga Anggota Polri, pendekatan kekerasan melawan terror sangat tidak efektif, karena metode kekerasan akan dibalas dengan terror.

Untuk itu Lembaga Bantuan Hukum Medan sebagai sebuah Lembaga yang konsern terhadap Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusi meminta dan mendesak agar Pemberantasan Terorisme, khususnya di Sumatera Utara dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum dan HAM serta harus menjunjung asas Presumtion Of Innocence (Asas Praduga Tidak Bersalah), bila tidak, maka LBH Medan menilai keberadaan densus 88 harus dievaluasi, karena melanggar Hukum & Ham Dalam Pemberantasan Tindak pidana Terorisme.

Demikian siaran pers ini disampaikan, terimakasih.

Medan, 23 September 2010

Hormat kami,

LEMBAGA BANTUAN HUKUM

MEDAN

Divisi Hak Asasi Manusia


AHMAD IRWANDI LUBIS, SH                                   LUHUT P. SIAHAAN, SH

Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Tagged with

Pemuda Indonesia Pemuda Yang Bodoh   2 comments


Remaja saat ini adalah remaja yang bodoh. Betapa tidak? 86% Remaja Indonesia tidak menggunakan otak mereka untuk berfikir. Mereka saat ini sedang mempertahankan budaya menyontek dan ‘open book’. Hal ini dikutip oleh ‘jawapos.com’.

Budaya ini adalah budaya orang-orang jahiliyah pada zaman dahulu. Mereka itu sungguh bodoh. Mengapa para remaja saat ini seperti itu? Ini dikarenakan sikap pemerintah yang kurang tegas terhadap aturan pendidikan. Remaja saat ini jika sedang ujian memanfaatkan waktu untuk mencontek.

Metode lain yang di gunakan remaja saat ini yaitu fasilitas menggunakan hape dengan via sms. Mereka menggunakan sms sebagai sarana untuk menunjang ujian secara santai. Ada beberapa sebab mengapa remaja saat ini tidak suka belajar.

  1. Pengaruh dari teman sendiri
  2. Merasa bahwa ilmu itu tidak penting dalam mendapatkan pekerjaan
  3. Budaya pacaran yang menyita waktu belajar
  4. Pengaruh teknologi
  5. Pergaulan remaja yang sering ‘nongkrong’
  6. Tidak kuatkan iman

Astagfirullah. Bagaimana cara mengatasi masalah ini. Hanya aturan Islam yang dapat mengubah remaja-remaja seperti ini. Indonesia harus menjadi Negara Islam. Halbunallah wanighmal wakhil.

“Tak ada seorang nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia dipilih di kalangan pemuda sahaja (yakni 30-40 tahun). Begitu pula tidak seorang ‘Alim pun  yang diberi ilmu, melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda”

Hak Cipta

[Luqman Abdurrahman]

Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Artikel, Hak Cipta, Remaja

Tagged with , ,

Bukti Beriman Kepada Allah swt   2 comments


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

[رواه البخاري ومسلم]

Artinya:

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya” (Bukhori dan Muslim)

Hak Cipta

[Luqman Abdurrahman Shaleh]

Posted 24 September 2010 by arraahmanmedia in Hak Cipta, Kumpul-Hadits

Tagged with , , , ,