Cinta Dunia dan Takut Akan Kematian   2 comments


“Ummat-ummat terdahulu akan berkoalisi hendak menguasai kalian, seperti berkumpulnya jago-jago makan ketika menyantap makanan”. Sahabat bertanya: “apakah karena jumlah kami yang sedikit pada saat itu.” Nabi s.a.w menjawab: “bahkan jumlah kalian saat itu, justru sangat banyak. Akan tetapi tak ubahnya seperti buih banjir. Allah mencabut rasa takut pada musuh kalian, sebaliknya Allah menanamkan di hati kalian penyakit wahn”. Sahabat kembali bertanya: “apa itu penyeakit wahn.” Nabi s.a.w bersabda: “cinta dunia dan takut mati.” (Shahih. HR.Abu Dawud [2/102], Imam Ar-Ruyani [25/134/2], Ahmad [5/287]. Dishahihkan Syeikh Albani dalam as-Shahihah [2/684], Shahihul Jami’ [8183], Shahih Sunan Abu Dawud [4/111]).

Dewasa ini dunia modern sedang ditulari oleh penyakit yang lebih berbahaya dari penyakit yang selama ini manusia anggap berbahaya. Rasulullah s.a.w menyebutnya dengan wahn. Penyakit wahnini dimensinya banyak, faktor dan efeknya kemana-mana, sebab-akibatnya beragam. Jika berhubungan dengan budaya kerja. bentuknya adalah ad-dha’fu fi’l-’amal wa’l-amri, yaitu lemah amal. Bentuknya: Ke bawah lemah inisiatif, ke atas lemah instruksi.

Dalam konteks ini, wahn sangat berpotensi merontokan bangunan ummat menjauhkan hubungan makmum dengan imam, antara atasan
dengan bawahan, antara rakyat dengan pemimpin. Wahn melemahkan garis komando, memandulkan instruksi. membuat aba-aba tidak berdaya. Dengan penyakit ini, bisa-bisa suatu saat imam bacawaladhalin, makmum di belakangnya, tidak nyahut Amin. Jadi wahn bisa merobohkan batu bata ummat, merontokkan seluruh persendian ummat.

Para pejuang kita menyimpulkan: pantang bagi orang mukmin bersikap wahn dan huzn (lemah dan gentar). Dalam banyak riwayat disebutkan, yang membikin kita wahn dan huzn, adalah musuh kita juga, yakni syetan (inna’s-syaithan yukhzinuhu). Nabi Zakaria a.s walaupun sudah wahn dari sisi umur, tetapi ia tidak wahn dari sisi semangat (inni wahana’l-’adzmu minniy, Maryam:4).

Para Sahabat Nabi s.a.w yang walaupun wahn dari sisi tenaga, tapi mereka tidak leman dari sisi semangat jihad. Umur boleh wahn, tetapi semangat api Islam harus tetap berkobar. Allah berfirman dalam ‘Ali lmran:39: “Janganlah kamu bersikap lemah (wahn), dan ianganlah (pula) v kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yana beriman.” Seorang ibu hamil, walaupun dia payah di atas payah, -wahnan ‘ala wahnin- namun dia tetap punya semangat hidup; melahirkan, menyusui dan mengasuh putera-puterinya. Begitulah Allah s.w.t menyemangati kaum muslimin dan menjaganya dan sifat lemah dan gentar di hadapan kawan maupun lawan.

Pernah khalifah ke-7 Bani Umayyah bernama Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H) menanyakan efek hadits wahn ini kepada seorang Ulama besar (kibarTabi’in), bernama Abu Hazm. “Mengapa rakyat saat ini cenderung bersikap pragmatis, berpikir pintas dan serba instan?” Ulama Tabi’in ini menjawabnya dengan hadits Wahn bersumber dari Sahabat Tsauban dan Abu Hurairah radhiya’l-lahu ‘anhuma seperti tersebut di atas.

Hadits ini berbicara tentang banyak hal, bergantung dan sudut mana kita menijaunya. Dari sudut Risalan, hadits ini ingin menjelaskan: Islam akan senantiasa berhadapan dengan gerakan pemangsa agama pemamah-biak iman, baik di hadapan orang Islam sendiri, di hadapan mereka yang punya banyak kepentingan (kama tada’al-akalah) atau di hadapan orang Islam yang lemah semangat (fi quluwbikumul wahn), apalagi di hadapan musuh-musuh agama (’aduwukumul mahabah). Artinya, oleh orang dalam, Islam dijadikan komiditi. Oleh orang luar: Islam dijadikan sebagai biang kerok. contohnya adalah aliran sesat.

Aliran sesat menjadikan agama sebagai komiditi. Mereka menikmati setoran liar atas nama infaq, menikmati kaffarah atas nama denda bai’at, menerima dana persepuluhan atas nama jihad mal.

Kelompok Islam Liberal menjual agama dengan cara menikmati aliran dana gerakan sepilis; sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Dalam kaitannya denaan ajaran sesat, seperti itulah keadaan TV, radio, koran dan majalah kita. yaitu seperti jago-jago makan semua atau kamaa tadaa’al akalah dalam istilah hadits tadi. Ini jelas berbahaya, kita harus dukung MUI, kita harus meyakinkan pemerintah, kita harus menyadarkan ummat dan meluruskan media, bahwa aliran sesat itu tak ubahnya seperti PKI: sama-sama merusak agama, sama-sama menodai ajaran agama, dan tidak tahu batas halal-haram.

Di dalam kitab himpunan Hadits Kanzul Ummal no.: 28978, Imam Al-Hindi mencatat sebuah hadits hasan lighayrihi:“Tidak ada yang paling banyak aku khawatirkan dari ummat setelahku nanti, daripada dua kelompok: kelompok yang menafsirkan Al Qur’an tidak pada tempatnya, (Para Kyai mengistilahkannya tafsir salah kamar,tafsir Ibnu Kasur atau tafsir jalan lain). Kedua: kelompok lain yang merasa bahwa mereka pun berhak menafsirkan Al-Qur’an.” (HR.Imam Thabarani dalam
Tarikhul Ausat dari Ibnu Umar).

Dua kelompok yang disetir dalam hadits Ibnu Umar ini, tengah berhimpun mengeroyok MUI dan memojokkan Majelis Ulama, serta menganggap gagal para tokon agama dalam membina Ummat, dengan sebab menjamurnya aliran sesat.

Itulah dampak penyakit wahn, dan itulah bahayanya kalau kita sudah terjangkiti penyakit wahn itu. Para Muhadditsin mengatakan, wahn dari sudut hubbun dun’ya akan menyeret kita jauh dari agama dan jauh dari silaturahim serta menempatkan kita menjadi hamba uang atau budak nafsu. Hubbun dun’yabisa merubah penampilan seseorang, sehingga bisa serigala yang haus mangsa, seperti vampir yang haus darah, macam orang yang minum air laut.

Syeikh Salim bin ‘led Al-Hilaly mencatat bahwa penyakit wahn dan hubbun dun’ya terjadi, lantaran ummat Islam lemah dan gentar menghadapi konspirasi orang kafir, yang bahu membahu, dukung-mendukung satu sama lain dalam memerangi kaum muslimin, seperti contoh isu terorisme dewasa ini. Ini yang pertama. Kedua: Seperti diketahui bahwa negeri-negeri Islam memiliki ladang kekayaan hasil alam dan barakah yang membuat orang kafir tergiur untuk menguasainya. Karena itu, Rasulullah s.a.w sampai mentamsilkannya dengan bejana besar yang penuh dengan makanan yang enak, sehingga membuat orang-orang yang lapar ingin memakannya, lalu mereka bersama-sama menyerangnya, dan yang sangat luar biasa setiap orang dari mereka ingin mengarnbil bagiannya sendiri-sendiri, tanpa ada pihak yang berani melarang dan mencegahnya.

Keempat: Setelah merampas hasil kekayaan dan melakukan penjajanan ekonomi, mereka menjadikan negeri-negeri Islam sebagai serdadu dan dayang-dayang. Wilayah Islam, dipegang ekornya dan dibuatnya merengek-rengek meminta uluran dana, sebagaimana dalam hadits Abduuah bin Hawalah ra, Rasulullah s.a.w bersabda, artinya: “kalian akan dijadikan beberapa pasukan, pasukan di Syam, pasukan di Iraq dan pasukan di Yaman, lalu aku bertanya : ‘Pilihkan untuk kami wahai Rasulullah s.a.w.’ Lalu beliau berkata : ‘Pilihlah oleh kalian yang di Syam, barang siapa yang enggan, maka bergabunglan dengan yang di Yaman dan hendaklah meminum airnya’, karena Allah telah menjaga Syam dan penduduknya . berkata Rabi’ah : ‘Aku mendengar Abu Idris Al-Kaulany menceritakan hadits ini dan berkata : ‘Siapa yang telah dijaga Allah maka tidak akan lenyap (hancur)“. [Hadits Shahih]

Kelima: Unsur-unsur kekuatan umat Islam bukan pada jumlah, perlengkapan persenjataan, tentara berkuda dan infantrinya, akan tetapi terletak pada ‘aqidah dan manhajnya, Islam adalah umat aqidah dan pemikul panji tauhid. Simaklah jawaban Rasulullah s.a.w ketika menjawab pertanyaan Sahabat yang bertanya tentang jumlah, di mana Nabi menjawab: “tidak, justru jumlah kalian saat itu sangat banyak.”

Keenam: Kekalahan terbesar kaum muslimin adalah ketika mereka menjadikan dunia segala-galanya, sehingga tokoh-tokohnya gampang dibeli, jama’ahnya gampang disogok, keyakinannya gampang digadaikan. Pada saat yang sama mereka membenci kematian akibat mabuk dunia. Mereka menghabiskan umurnya untuk dunia dan tidak mengambil bekal untuk akhirat. Kalaupun ada, hanya dari sisa waktu yang ada atau jika lagi dilanda rasa takut atau selagi ada hajat politik. Pada saat itu terjadilah perlombaan tidak sehat, timbul saling benci lalu saling bermusuhan, dan akhirnya saling mencurigai satu sama lain, sesuai bunyi hadits riwayat Muslim no.:2961 dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash.

Sumber : Buletin Dakwah No. 03 Thn. XXXV Jum’at ke-3 18 Januari 2008

 

Posted 23 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Buletin

Tinggalkan komentar