Archive for September 2010

Jama’ah Islam Liberal (JIL) Harus Ditumpas   Leave a comment


Hudzaifah.org – Kerasukan JIL lebih berbahaya dari kerasukan jin. Karena orang yang kerasukan jin, rufi’al qalam, pena diangkat atas mereka, yakni amal buruknya tidak akan dicatat.

Akan tetapi orang yang kerasukan paham Jaringan Islam Liberal, bisa murtad.

Lihat saja statemen-statemen yang muncul dari orang yang kerasukan paham liberal: nyeleneh, berani, dan sesat. Seperti statemen: ‘Nabi Muhammad pun menikmati goyang’; atau menyuarakan dzikir ‘anjinghu akbar’; atau mengomentari seorang artis yang murtad dari Islam dikatakan pindah agama karena hidayah; atau kalimat ‘Tuhan semua agama sama’; dan statemen mengerikan lainnya. Bukankah apa yang mereka ungkapkan itu seperti ungkapan orang yang hilang akal?

Tindakan Preventif
Meski demikian ketara kesesatan mereka, tidak sedikit yang terpengaruh dan silau dengan apa yang mereka miliki. Untuk itu, sebagaimana penyakit badan, pencegahan lebih utama dari pada pengobatan. Maka perlu upaya pencegahan terhadap penyakit kronis yang bisa meracuni iman manusia ini.

Tidak mendengarkan ocehan mereka, atau menjauhi tulisan-tulisan orang yang diindikasikan sebagai penganut JIL adalah pencegahan yang jitu. Kecuali bagi yang memiliki kapabiltas ilmu syar’i yang cukup, akidah yang kuat dan hendak menunjukkan kesesatan mereka kepada umat.

Cara ini mungkin dianggap kekanak-kanakan. Akan tetapi, anggapan itu akan sirna ketika kita menyimak hadits Nabi saw, “Sesungguhnya di antara penjelasan itu ada sihirnya.” (HR. Bukhari)

Berapa banyak orang yang tadinya netral, lalu membaca tulisan seorang Doktor penganut JIL, dengan sistematika yang tampak ilmiah dan masuk akal hingga ia tersihir dan tertarik dengan pemikiran JIL?

Untuk itulah, seorang ulama tabi’in al-A’masy pernah memerintahkan anaknya untuk memasukkan jarinya ke telinga ketika ada orator penganut Jahmiyah berbicara. Beliau berkata, “Rapatkanlah penutup telingamu wahai anakku, karena hati ini lemah.”

Gejala ‘Kerasukan’ JIL
Gejala ini perlu untuk kita ketahui. Siapa tahu di antara kita ada yang menolak pemikiran global aliran JIL, tetapi mengidap sebagian penyakit yang diakibatkan oleh virus yang mereka sebar. Atau setidaknya kita bisa mendeteksi para pembicara dan penulis, pengikut JIL ataukah bukan.

Di antara gejala yang tampak pada orang yang kerasukan JIL adalah mendahulukan akal dari pada dalil syar’i. Inilah gejala yang paling ketara. Seringkali dalil al-Quran dan al-Hadits ditolak dengan dalil akal. Mereka tinggalkan tafsir para ulama salaf dan condong kepada tafsir hermeuneutika, tafsir ‘semau gue’ yang diadopsi dari para filosof Yunani yang kafir. Sesuatu yang telah baku dan qath’i dalam al-Quran pun kerap kali mereka tolak dengan dalih ‘kontekstual’.

Mereka juga menjadi penganut yang paling berani dalam mengkritik al-Quran dan as-Sunnah yang shahih, juga berlaku sinis terhadap para ulama salaf. Mereka tidak mengenal definisi bid’ah, syirik atau murtad. Isu pluralisme, bahwa semua agama sama menjadi titik tekan. Maka mereka adalah kaum yang paling kebablasan dalam hal ‘toleran’.

Jika ada yang tertarik dengan pemikiran seperti yang telah penulis sebut di atas, berarti dia tengah mengidap gejala ‘kerasukan’ JIL. Maka hendaklah segera dicarikan penawarnya.

Terapi Kerasukan JIL
Jika Anda merasakan adanya gejala ‘kerasukan JIL’ pada orang-orang yang didekat Anda, maka segeralah Anda menepis sihir JIL dengan penjelasan berikut.

Pertama, mengingat bahwa orang-orang JIL itu belajar Islam kepada para musuh-musuh Islam, dan para orientalis barat. Maka mungkinkah kebenaran berada di pihak mereka sedangkan kesalahan berada di pihak para ulama yang belajar dari para ulama dan bersambung hingga Nabi Muhammad saw? Alangkah bagusnya nasihat seorang ulama tabi’in Muhamad bin Sirin, “Ilmu itu adalah agama, maka lihatlah kepada siapa kamu menuntut ilmu (agama).” Kalau seseorang menimba ilmu agama kepada orang kafir, sudah barang tentu yang didapat adalah cara pandang orang kafir terhadap Islam, atau penafsiran al-Quran dan as-Sunnah menurut musuh Allah dan Rasul-Nya. Maka apakah fikih madzhab Aristoteles yang mereka banggakan itu lebih lurus dari fikihnya empat madzhab? Demi Allah, TIDAK!

Kedua, hendaknya memperhatikan kondisi mereka dalam beragama. Semakin tinggi tingkat liberalnya, semakin berani meninggalkan ibadah, terutama yang khusus, seperti shalat, shaum dan yang lain. Apalagi dalam hal sunnah, mereka adalah kelompok yang paling bersih dari sunnah Nabi. Ibadah orang muslim yang sangat awam, jauh lebih mending daripada mereka.

Ketiga, keberpihakan mereka kepada orang-orang kafir melebihi keberpihakan orang kafir atas agama mereka sendiri. Apalagi bila dibandingkan dengan keberpihakan mereka kepada Islam, amat jauh.

Majalah Syir’ah misalnya, ketika melukiskan perilaku Yahudi, kalimat yang dipakai adalah ‘Yahudi Pejuang Damai.’ Tetapi ketika menggambarkan orang Islam, dipakai kalimat, “Harus diakui,orang Islam itu suka plin-plan.” Bahkan ketika ada seorang ibu berkonsultasi tentang anaknya yang mau keluar dari Islam, ‘pendekar JIL’ Abdul Muqsith malah menjawab, “Tidak ada pilihan lain kecuali bahwa ibu harus mengikhlaskan kepergiannya ke agama lain itu.”

Sedikit penjelasan ini mudah-mudahan bisa menyadarkan ‘pasien’ yang kerasukan JIL. Wallahul Muwafiq. []

Sumber : swaramuslim.net

Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Pesan Mujahidin Bekasi   Leave a comment


Polisi Sita “Surat Balas Dendam”

Saat ini, dua carik kertas tersebut diamankan polisi sebagai barang bukti. Kertas-kertas itu bertuliskan soal aksi balas dendam. Polisi juga menyita uang Rp3.000, satu botol air mineral, satu tas, satu panci, sepeda dan sejumlah barang lain.

Berikut isi lengkap surat tersebut:

Ini adalah balasan pada kalian sekutu-sekutu setan yang membunuh, menghukum mati dan menahan mujahidin. Kami siap mati untuk agama yang mulia ini.

Kertas Kedua :

Bom syahid ini adalah untuk kalian semua orang-orang kafir. Kalian akan kami kejar walaupun kalian lari ke awan. Kematian kalian itu pasti. Mujahidin masih hidup di Indonesia.

Dua kertas itu ditemukan polisi di saku celana Ahmad sesaat setelah diamankan polisi dari tempat kejadian perkara (TKP). Polisi saat ini tengah mengidentifikasi apakah surat itu berkaitan dengan aksi peledakan bom yang dilakukan pelaku korban.

Menurut sejumlah saksi, dalam melakukan aksinya, setelah memarkir sepeda ontel-nya, Ahmad berjalan mendekat ke arah dua anggota Polisi Lalu Lintas yang sedang bertugas, masing-masing AKP Heri Azhari dan Aipda Sugiyanto.

Tidak jauh dari tempat dua polisi bertugas, bom yang dibawa korban langsung meledak. Ledakan itu menyebabkan pelaku menderita luka di wajah, patah lengan dan kaki kanan. Itu cukup menandai bahwa bom itu berkekuatan cukup besar.

Saat ini TKP sudah diamankan. Sejumlah anggota Polri tampak berada di lokasi kejadian untuk melakukan penyelidikan.

Kronologis Ledakan

Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Iskandar Hassan menjelaskan kronologi terjadinya ledakan tersebut.

“Ada seseorang mengendarai sepeda onthel [sepeda kayuh], di mana di boncengan belakang ada barang,” kata Iskandar di Markas Besar Kepolisian RI, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Kamis 30 September 2010.

Masyarakat yang lalulalang tidak mengetahui benda apa yang dibawa pelaku. “Saat melewati perbatasan Jakarta Timur dan Bekasi. Barang itu meledak jam 09.00 WIB,” tambah dia.

Pembawa barang tersebut, berinisial AH, lalu dibawa ke Rumah Sakit Kramat Jati.

“Usianya 38 tahun, alamat berpindah-pindah. Itu menurut keterangan yang bersangkutan,” jelas Iskandar.

AH, tambah dia, masuk ke rumah sakit sekitar pukul 10.00 WIB dengan kondisi luka di daerah pipi, wajah, dan leher. Juga patah pada lengan kanan, patah kaki kanan. “Badan sebelah kanan semuanya, mungkin barangnya ada di daerah kanan,” tambah dia.

Hingga kini belum diketahui jenis bahan peledak tersebut. “Tim labfor masih melakukan pemeriksaan. Belum diketahui detail bahan-bahan apa, apakah low explosive, atau high explosive.”

“TKP sudah diamankan, Densus 88 juga ada di sana,” jelasnya.

Ahmad Akhirnya Hembuskan Nafas Terakhir

Kabar terakhir, AH atau Ahmad, pelaku peledakan di Kalimalang, Bekasi, meninggal dunia. Menurut Kepala Bidang Penerangan Umum Polri Komber Polisi Marwoto AH sengaja meledakkan diri di dekat pos polisi.

“AH kemungkinan sengaja meledakkan diri di dekat pos polisi yang ada di Jalan Raya Kalimalang,”

Saat kejadian itu, pelaku AH sedang menggunakan sepeda ontel melintas di belakang Ajun Komisaris Polisi Heri, yang merupakan Kepala Unit Petugas Pengatur Polresta Bekasi Kota yang mengatur lalu lintas. “Heri sedang mengatur lalu lintas, lalu tiba-tiba bom rakitan yang dibawa pelaku meledak di depan jalan dekat polisi lalu lintas,” kata Marwoto.

Marwoto mengatakan, AH sendiri diketahui tempat tinggalnya berpindah pindah dan sering tidur di masjid-masjid. Ledakan diduga akibat bahan peledak rakitan yang terbuat dari karbit, mesiu, paku lima centimeter dan paku tujuh centimeter, sekitar pukul 08.00 WIB.

“Dari tempat kejadian perkara petugas kepolisian menemukan tali rafia, paku, sisa bahan peledak berupa bubuk mesiu dan karbit, paralon, pecahan priuk nasi, tas warna hitam, pesan tertulis, korek api, botol air mineral, uang tunai 3000 rupiah, sepeda ontel dan di tempat duduk sepeda ada dua bungkus terikat, yang masih diamankan oleh tim gegana,” kata Marwoto.

AH yang membawa bahan peledak sekaligus korban dari ledakan tersebut, sempat dirawat di Rumah Sakit Kramat Jati Polri yang mengalami luka bagian wajah, pipi, leher, patah pada bagian lengan kanan dan kaki kanan.

Kapolresta Kota Bekasi Kombes Polisi Imam Sugianto membenarkan adanya surat yang bernada jihad yang ditemukan di antara barang bukti pelaku peledakan bom TKP, surat itu dibawa oleh tim Densus 88 Antiteror yang turun ke lapangan.

(M Fachry/arrahmah.com)

Raih amal shalih, sebarkan informasi ini…


Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Allah swt Mengabulkan Keinginan Kepada Orang Jujur   Leave a comment


Diriwayatkan dari Syidad bin al-Had radhiallahu ‘anhu bahwasanya seorang lelaki dari Arab Badui datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam –kemudian beriman kepadanya dan mengikuti ajarannya– lalu orang itu berkata kepada Nabi, “Aku berhijrah untuk mengikuti ajaranmu.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan kepada para sahabat tentang orang tersebut.

Setelah kembali dari suatu peperangan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memperoleh harta rampasan perang. Rampasan tersebut dibagi-bagi untuk nabi dan para sahabat. Orang Badui tersebut juga mendapat bagian. Tetapi ia tidak kelihatan. Ketika suatu hari ia berada di tengah-tengah sahabat. Para sahabat memberikan jatah tersebut kepadanya.

Ia bertanya, “Apa ini?”

Para sahabat menjawab, “Bagian (jatah) mu yang telah disisihkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” Ia mengambil jatah tersebut lalu mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya bertanya, “Apakah ini?” Beliau menjawab, “Aku telah menyisihkannya untukmu.”

Dia berkata, “Aku mengikutimu bukan untuk memperoleh seperti ini, tetapi agar aku terkena anak panah di sini -sambil mengisyaratkan ke lehernya- sehingga aku menemui ajalku dan masuk Surga.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika Engkau jujur kepada Allah, niscaya Allah percaya dan akan menyampaikan keinginanmu.”

Ia terdiam sejenak, kemudian bangkit untuk ikut serta memerangi musuh. Setelah itu datang seseorang menggotongnya sambil membawa pedang, dia terluka pada bagian sebagaimana yang ia isyaratkan, lehernya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah ini orang Badui yang itu?” Para sahabat menjawab, “Benar.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda, “Ia jujur kepada Allah maka Allah memenuhi permintaannya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengkafaninya dengan baju jubah beliau, kemudian menshalatkannya. Di antara doa yang dipanjatkan Nabi untuknya adalah, “Ya Allah, ini adalah hambaMu, keluar dari kabilahnya untuk berhijrah menuju jalanMu, kemudian mati syahid karena terbunuh, dan aku menjadi saksi atas yang demikian itu.”( Shahih Sunan an-Nasa’i, hal. 420.)

Sumber : 99 Kisah Orang Shalih

Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with

Meninggal Dengan Jari Telunjuk Ke Langit   Leave a comment


Dari Ja’far bin Abdillah bin Aslam berkata, “Tatkala peperangan Yamamah berlangsung dan kaum muslimin berada di tengah medan perang, orang yang pertama kali mendapat luka adalah Abu Uqail. Dia terkena panah pada bagian antara kedua bahu dan dadanya namun tidak meninggal dunia. Kemudian panah itu dicabut sehingga pada siang hari tangan kirinya terasa lemah. Kemudian ia dibawa ke dalam kemah.

Ketika peperangan semakin memanas, umat Islam tampak mengalami kekalahan serta mulai melewati batas yang diten-tukan, sementara itu Abu Uqail dalam kondisi lemah karena luka, tiba-tiba ia mendengar Ma’n bin Addy menyeru, ‘Wahai kaum Anshar, mohonlah pertolongan kepada Allah, mohonlah pertolongan kepada Allah, seranglah musuhmu!’

Ibnu Umar berkata, “Setelah mendengar seruan itu Abu Uqail berdiri untuk menemui kaumnya. Maka aku bertanya, ‘Apa yang kamu inginkan? Kamu tidak wajib menyerang!’

Abu Uqail menjawab, ‘Tadi ada seseorang memanggil namaku.’

Aku katakan kepadanya, ‘Orang yang memanggil itu mengatakan, ‘Wahai orang-orang Anshar, bukan memanggil wahai orang-orang yang terluka!’

Abu Uqail berkata, ‘Aku termasuk salah satu orang Anshar, oleh karena itu aku harus menyambut seruannya sekalipun dengan merangkak.’

Kemudian Abu Uqail memakai ikat sabuknya dan mengambil pedang dengan tangan kanannya seraya menyeru, ‘Wahai kaum Anshar, seranglah musuh sebagaimana dalam perang Hunain! Bersatulah kamu sekalian semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepadamu. Majulah ke medan perang sebab kaum muslimin itu bersembunyi sekedar memperdayakan musuh, giringlah musuhmu sehingga masuk ke dalam kebun kemudian kamu membaur dengan mereka dan pedang-pedang kalian memenggal mereka.’

Aku perhatikan bagian-bagian tubuh Abu Uqail ternyata tangannya yang terluka telah lepas dari bahunya dan jatuh di medan peperangan. Pada tubuhnya terdapat 14 luka yang menyebabkan ia meninggal dunia. Saat itu musuh Allah, Musailamah telah terbunuh.

Aku berada di sisi Abu Uqail ketika dia menghembuskan nafas yang terakhir. Aku memanggil namanya, ‘Wahai Abu Uqail! Dia menjawab, ‘Labbaik -dengan terbata-bata- siapa yang kalah?’ Aku menjawab, ‘Bergembiralah, musuh Allah telah terbunuh.’ Kemudian ia menunjuk ke langit dengan jarinya sambil memuji Allah lalu meninggal dunia. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya.” (Masyari’ul Asywaq Ila Mashari’il ‘Isyaq, 1/509.)

Sumber : 99 Kisah Orang Shalih

Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Siksaan Yang Amat Sangat Pedih   Leave a comment


Dia menjadi tawanan bangsa Romawi, dimasukkan ke dalam penjara oleh penguasa yang kejam. Di dalam penjara disediakan minuman yang dicampur arak dan daging babi panggang, untuk dimakan saat lapar dan minum khamar, ketiga macam suguhan itu sama sekali tidak disentuhnya.

Lalu ia dikeluarkan dari penjara saat mereka mengkhawatirkan kematiannya. Dia berkata pada dirinya, “Demi Allah, sesungguhnya ini semua telah menjadi halal bagiku karena aku dalam kondisi terpaksa, hanya saja aku tidak ingin berbahagia di atas bencana yang menimpa kalian dengan sebab berpegang teguh pada Islam.”

Abu Rafi’ berkata, “Umar mengirim pasukan tentara ke Romawi. Kemudian musuh menangkap Abdullah bin Hudzafah sebagai tawanan perang, lalu dihadapkan kepada raja, mereka berkata, ‘Orang ini termasuk sahabat dekat Muhammad.’

Raja bertanya, ‘Maukah kamu masuk agama Nasrani dengan imbalan setengah kekuasaanku aku berikan kepadamu?’

Abdullah bin Hudzafah menjawab, ‘Sekiranya engkau berikan seluruh kekuasaanmu kepadaku, dan seluruh yang dimiliki bangsa Arab, aku tidak akan pernah meninggalkan agama Muhammad sekejap mata pun.’

Raja berkata, ‘Jika demikian berarti kamu mesti dihukum mati!’

Abdullah menjawab, ‘Terserah kamu!’

Kemudian diperintahkan agar dilaksanakan hukuman mati atasnya, ia diletakkan dalam tiang salib. Raja berkata, ‘Bidiklah ia dari dekat!’

Raja berkata demikian sambil menawarkan agama Nasrani kepadanya, namun ia tetap menolak. Lalu ia diturunkan dari tiang salib.

Raja kemudian meminta supaya ajudan merebus air hingga mendidih dan memanggil dua orang tawanan muslim. Salah satu dari mereka dilemparkan ke dalam periuk itu, kemudian raja menawarkan kepada Abdullah untuk pindah agama. Ia tetap menolak tawaran tersebut. Kemudian Abdullah menangis.

Karena tangisan ini, ada seseorang yang menyampaikan kepada raja bahwa Abdullah menangis. Maka Raja pun mengira bahwa Abdullah telah berputus asa.

Raja berkata, ‘Bawalah kemari!’

Raja bertanya, ‘Apa yang menyebabkan kamu menangis?’

Abdullah menjawab, ‘Karena aku hanya mempunyai satu nyawa yang apabila dilemparkan ke dalam periuk itu maka langsung akan musnah. Aku membayangkan, alangkah bahagia sekiranya aku mempunyai nyawa sebanyak jumlah rambutku yang merasakan siksaan seperti itu dalam rangka mempertahankan agama Allah.’

Raja berkata, ‘Apakah kamu bersedia mencium kepalaku, agar kamu bebas?’

Abdullah menjawab, ‘Bersama seluruh tawanan Muslim?’

Raja menjawab, ‘Ya.’

Maka Abdullah mencium kepala raja.

Selanjutnya para tawanan Muslim yang telah bebas itu menghadap Umar dan menceritakan semua yang terjadi.

Umar berkata, ‘Adalah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mencium kepala Ibnu Hudzafah, dan akulah orang yang pertama yang akan memulainya.’ Lalu Umar mencium kepala Abdullah.” (Usudul Ghabah, 3/212.)

Sumber : 99 Kisah Orang Shalih

Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Aku Hanya Seorang Budak   Leave a comment


Dahulu, ketika Bisyr masih senang berfoya-foya di rumahnya, ia memiliki banyak sahabat yang mempunyai kebiasaan minum dan jor-joran.

Suatu hari, ada seorang shalih lewat di depan rumahnya lalu mengetuk pintu. Kemudian seorang budak perempuan keluar rumah untuk menemuinya.

Orang shalih itu bertanya, “Yang punya rumah ini orang merdeka atau budak.”
Budak perempuan menjawab, “Orang merdeka.”

Orang shalih berkata, “Benar jawabanmu, sekiranya pemilik rumah ini seorang budak, tentulah ia berperangai sebagaimana budak dan tidak berfoya-foya seperti ini.”

Ternyata Bisyr (pemilik rumah) mendengar pembicaraan mereka berdua ini. Maka ia segera lari menuju pintu tanpa mengenakan sandal, namun orang shalih tersebut telah pergi.

Bisyr lalu berkata kepada budak perempuannya, “Celaka kamu, siapa yang mengajakmu bicara di depan pintu tadi?”

Kemudian sang budak menceritakan kejadian tersebut.

Bisyr bertanya, “Terus laki-laki tadi kemana?”
Budak menjawab, “Ke sana!”

Bisyr pun mengikuti kemana laki-laki itu menuju. Setelah dapat menyusul, Bisyr bertanya, “Wahai tuan, andakah tadi yang berhenti di depan pintu rumahku dan berbicara dengan budak perempuanku?”
Orang shalih menjawab, “Ya.”

Bisyr berkata, “Tolong ulangi percakapan anda dengan budakku tadi!”
Orang shalih itu pun mengulangi pembicaraannya.

Seketika itu Bisyr pun menempelkan pipinya ke tanah, sambil berkata, “Wahai tuan, pemilik rumah itu seorang budak.” Setelah itu ia senantiasa berjalan tanpa sandal hingga ia dikenal dengan sebutan hufa’, orang tak bersandal.

Banyak orang bertanya kepada Bisyr, “Mengapa kamu selalu tidak memakai sandal?”

Bisyr menjawab, “Karena Tuhanku tidak berkenan mene-muiku kecuali saat aku tidak mengenakan alas kaki. Aku akan terus bersikap demikian ini sehingga ajal menjemputku’.”

Sumber : 99 Kisah Orang Shalih

Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Dibangunkan Oleh Bidadari   Leave a comment


Dia meriwayatkan kisah ini kepada Ahmad bin Abu Hawari, “Ketika aku sedang sujud, tiba-tiba saya terserang ngantuk. Tanpa aku duga, beberapa orang bidadari membangunkan aku dengan kakinya.

Bidadari itu berkata, ‘Wahai kekasihku, apakah kamu masih akan tidur sementara para malaikat mengawasi orang-orang yang bangun untuk melaksanakan tahajud (qiyamul lail). Sungguh celaka mata yang lebih senang tidur daripada berjaga untuk bermunajat kepada Allah Yang Mahamulia. Bangunlah, sebentar lagi orang-orang yang mencintai Allah akan saling bertemu. Tidur macam apa ini? Wahai kekasihku dan permata hatiku, Apakah kamu masih juga akan tidur sementara aku menemanimu dalam keheningan malam ini sejak tadi.’

Seketika itu aku melompat, bangun dengan bercucuran keringat karena rasa maluku terhadap celaan bidadari tersebut. Dan sungguh keindahan ucapannya senantiasa terasa dalam hati dan pendengaranku.”

Sumber : 99 Kisah Orang Shalih

Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with

Air Mata Yang Tak Pernah Kering   Leave a comment


Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dia berkata, Aku bertanya kepada Yazid bin Murtsid, “Mengapa aku tak pernah melihat matamu berhenti menangis?”

Ia balik bertanya, “Apa urusanmu mengetahui sebabnya?”

Maka aku katakan, “Semoga saja Allah memberi manfaat dari pertanyaanku ini.”

Ia berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengancam aku jika mendurhakaiNya, Dia akan memasukkan aku ke dalam Neraka. Demi Allah, sekiranya Dia hanya mengancamku dengan sekedar memasukkan kamar mandi saja, itu pun sudah cukup membuatku terus menerus hingga air mata tak pernah kering.”

Kemudian aku bertanya, “Seperti inikah bentuk khalwat (kesendirian)mu ketika bermunajat?”

Ia menjawab, “Demi Allah, pernah sebatang besi diletakkan di hadapanku hingga aku pun menangis, keluargaku ikut menangis, begitu juga anak-anakku. Hanya saja mereka tidak mengerti apa sebab kita semua menangis.

Demi Allah sesungguhnya aku sangat bahagia berada di tengah-tengah keluargaku, akan tetapi saat ditampakkan batang besi itu kepadaku, aku urung mendekati isteriku. Bahkan di antara keluargaku sempat berkata, ‘Alangkah malangnya isterimu, tidak memiliki kesempatan untuk berbahagia bersamamu dengan sebab tangismu yang berkepanjangan. Tidak mendapatkan kebahagiaan selama hidup bersamamu’.” (Az-Zuhd ,karya Ibnul Mubarak hal. 166.)

Sumber : 99 Kisah Orang Shalih

Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with

Masuk Surga Mendahului Ayah   Leave a comment


Seorang ayah yang bernama Khaitsamah bin al- Harits dengan anaknya yaitu Sa’ad mengundi siapa di antara mereka berdua yang akan ikut dalam perang Badar kali ini. Kemudian undian keluar dengan nama Sa’ad. Serta merta ayahnya berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, berikanlah giliran kali ini kepadaku.”

Sang anak menjawab, “Wahai ayah, sekiranya balasan dari berangkat menuju perang Badar ini bukan Surga tentu akan aku berikan kepada ayah.” Kemudian Sa’adlah yang berangkat ke perang Badar dan ia terbunuh dalam peperangan ini.

Sementara ayahnya masih terus menerus menunggu-nunggu kesempatan dapat ikut peperangan demi menggapai Surga, maka cita-citanya terkabulkan pada peperangan Uhud. Dalam peperangan tersebut dia gugur. (Al-Ishabah 2/24.)

Sumber : 99 Kisah Orang Shalih

Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Ahli Tafsir Yang Disiplin Waktu   Leave a comment


Al-Qadhi (hakim) Abu Bakar Ahmad bin Kamil asy-Syajari murid Ibnu Jarir sekaligus sahabatnya berkata, “Apabila telah selesai makan pagi Ibnu Jarir ath-Thabari tidur sebentar dengan pakaian berlengan pendek. Setelah bangun beliau mengerjakan shalat Zhuhur. Lalu menulis artikel hingga waktu Ashar tiba. Kemudian keluar untuk shalat Ashar. Selanjutnya, beliau duduk di majlis bersama orang-orang untuk mengajar sampai datang waktu Maghrib. Setelah itu mengajar Fikih serta pelajaran-pelajaran lain sampai masuk shalat Isya’, baru beliau pulang ke rumah. Beliau pandai membagi waktu siang dan malamnya untuk kemaslahatan diri, agama dan sesama sebagaimana yang dikehendaki Allah Ta’ala.”

Menurut al-Khatib al-Baghdadi, “Aku mendengar Samsami menuturkan bahwa Ibnu Jarir selama empat puluh tahun mampu menulis dalam setiap harinya sebanyak empat puluh halaman.”

Sementara itu menurut muridnya yang lain yakni al-Farghani menceritakan di dalam kitabnya yang terkenal dengan nama ash-Shilah, sebuah pengantar kitab mengenai Sejarah Ibnu Jarir, bahwa terdapat sekelompok murid Ibnu Jarir yang berusaha menghitung seberapa banyak karya yang dihasilkannya setiap hari. Sepanjang hidupnya beliau sibuk dengan tulis menulis dimulai sejak usia baligh sampai wafat yakni di usia 86 tahun. Kemudian mereka menghitung jumlah lembaran-lembaran itu. Dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa pada setiap harinya beliau menulis kurang lebih 14 lembar. Jelas ini merupakan sebuah prestasi yang tidak mungkin diraih seorang manusia pun pada waktu itu kecuali berkat Inayah Allah semata.

Jika kita kalikan jumlah hari beliau menulis selama 72 tahun sedang setiap hari beliau menulis 14 lembar, maka jumlah karya Ibnu Jarir adalah 300.058 lembar. (Qimatuz Zaman Indal Ulama’ hal 43-44.)

Sumber : 99 Kisah Orang Shalih

Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Meninggal Karena Bacaan Al Quran   Leave a comment


Muhammad bin Bisyr al-Makki berkata, “Pada suatu hari kami berjalan bersama-sama Ali bin al-Fudhail. Kami lewat di depan majlis ta’lim Bani al-Harits al-Makhzumi, ketika itu ada seorang guru sedang mengajari anak-anak membaca ayat,

وَلِلَّهِ مَافِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَائُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى {31}

‘Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (Surga).’ (An-Najm: 31).

Kemudian Ibnu Fudhail berteriak hingga pingsan.

Kemudian al-Fudhail (Ayah Ibnu Fudhail) datang dan berkata, ‘Demi bapakku, al-Qur’an benar-benar membuatnya pingsan,’ kemudian ia bawa pulang. Beberapa orang yang membawa pulang Ibnu Fudhail menceritakan kepadaku bahwa Ibnu Fudhail pada hari itu tidak melaksanakan shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’ (karena pingsan seharian), ia baru sadar setelah tengah malam.”

Abu Bakar bin Iyash berkata, “Aku shalat Maghrib di belakang (makmum kepada) al-Fudhail bin Iyadh. Di sampingku Ali Ibnu al-Fudhail anaknya. Al-Fudhail membaca (Alhaakumut-takaatsur; Bermegah-megahan telah melalaikan kamu) ketika sampai pada ayat (Latarawunnal jahiim; niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahannam) Ali pingsan, sementara al-Fudhail tidak mampu meneruskan bacaan ayat tersebut. Kemudian kami meneruskan shalat dengan shalat khauf (orang yang khawatir). Selanjutnya al-Fudhail berkata, ‘Aku terus menerus menjaga Ali, ia baru sadar setelah tengah malam’.”

Pada suatu hari Ali di rumah Ibnu Uyainah. Kemudian Sufyan meriwayatkan suatu hadits tentang Neraka. Ketika itu Ali memegang selembar kertas yang terikat, kemudian ia berteriak dan pingsan, ia melempar kertas dari tangannya. Sofyan menoleh ke arah Ali lalu berkata, “Kalau aku tahu bahwa kamu ada di sini aku tidak akan meriwayatkan hadits ini.” Ali tidak kunjung siuman kecuali setelah Allah menghendakinya.

Al-Fudhail bin Iyad berkata, “Anakku Ali menangis, lalu aku berkata, ‘Wahai anakku apa yang membuatmu menangis?’ Ia menjawab, ‘Aku takut kalau pada hari kiamat nanti kita tidak bisa berkumpul bersama’.”

Al-Fudhail berkata, “Ibnul Mubarak berkata kepadaku, ‘Wahai Abu Ali, alangkah bahagianya orang yang lepas dari kehidupan dunia karena bertemu dengan Allah!’ Ketika itu, Ali anakku mendengar ucapan Ibnul Mubarak itu, tiba-tiba ia pingsan.”

Muhammad bin Najihah berkata, “Aku makmum shalat Shubuh di belakang al-Fudhail, ketika itu beliau ia membaca surat al-Haqqah, tatkala sampai pada ayat (khudzuuhu fa ghulluuh; Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya), ia tidak mampu menahan tangis. Kemudian Ali, anaknya pingsan.”

Al-Khatib menuturkan, “Ali bin al-Fudhail meninggal dunia beberapa saat sebelum bapaknya, karena ia mendengar suatu ayat dibaca seseorang, ia pingsan dan ketika itu juga meninggal dunia.”

Ibrahim bin Basyar berkata, “Bahwa ayat yang menyebabkan Ali bin al-Fudhail meninggal adalah ayat,

وَلَوْ تَرَىإِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَالَيْتَنَا نُرَدُّ وَلاَنُكَذِّبُ بِئَايَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ {27}

‘Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke Neraka, lalu mereka berkata, kiranya kami dikembalikan ke dunia.’ (Al-An’am: 27).

Pada ayat inilah beliau meninggal dan aku termasuk di antara orang yang menshalatkan jenazahnya. Semoga Allah mencurahkan kasih sayangNya.

Sumber : (As-Siyar, 8/443-448; al-Hilyah, 8/297-299.)

Posted 30 September 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah