Archive for the ‘mati’ Tag

Mati Seperti Seekor Keledai   Leave a comment


Kisah ini terjadi di Universitas ‘Ain Syams, fakultas pertanian di Mesir. Sebuah kisah yang amat masyhur dan dieksposs oleh berbagai media massa setempat dan sudah menjadi buah bibir orang-orang di sana.

Pada tahun 50-an masehi, di sebuah halaman salah satu fakultas di negara Arab (Mesir-red.,), berdiri seorang mahasiswa sembari memegang jamnya dan membelalakkan mata ke arahnya, lalu berteriak lantang, “Jika memang Allah ada, maka silahkan Dia mencabut nyawa saya satu jam dari sekarang!.”

Ini merupakan kejadian yang langka dan disaksikan oleh mayoritas mahasiswa dan dosen di kampus tersebut. Menit demi menitpun berjalan dengan cepat hingga tibalah menit keenampuluh alias satu jam dari ucapan sang mahasiswa tersebut. Mengetahui belum ada gejala apa-apa dari ucapannya, sang mahasiswa ini berkacak pinggang, penuh dengan kesombongan dan tantangan sembari berkata kepada rekan-rekannya, “Bagaimana pendapat kalian, bukankah jika memang Allah ada, sudah pasti Dia mencabut nyawa saya?.” Para mahasiswapun pulang ke rumah masing-masing. Diantara mereka ada yang tergoda bisikan syaithan sehingga beranggapan, “Sesunguhnya Allah hanya menundanya karena hikmah-Nya di balik itu.” Akan tetapi ada pula diantara mereka yang menggeleng-gelengkan kepala dan mengejeknya.

Sementara si mahasiswa yang lancang tadi, pulang ke rumahnya dengan penuh keceriaan, berjalan dengan angkuh seakan dia telah membuktikan dengan dalil ‘aqly yang belum pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya bahwa Allah benar tidak ada dan bahwa manusia diciptakan secara serampangan; tidak mengenal Rabb, tidak ada hari kebangkitan dan hari Hisab.
Dia masuk rumah dan rupanya sang ibu sudah menyiapkan makan siang untuknya sedangkan sang ayah sudah menunggu sembari duduk di hadapan hidangan. Karenanya, sang anak ini bergegas sebentar ke ‘Wastapel’ di dapur. Dia berdiri di situ sembari mencuci muka dan tangannya, kemudian mengelapnya dengan tissue. Tatkala sedang dalam kondisi demikian, tiba-tiba dia terjatuh dan tersungkur di situ, lalu tidak bergerak-gerak lagi untuk selama-lamanya.

Yah…dia benar-benar sudah tidak bernyawa lagi. Ternyata, dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa sebab kematiannya hanyalah karena ada air yang masuk ke telinganya!!.
Mengenai hal ini, Dr.’Abdur Razzaq Nawfal -rahimahullah- berkata, “Allah hanya menghendaki dia mati seperti keledai!.”

Sebagaimana diketahui berdasarkan penelitian ilmiah bahwa bila air masuk ke telinga keledai atau kuda, maka seketika ia akan mati?!!!.

(Sumber: Majalah “al-Majallah”, volume bulan Shafar 1423 H sebagai yang dinukil oleh Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hâzimiy dalam bukunya “Nihâyah azh-Zhâlimîn”, Seri ke-9, h.73-74)

Posted 21 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Kisah-Kisah, Kisah-Teladan

Tagged with , , ,

Abu Nawas Mati   Leave a comment


Baginda Raja pulang ke istana dan langsung memerintahkan para prajuritnya menangkap Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas telah hilang entah kemana karena ia tahu sedang diburu para prajurit kerajaan. Dan setelah ia tahu para prajurit kerajaan sudah meninggalkan rumahnya, Abu Nawas baru berani pulang ke rumah.

“Suamiku, para prajurit kerajaan tadi pagi mencarimu.”

“Ya istriku, ini urusan gawat. Aku baru saja menjual Sultan Harun Al Rasyid menjadi budak.”

“Apa?”

“Raja kujadikan budak!”

“Kenapa kau lakukan itu suamiku.”

“Supaya dia tahu di negerinya ada praktek jual beli budak. Dan jadi budak itu sengsara.”

“Sebenarnya maksudmu baik, tapi Baginda pasti marah. Buktinya para prajurit diperintahkan untuk menangkapmu.”

“Menurutmu apa yang akan dilakukan Sultan Harun Al Rasyid kepadaku.”

“Pasti kau akan dihukum berat.”

“Gawat, aku akan mengerahkan ilmu yang kusimpan,”

Abu Nawas masuk ke dalam, ia mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat dua rakaat. Lalu berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda datang.

Tidak berapa alama kemudian tetangga Abu Nawas geger, karena istri Abu Nawas menjerit-jerit.

“Ada apa?” tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh.

“Huuuuuu …. suamiku mati….!”

“Hah! Abu Nawas mati?”

“lyaaaa….!”

Kini kabar kematian Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok negeri. Baginda terkejut. Kemarahan dan kegeraman beliau agak susut mengingat Abu Nawas adalah orang yang paling pintar menyenangkan dan menghibur Baginda Raja.

Baginda Raja beserta beberapa pengawai beserta seorang tabib (dokter) istana, segera menuju rumah Abu Nawas. Tabib segera memeriksa Abu Nawas. Sesaat kemudian ia memberi laporan kepada Baginda bahwa Abu Nawas memang telah mati beberapa jam yang lalu.

Setelah melihat sendiri tubuh Abu Nawas terbujur kaku tak berdaya, Baginda Raja marasa terharu dan meneteskan air mata. Beliau bertanya kepada istri Abu Nawas.

“Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku?”

“Ada Paduka yang mulia.” kata istri Abu Nawas sambil menangis.

“Katakanlah.” kata Baginda Raja.

“Suami hamba, Abu Nawas, memohon sudilah kiranya Baginda Raja mengampuni semua kesalahannya dunia akhirat di depan rakyat.” kata istri Abu Nawas terbata-bata.

“Baiklah kalau itu permintaan Abu Nawas.” kata Baginda Raja menyanggupi.

Jenazah Abu Nawas diusung di atas keranda. Kemudian Baginda Raja mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang. Beliau berkata, “Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini aku, Sultan Harun Al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Dan kalianlah sebagai saksinya.”

Tiba-tiba dari dalam keranda yang terbungkus kain hijau terdengar suara keras, “Syukuuuuuuuur …… !”

Seketika pengusung jenazah ketakukan, apalagi melihat Abu Nawas bangkit berdiri seperti mayat hidup. Seketika rakyat yang berkumpul lari tunggang langgang, bertubrukan dan banyak yang jatuh terkilir. Abu Nawas sendiri segera berjalan ke hadapan Baginda. Pakaiannya yang putih-putih bikin Baginda keder
juga.

“Kau… kau…. sebenarnya mayat hidup atau memang kau hidup lagi?” tanya Baginda dengan gemetar.

“Hamba masih hidup Tuanku. Hamba mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pengampunan Tuanku.”

“Jadi kau masih hidup?”

“Ya, Baginda. Segar bugar, buktinya kini hamba merasa lapar dan ingin segera pulang.”

“Kurang ajar! Ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas?

“Ilmu dari mahaguru sufi guru hamba yang sudah meninggal dunia…”

“Ajarkan ilmu itu kepadaku…”

“Tidak mungkin Baginda. Hanya guru hamba yang mampu melakukannya. Hamba tidak bisa mengajarkannya sendiri.”

“Dasar pelit !” Baginda menggerutu kecewa.

 

(SELESAI)

 

Kembali ke Kisah Abu Nawas

 

 


 

Artikel lainnya :

Posted 8 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Abu-Nawas, Kisah-Kisah

Tagged with , ,

Mati Saat Berdandan   2 comments


Temanku berkata kepadaku, “Ketika perang teluk berlangsung, aku sedang berada di Mesir dan sebelum perang meletus, aku sudah terbiasa menguburkan mayat di Kuwait yang aku ketahui dari masyarakat setempat. Salah seorang familiku menghubungiku meminta agar menguburkan ibu mereka yang meninggal. Aku pergi ke pekuburan dan aku menunggu di tempat memandikan mayat.

Di sana aku melihat empat wanita berhijab bergegas meninggalkan tempat memandikan mayat tersebut. Aku tidak menanyakan sebab mereka keluar dari tempat itu karena memang bukan urusanku. Beberapa menit kemudian wanita yang memandikan mayat keluar dan memintaku agar menolongnya memandikan mayat tersebut. Aku katakan kepadanya, ‘Ini tidak boleh, karena tidak halal bagi seorang lelaki melihat aurat wanita.’ Tetapi ia mengemukakan alasannya bahwa jenazah wanita yang satu ini sangat besar.

Kemudian wanita itu kembali masuk dan memandikan mayat tersebut. Setelah selesai dikafankan, ia memanggil kami agar mayat tersebut diusung. Karena jenazah ini terlalu berat, kami berjumlah sebelas orang masuk ke dalam untuk mengangkatnya. Setelah sampai di lubang kuburan (kebiasaan penduduk Mesir membuat pekuburan seperti ruangan lalu dengan menggunakan tangga, mereka menurunkan mayat ke ruangan tersebut dan meletakkannya di dalamnya dengan tidak ditimbun).

Kami buka lubang masuknya dan kami turunkan dari pundak kami. Namun tiba-tiba jenazahnya terlepas dan terjatuh ke dalam dan tidak sempat kami tangkap kembali hingga aku mendengar dari gemeretak tulangnya yang patah ketika jenazah itu jatuh. Aku melihat ke dalam ternyata kain kafannya sedikit terbuka sehingga terlihat auratnya. Aku segera melompat ke jenazah dan menutup aurat tersebut.

Lalu dengan susah payah aku menyeretnya ke arah kiblat dan aku buka kafan di bagian mukanya. Aku melihat pemandangan yang aneh. Matanya terbe-lalak dan berwarna hitam. Aku menjadi takut dan segera memanjat ke atas dengan tidak menoleh ke belakang lagi.

Setelah sampai di apartemen, aku menghubungi salah seorang anak perempuan jenazah. Ia bersumpah agar aku menceritakan apa yang terjadi saat memasukkan jenazah ke dalam kuburan. Aku berusaha untuk mengelak, namun ia terus mendesakku hingga akhirnya terpaksa harus memberitahukannya. Ia berkata, “Ya Syaikh (panggilan yang sering diucapkan kepada seorang ustadz-red), ketika anda melihat kami bergegas keluar dikarenakan kami melihat wajah ibu kami menghitam, karena ibu kami tidak pernah sekalipun melaksanakan shalat dan meninggal dalam keadaan berdandan.”

Kisah nyata ini menegaskan bahwa Allah SWT menghendaki agar sebagian hamba-Nya melihat bekas Su’ul khatimah hamba-Nya yang durhaka agar menjadi pelajaran bagi yang masih hidup. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan pelajaran bagi orang-orang yang berakal.

(SUMBER: Serial Kisah Teladan karya Muhammad bin Shalih al-Qahthani, Juz 2 seperti yang dinukilnya dari Kisah-Kisah Nyata karya Abdul Hamid Jasim al-Bilaly, PENERBIT DARUL HAQ)

Posted 4 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with ,

Hembusan Nafas Terakhir Di Kuburan Temannya   Leave a comment


Dhiya’ yang bertugas memandikan mayat di rumah sakit militer Riyadh telah bercerita kepadaku dan menurutku ia seorang yang dapat dipercaya. Hanya Allah-lah yang mengetahui hakikat sebenarnya dan aku tidak akan mendahului Allah dalam menilai seseorang itu suci atau tidak. Ia mengisahkan bahwa seorang personil angkatan laut meminta bantuanku untuk mengeluarkan akte kematian temannya yang meninggal.

Setelah akte tersebut kami keluarkan, kami memandikan mayat temannya bersama-sama. Kami berpisah pada jam 11.35 siang. Ia membawa jenazah temannya sementara aku bersiap-siap hendak melaksanakan shalat Zhuhur. Pada jam 1 siang, pihak rumah sakit menelponku, mereka katakan, “Di sini ada jenazah. Keluarganya ingin agar segera dishalatkan pada waktu Ashar. Segeralah kemari dan mandikan jenazah tersebut.”

Aku segera datang lalu mendekati keranda dan menyingkap kain penutupnya. Ternyata apa yang aku lihat? Aku melihat sesuatu yang aneh. Aku melihat seorang personil angkatan laut yang tadi mengenakan pakaian biru sedang terbujur di keranda. Aku terdiam, kepalaku pusing, lalu aku pergi ke kantorku seraya mengucapkan kalimat istirja’ (yakni kalimat: Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un dan bertawakal kepada Allah SWT. Setelah aku membaca al-Qur’an kemudian aku bertawakal dan berangkat untuk memandikan jenazah tersebut.

Setelah usai aku bertanya kepada keluarganya bagaimana kronologis ia meninggal. Mereka katakan, “Setelah selesai menggali liang lahat untuk temannya, ia berusaha untuk keluar. Namun tiba-tiba jantungnya kambuh dan meninggal seketika di kuburan temannya itu.”

Apakah kita sudah siap menghadapi kematian?

Doktor Khalid al-Jabir

(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN, PENERBIT DARUL HAQ seperti yang dinukil dari Syarith Qalbi karya Doktor Khalid al-Jabir -dengan sedikit perubahan)

Posted 3 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with , , , , ,

Mengingkari Lalu Mati   Leave a comment


Dia berdiri di depan hakim dan mengingkari bahwa ia telah berhutang sebanyak 500.000 dinar milik ahli waris Syaikh Ibrahim Muhammad. Hakim memintanya untuk bersumpah bahwa Syaikh Ibrahim tidak pernah memberinya hutang sebanyak itu dan pemberian itu bukan hutang. Lalu ia bersumpah kemudian setelah itu hakim menetapkan bahwa ia tidak berhutang. Belum lagi ia sempat keluar dari pintu pengadilan, ia terjatuh dan mati. Kejadian ini terjadi pada tahun 1954 di salah satu kota di negara Irak. Namun kisah tersebut tidak bermula seperti ini. Kami akan ceritakan kisah kejadian sebenarnya.

Syaikh Ibrahim adalah seorang pedagang besar yang dermawan. Ia tidak pernah menolak orang yang meminta atau mengecewakan orang yang berharap kepadanya.

Pada suatu hari Sayid Jabir datang ke kantor beliau di Khan Syath di tepi sungai Tigris, lalu mengemukakan maksudnya.

Sayid Jabir berkata kepada Syaikh Ibrahim, “Saya adalah tetangga anda, ayahku termasuk sahabat karib anda. Ketika wafat, ia berpesan jika saya ada keperluan atau ada kesulitan agar meminta bantuan anda. Sebagaimana anda ketahui bahwa pada tahun ini hasil panen tidak menguntungkan, tanah menjadi kering, hujan tidak turun dan kondisi semakin sulit.

Aku tak tahu bagaiamana cara mengatasinya. Aku telah berhutang kepada rentenir. Aku harus membayar hutangku tersebut, jika tidak maka rahasiaku akan terbongkar dan rival-rivalku akan tertawa melihatku. Hari ini aku mendatangi anda semoga anda sudi meminjamkan uang sebesar 500.000 dinar untuk membayar hutang yang melilit leherku kepada rentenir, membeli bibit dan untuk mengatasi urusanku. Aku berjanji akan membayar hutangku pada musim panen gandum di tahun depan.”

Syaikh berdiri ke brangkas uang yang ada di kantornya dan memberikan kepada Sayid Jabir lalu menuliskan jumlah uang tersebut dalam buku kas. Jabir mengucapkan rasa terima kasihnya atas pemberian itu dan meminta agar dituliskan dibuat surat promes (surat pengakuan hutang). Namun Syaikh berkata, “Terima kasih saya rasa tidak perlu, cukuplah Allah saksi antara engkau dan aku, Dia sebaik-baik Wakil dan sebaik-baik saksi.”

Satu tahun kemudian Syaikh Ibrahim meninggal dunia secara mendadak karena serangan jantung dengan meninggalkan seorang istri dan empat orang anak, yang sulung masih berusia 13 tahun. Istri beliau memeriksa buku-buku kas perdagangan suaminya yang dibantu oleh saudaranya yang profesinya sebagai seorang pengacara. Dari dalam buku tersebut si istri mengetahui secara rinci orang-orang yang berhutang kepada suaminya.

Hari-hari dan bulan terus berlalu setelah kematian suaminya, lalu ia mengirim utusan ke Sayid Jabir untuk menagih hutang suaminya. Tetapi Sayid Jabir mengingkari bahwa ia pernah berhutang kepada suaminya. Ia mengaku telah membayar hutang tersebut kepada suaminya. Mungkin suaminya lupa mencatat pembayaran tersebut di buku kas.

Kisah ini terdengar oleh orang banyak. Sebahagian mendengar bahwa Syaikh Ibrahim telah memberikan hutang kepada Sayid Jabir dan mereka katakan bahwa Sayid telah membayar hutang tersebut. Jika Sayid Jabir masih berhutang tentunya ia telah menunjukkan kepada ahli waris promes (surat pengakuan hutang) setelah Syaikh Ibrahim meninggal.

Dalam menanggapi masalah ini para tetangga terbagi menjadi dua kubu, kubu yang berpihak kepada ahli waris Syaikh Ibrahim yaitu mereka mengatakan bahwa beliau meminjamkan uang dengan mencukupkan hanya Allah sebagai saksi tanpa ada surat-surat perjanjian dan kubu yang membela Sayid Jabir, mereka katakan bahwa tidak mungkin Syaikh Ibrahim memberi sejumlah uang tanpa ada promes. Istri Syaikh Ibrahim meminta bantuan beberapa orang-orang shalih di lokasinya untuk membujuk agar Sayid Jabir mau membayar hutang tersebut. Namun ia tetap mengingkarinya dan tetap bersikeras serta menolaknya, seakan ia sebuah batu gunung yang keras.

Sebagaimana (di kalangan bangsa Arab-red) obat yang dijadikan pamungkas adalah ‘Kay’ (besi yang dipanaskan), demikian juga akhir perselisihan diputuskan melalui pengadilan. Perkara ini diangkat ke dewan hakim. Istri Syaikh Ibrahim mewakilkan perkara ini kepada saudaranya yang pengacara untuk melaporkannya kepada para hakim.

Pada hari persidangan, si tertuduh hadir di depan pengadilan, lalu menyerahkan urusan ini kepada Hakim al-Ustadz (…) yang menceritakan secara rinci kepadaku kisah tersebut. Di antara yang ia katakan, “Aku sangat yakin bahwa Sayid Jabir pernah berhutang kepada Syaikh Ibrahim sebanyak itu. Namun aku tidak punya bukti sama sekali selain buku kas yang mencantumkan uang yang telah dia pinjamkan kepada masyarakat. Hanya berupa bukti ini, tidak cukup kuat untuk dijadikan Sayid sebagai tertuduh.”

Sayid Jabir tidak mengingkari bahwa ia pernah berhutang dengan Syaikh Ibrahim, tetapi ia katakan bahwa ia sudah memulangkan hutang tersebut setahun setelahnya.

Salah seorang saksi mengatakan bahwa ia mendengar bahwa Sayid Jabir memuji Syaikh Ibrahim dan menyebutkan bahwa ia telah menyelamatkannya dari kemiskinan dan kefakiran dengan memberinya pinjaman uang dan menjadikan Allah sebagai saksi, namun saksi tersebut tidak menyebutkan jumlah uang yang dipinjam dan kapan ia mendengarnya dari Sayid Jabir.

Semua perkara ini seakan terbang di hembus angin. Aku berusaha menggiringnya agar mengakui hutang tersebut, namun dia dapat berkelit dalam memberikan jawaban.

Dalam menyelesaikan perkara seperti ini harus menggunakan kaidah, “Penuduh harus mendatangkan bukti dan sumpah bagi yang mengingkari.” Aku katakan kepada si tertuduh, “Apakah anda berani bersumpah dengan nama Allah bahwa anda punya hutang 500.000 dinar dengan Syaikh Ibrahim dan sudah anda bayar kepada Syaikh?”
Tertuduh menjawab, “Aku bersumpah atas nama Allah…”

Lalu ia memberikan sumpahnya. Kemudian sang hakim menetapkan bahwa Sayid Jabir tidak berhutang.

Tertuduh keluar dari persidangan dengan sombong seraya mengangkat kepala. Ia saat itu sangat bersemangat, gagah, sehat, kuat dan masih berusia muda. Ketika hendak meninggalkan persidangan bersama para hadirin, tiba-tiba aku mendengar suara gaduh dari ruang persidangan.

Aku bergegas keluar melihat apa gerangan yang sedang terjadi. Aku terkejut melihat si tertuduh yang tadi di hadapanku, yang sebelumnya dalam keadaan segar-bugar, bersemangat, masih muda dan gagah tiba-tiba tergeletak di lantai dengan mata terbelalak, mulut terbuka dan wajah menguning seolah-olah pohon busuk yang tumbang di atas tanah tidak mempunyai kekuatan apa pun. Orang-orang disekitarnya berbisik, “Ia telah mati.”

Istri Syaikh Ibrahim tinggal di dekat rumah. Dia masih mempunyai hubungan keluarga denganku dan aku ingin mendengar kisah tersebut darinya maka aku bertanya tentang berita tersebut. Di antara yang ia katakan, “Syaikh Ibrahim adalah seorang yang senang berbuat baik kepada masyarakat terutama kepada para tetangga beliau. Beliau meminjamkan uang kepada orang-orang yang membutuhkan dengan hanya mencatat hutang tersebut di buku pribadinya.

Aku pernah menyesali perbuatannya itu, namun ia berkata, ‘Harta ini milik Allah, dahulu aku fakir lalu Allah memberi aku kekayaan. Dahulu aku yatim kemudian Allah memberi aku perlindungan. Aku tidak akan menghardik anak yatim dan membentak si peminta.’ Biasanya ia mengakhiri ucapannya, ‘Wahai seandainya setiap kuburan mempunyai hutang kepadaku.’ Aku menyaksikan persidangan Sayid Jabir dan aku mendengar ucapannya dan aku tidak ragu bahwa Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Setelah terdakwa memberikan sumpahnya maka Hakim memutuskan bahwa ia tidak berhutang. Ketika tertuduh bersumpah, tubuhku merinding karena aku yakin sekali bahwa ia berbohong dan telah durhaka kepada Allah SWT. Pada saat itu aku bermunajat kepada Allah SWT, ‘Sesungguhnya Engkau mengetahui yang rahasia dan yang tersembunyi dan Engkau Maha Mengetahui ilmu-ilmu ghaib, jika Sayid Jabir berdusta dalam sumpahnya maka jadikanlah ia sebagai pelajaran bagi manusia… wahai yang Mahakuat dan Maha-perkasa. Si tertuduh keluar dari ruang sidang dan aku memperhatikannya namun beberapa langkah dari pintu ruang sidang ia jatuh dan mati.”

Sungguh Sayid telah selamat dari hukum dunia namun ia takkan selamat dari Hakim langit dan bumi. Tidak terjadi pertengkaran antara Sayid dan ahli waris Syaikh Ibrahim, bahkan yang terjadi antara dia dan Penguasa langit dan bumi.

Pada suatu malam di musim dingin, ketika udara dingin sangat menusuk disertai dengan curahan hujan, ketika orang-orang sudah beranjak ke peraduan dan udara dingin tidak membiarkan mereka menikmati kehangatan dan waktu istrahatnya, pada saat itu malam sudah larut dan gelap gulita tiba-tiba bel rumah Syaikh Ibrahim berdering terus menerus dengan kuat. Seo-rang wanita berpakaian hitam di temani seorang anak berusia enam tahun berada di pintu. Istri Syaikh Ibrahim membuka pintu tersebut untuk melihat siapa gerangan sang pengetuk pintu, ternyata ia adalah istri Sayid Jabir bersama anak tunggalnya.

Istri Sayid Jabir berkata kepada istri Syaikh Ibrahim, “Suamiku telah mengingkari bahwa ia berhutang kepada Syaikh Ibrahim, namun aku tahu ia berdusta. Aku telah mengharapkan padanya agar ia mau membayar hutang tersebut dan aku terus mendesaknya, namun tetap bersikeras melakukan kajahatannya itu.”

Dan sekarang suamiku telah membayar kedustaannya dengan harga yang sangat mahal. Inilah uang yang dulu pernah dipinjam suamiku dari suamimu.!!”

Lalu ia meletakkan kantong yang berisikan uang sebanyak 500.000 dinar lantas bergegas kembali ke rumahnya diikuti oleh anaknya tanpa mendengar sepatah katapun dari istri Syaikh Ibrahim. Istri Syaikh Ibrahim tercenung di pintu rumahnya melihat dua bayangan pergi hingga hilang di kegelapan. Ia pergi keperaduan sambil mendengar deraian air hujan dan hembusan angin.

Allah tidak lupa dengan semut hitam di bawah batu hitam… bagaimana mungkin Dia lupa denganmu wahai manusia. Tidakkah engkau membaca Firman Allah SWT (artinya), “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.” (Hud: 6).

Rasulullah SAW bersabda,“Sesungguhnya ruh suci berhembus di jiwaku bahwa setiap yang bernyawa tidak akan mati hingga ia memperoleh semua rizkinya.”

Sesungguhnya keyakinan terhadap Allah, beriman, bertauhid, bertawakal dan berbaik sangka kepada-Nya adalah jalan kebaikan dan kesejahteraan.

(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN Karya Muhammad Shalih al-Qahthani, seperti yang dinukilnya dari Kisah-kisah Su’ul Khatimah karya Manshur bin Nashir al-‘Iwaji, dengan perubahan seperlunya)

Posted 3 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with , ,

Orang Yang Pertama Kali Mati Syahid   Leave a comment


Sabar adalah salah sifat terpuji yang telah ditanamkan Islam kedalam hati para wanita mukminah dari kalangan para shahabiyat, dan menumbuhkannya dalam sanubari mereka, sehingga salah seorang diantara mereka pada saat menghadapi berbagai cobaan dan musibah bagaikan gunung yang kokoh tak bergerak, dan bagaikan singa di sarangnya, ia tidak takut dan tidak ragu.

Mereka telah mengalami berbagai siksaan lahir dan batin, mengalami sakit parah, kemiskinan yang mencekik, kehilangan orang-orang yang dicinati. Namun itu semua tidak menggoyahkan keimanan mereka, tidak membunuh semangat mereka, tidak menjadikan mereka berkeluh kesah, lemah dan gelisah.

Diantara shahabiyat yang mendapat anugerah tersebut adalah Sumaiyah, seorang wanita yang pertama kali mendapatkan syahid dalam Islam.

Kisahnya,….
Dalam ketegaran menghadapi siksaan, tampak sekali sikap Sumaiyah binti Khabbat, ibu Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu, sebagai contoh terdepan dan bukti yang sangat tepat dalam hal ini.

Abu Jahal, panglima kezhaliman memakaikan baju besi pada Sumaiyah, kemudian menjemurnya dibawah terik panas matahari yang membakar. Walaupun begitu ia bersabar dan mengharap pahala, ia tidak berharap sesuatu kecuali Allah dan Hari Akhir. Ketika sikap beliau ini mematahkan kesombongan Abu Jahal, dan mengobarkan kemarahan di hatinya, Abu Jahal melakukan apa yang dilakukan oleh para penguasa zhalim lagi jahat ketika tak mampu berbuat apa-apa. Karena ketegaran Sumaiyah radhiallahu ‘anha dalam agamanya, Abu Jahal mendekatinya, kemudian menusuknya dengan tombak hingga meninggal dunia.

Dalam kitab ‘Usdhu al-ghabah’, al-Hafizh Ibnu hajar mengatakan, “Abu Jahal menusuk sumaiyah dengan tombak yang ada ditangannya pada kemaluannya hingga meninggal dunia. Beliau adalah orang yang mati syahid pertama dalam Islam, beliau dibunuh sebelum hijrah, dan beliau termasuk diantara orang yang memperlihatkan keislamannya secara terang-terangan pada awal datangnya Islam.”

Ini adalah merupakan pelajaran bagi setiap mukminah yang diinginkan oleh orang-orang yang brbuat dosa untuk dicopot dari agamanya, hendaknya ia meneladani ketegaran, keteguhan dan kesabaran Sumaiyah. Semboyannya adalah perkataan Abu Athiyah:

“Bersabarlah dalam kebenaran, engkau akan merasakan manisnya
Kesabaran demi kebenaran terkadang harus melaluikepedihan”.

Hal ini juga menunjukkan bahwa sabar itu tidaklah ada batasnya, sampai Allah mendatangkan keputusan dan ketetapan-Nya.

Sumber: Durus min Hayat ash-Shahabiyat, karya Abdul Hamid bin Abdurrahman as-Suhaibani.

Posted 1 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with , ,

Seseorang Yang Tak Takut Mati   Leave a comment


Abdullah bin Rawahah radhiallahu anhu berkata : “Wahai Jiwaku, Bila Kau Tak Gugur di Medan Perang, Kau Tetap Akan Mati…”

Urwah bin az-Zubair berkata, “Ketika pasukan perang sudah siap untuk menuju Mu’tah, Abdullah bin Rawahah berkata, ‘Semoga Allah mencurahkan kebaikan pagi ini dan membela kalian.’ Kemudian mengucapkan bait-bait syair berikut ini:

Yang aku minta dari Allah Yang Rahman hanyalah ampunan
Dan memukul musuh sehingga dosaku diampuni
Atau tusukkan pedang di kota Haran
Yang dapat menembus jantung hati musuh
Mereka berkata saat melewati jasadku
Allah menunjukkan panglima itu untuk syahid.

Pasukan Islam terus berjalan sehingga tiba di wilayah Syam. Kemudian sampai berita di tengah-tengah kaum Muslimin bahwa Heraklius telah tiba di Balqa’ dengan 100. 000 pasukan tentara Romawi. Kabilah Arab Musta’ribah pun bergabung bersama mereka seperti kabilah Lakhm, Judzam, Balqain, Bahran dan Balya yang berjumlah 100.000 pasukan. Pasukan Muslimin bertahan selama dua hari untuk mengatur strategi perang.

Di antara para sahabat ada yang mengusulkan, “Kita menulis surat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memberi tahu tentang jumlah pasukan musuh.”

Abdullah bin Rawahah tidak setuju, beliau memberi semangat kepada kaum muslimin, “Demi Allah, wahai pasukanku, sadarilah kembali bahwa perjuangan yang tidak engkau sukai kali ini adalah perjuangan yang karenanya semula kalian ingin ikut serta. Ketahuilah, yang kalian cari adalah mati syahid. Kita memerangi musuh ini bukan berdasar bilangan tentara… kekuatan musuh ataupun banyaknya jumlah mereka… Kita memerangi mereka hanyalah karena mempertahankan agama ini yang dengannya Allah memuliakan kita… majulah… Pasti yang akan kita peroleh adalah salah satu dari dua kebaikan, kemenangan atau mati syahid …!!”

Kaum muslimin menyahut, “Sungguh, demi Allah, benarlah yang diserukan Ibnu Rawahah.” Demikianlah pasukan Islam terus menuju medan perang.

Terdapat riwayat dari Zaid bin Arqam dia berkata, “Aku salah satu anak yatim yang diasuh Abdullah bin Rawahah. Suatu hari beliau dalam perjalanan pernah memboncengkan aku dibelakang kudanya. Demi Allah, sepanjang perjalanan malam itu, aku mendengar beliau mengucapkan syair-syair seperti berikut,

‘Ketika aku siapkan bekal kepergianku untuk perang
Sejauh perjalanan 4 farsakh dari kota Hasa’
Sementara kamu bersenang-senang di sela kecaman
Aku tak peduli tidak akan kembali kepada keluarga
Kaum Muslimin enggan dan meninggalkan aku
Di wilayah Syam padang yang panas
Aku tidak butuh nasab dan kerabat
Kepada Allah putus segala kerabat
Di sana aku tidak butuh putik kurma
Juga kurma yang berguguran.’

Setelah aku mendengar syair-syair tersebut aku menangis. Kemudian Abdullah melempar aku dengan kerikil kecil dan berkata kepadaku, ‘Celaka kamu, apa salahnya aku berdoa kepada Allah agar memberiku syahid, sementara kamu pulang ke kaumku dengan membawa kuda ini’.”

Kembali kepada kisah di atas, setelah dua panglima pasukan muslimin menemui syahid, Abdullah bin Rawahah tampil menggantikan keduanya. Dia memposisikan dirinya sebagai panglima dan berusaha menenangkan diri setelah beberapa saat muncul keraguan, ketika itu dia berseru,

‘Aku bersumpah demi Allah,
Akan maju ke medan perang baik suka maupun tidak
Seluruh manusia telah siap bertempur
Tapi kenapa sepertinya engkau, wahai jiwaku, menolak Surga
Telah tiba kesempatan yang aku idamkan
Bukankah engkau ini hanya setetes saja dari lautan

Ibnu Rawahah melanjutkan syairnya, beliau berkata,

Wahai jiwaku,
Sekiranya engkau tidak gugur di medan perang, engkau tetap akan mati
Inilah merpati kematian telah menyambutmu
Apa yang kau idam-idamkan telah engkau peroleh
Jika engkau ikuti jejak keduanya (dua panglima sebelumnya)
Engkau beruntung sebagai panglima sejati
Jika engkau mundur pasti sengsara dan rugi.”

Ketika ia telah berada di tengah medan pertempuran, keponakannya datang membawa daging, sambil berkata, “Isilah perutmu dengan ini, karena sudah beberapa hari ini kondisimu memprihatinkan.” Kemudian ia mengambilnya lalu mengunyahnya. Tiba-tiba ia mendengar suara serangan yang hebat dari arah lain, ia berkata pada dirinya, “Engkau masih juga di dunia?” Lalu ia melemparkan daging itu dan mengambil pedangnya, untuk maju menyerang musuh sehingga terbunuh. Semoga Allah ridha kepadanya.

Sumber : Al-Hilyah, 1/118.

Posted 1 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with ,

Koruptor Wajib Dihukum Mati   Leave a comment


Budayawan dan jurnalis kawakan, almarhum Muchtar Lubis, pernah mengatakan korupsi sudah menjadi budaya bangsa sehingga sulit untuk diberantas. Pernyataan Muchtar Lubis tiga dasawarsa lalu itu sekarang masih sangat relevan, terkait dengan merebaknya kasus Bank Century (BC) yang merugikan negara hingga Rp 6,746 Triliun. Maka tidaklah mengherankan jika mantan Wapres Muhammad Jusuf Kalla, menyebut skandal perbankan itu sebagai perampokan terhadap uang negara oleh Robert Tantular, pemilik Bank Century.

Anehnya, perampokan itu justru dibantu dua pejabat tinggi keuangan yang saat ini masuk daftar hitam Pansus Hak Angket Bank Century, Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani. Pada waktu membantu Robert Tantular melakukan perampokan, Boediono masih menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI), sedangkan Sri Mulyani Menkeu merangkap Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Lebih mengherankan lagi adalah Boediono yang disebut Ketua DPP Partai Hanura Fuad Bawazier sebagai penjahat kambuhan kejahatan perbankan Indonesia itu, lebih dari satu dasawarsa lalu pernah berbuat serupa dengan membantu para konglomerat perampok bank dengan meloloskan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang merugikan negara sebesar Rp 650 Triliun, atau 100 kali lipat uang negara yang dirampok Robert Tantular. Maka tidaklah mengherankan jika skandal Bank Century disebut sebagai BLBI Jilid II.

Berikut ini wawancara dengan Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab seputar skandal Bank Century dan bagaimana pandangan Islam mengenai korupsi yang terus terjadi di Indonesia. Apa solusi Islam untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya.

Bagaimana menurut Habib Rizieq kelanjutan kasus Bank Century sekarang ini ?

Saya agak pesimis, karena kebanyakan politisi di DPR RI masih pemain lama. Adapun sejumlah pemain baru masih diragukan kwalitasnya, apalagi yang datang dari dunia selebritis. Ditambah lagi kekuatan koalisi pendukung pemerintah di parlemen masih cukup solid, sehingga DPR hanya menjadi corong penguasa.

Bagaimana jika dipandang dari sisi Syari’ah Islam ?

Rasulullah saw pernah memperingatkan bahwa umat terdahulu dibinasakan oleh Allah SWT karena mereka membiarkan pencurian yang dilakukan orang besar, sedang pencurian yang dilakukan orang kecil dihukum dengan berat. Bahkan Nabi saw dalam mereformasi hukum jahiliyyah tersebut bersumpah dengan nama Allah SWT bahwa putrinya yang mulia dan dicinta, Fathimah Az-Zahra ra, jika mencuri maka niscaya pasti beliau potong tangannya. Soal sanksi hukuman dalam Syariat Islam, jika pencuri biasa saja yang sekedar mencapai nishab pencurian sudah harus dipotong tangan, apalagi koruptor milyaran bahkan trilyunan rupiah, mereka harus dihukum mati.

Menurut Habib, kira-kira siapa saja aktor yang terlibat dalam kasus menghebohkan Indonesia ini ?

Yang pasti dua tokoh Neolib yaitu Wapres Budiono dan Menkeu Sri Mulyani terlibat. Soal sejauh mana keterlibatannya, dan bagaimana bentuk keterlibatannya, serta keterlibatan itu masuk katagori kebodohan atau kelicikan atau kejahatan perampokan atau lainnya, itulah yang secara hukum harus diperiksa oleh KPK, dan secara politik harus diselidiki oleh Pansus Hak Angket Bank Century serta mesti diselesaikan oleh DPR.

Jika para pejabat itu terlibat, bagaimana menurut Syariah Islam hukuman yang pantas bagi mereka ?

Siapapun yang terlibat, jika terbukti merampok uang negara wajib diseret ke pengadilan dan dihukum seberat-beratnya. Menurut saya, mereka harus dihukum mati agar menjadi pelajaran bagi semua pihak, sekaligus menjadi momentum pemberantasan korupsi secara tuntas di Indonesia.

Mengapa sejak dahulu korupsi sulit dibasmi di Indonesia ?

Karena tidak memakai Syariat Islam. Jika dari semula kasus pencurian kecil saja ditangani dengan Syariat Islam, dan pelakunya dipotong-tangan, maka mana berani orang korupsi besar-besaran. Disitulah hebat dan indahnya Syariat Islam, yaitu menangani kasus pencurian semenjak dini, stop pencurian kecil agar tidak menjadi pencurian besar.

Jadi, dengan Indonesia memakai hukum sipil buatan penjajah Belanda dan meninggalkan Syariat Islam, maka berarti memang sengaja korupsi itu dipelihara. Apalagi jika pembuat Undang-Undangnya banyak yang terlibat korupsi, mana mungkin koruptor membuat UU yang memberatkan mereka.

Apakah Pansus Hak Angket Bank Century bisa berujung pada impeachment terhadap Presiden SBY ?

Jika dalam penyelidikan ditemukan bukti keterlibatan Presiden SBY dalam bentuk kejahatan perampokan uang negara, mestinya bisa berujung pada impeachment terhadapnya. Bahkan bukan hanya SBY harus dilengserkan, tapi juga harus diseret ke meja hijau dan dihukum seberat-beratnya. Seperti saya katakan tadi, siapapun pelakunya, harus dihukum mati.

Keterlibatan SBY dalam kasus Bank Century mesti diteliti dengan cermat, karena SBY pernah meremehkan kasus Bank Century dengan mengatakan bahwa kasus Bank Century hanya dampak dari krisis global. Ini merupakan indikasi kuat menunjukkan kalau SBY ingin menutup-nutupi atau ingin melindungi para pelaku. Padahal kasus Bank Century bukan akibat krisis global tetapi krisis moral yang melahirkan para perampok brutal terhadap uang rakyat, yang telah menghancurkan perekonomian bangsa dan negara secara sistemik. Mereka adalah para teroris ekonomi !

Mengapa SBY tetap memilih Boediono sebagai Wapres, meskipun diindikasikan pernah terlibat dalam skandal BLBI tahun 1998 sebesar Rp 650 triliun dan skandal BC sekarang sebesar Rp 6,746 triliun ?

Ada empat kemungkinan. Pertama, karena pesanan neolib Amerika; kedua, karena kebodohan SBY; ketiga, karena kecelakaan; keempat, karena SBY sendiri memang terlibat.

Jika dibandingkan dengan Malaysia, mengapa negara jiran itu lebih bersih dari korupsi daripada Indonesia ?

Karena faktor kepemimpinan. Di Malaysia pemimpinnya tegas dan berani, sedang di Indonesia penakut dan pengecut. Buktinya, untuk membubarkan aliran sesat Ahmadiyah yang sudah nyata-nyata melanggar Perpres No. 1 Tahun 1965, KUHP Pasal 156a dan Fatwa MUI, SBY tidak berani. Bahkan menemui pendemo saja ketakutan, baik pendemo soal Ahmadiyah mau pun pendemu soal Bank Century. Bagaimana mau berantas korupsi ?!

Apakah KPK mampu memberantas korupsi di Indonesia ?

Mestinya mampu!. Tetapi KPK juga harus dibersihkan dulu dari oportunis dan petualang jalang yang suka memeras. KPK tidak boleh jadi alat politik, yang hanya dijadikan senjata untuk menakut-nakuti lawan politik pemerintah. KPK harus bersih, bermoral dan bermartabat, insya Allah KPK mampu berantas korupsi. Kalau KPK mau berkah dan lebih cepat berantas korupsi, ya mesti pakai Syariat Islam.

Bagaimana menurut Habib, solusi paling efektif untuk memberantas korupsi di Indonesia ?

Tegakkan Syariat Islam. Allahu Akbar !

Kalau kita lihat para pejabat yang korup, ternyata mereka juga rajin beribadah seperti sholat dan puasa. Mengapa hal itu bisa terjadi ?

Dalam surat Al-‘Ankabut ayat 45, Allah SWT menyatakan bahwa sholat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Firman Allah SWT pasti benar, sehingga pelaku sholat semestinya tidak lagi maksiyat, karen sholat adalah benteng.

Nah, jika ada orang sholat tapi tetap maksiyat, pasti ada yang tidak beres dengan sholatnya, mungkin kurang lengkap syarat dan rukunnya, kurang sempurna wudhunya, tidak ikhlas niatnya, tidak khusyu pelaksanaannya, tidak halal makanan, minuman dan pakaiannya atau dia “korupsi dalam sholat”. Rasulullah saw menyatakan bahwa orang yang sholat tanpa thumaninah adalah pencuri dalam sholat.

Begitu pula puasa, merupakan benteng dari hawa nafsu dan sifat rakus serta serakah. Dan sebagaiman sholat, puasa pun mesti dilaksanakan sesuai aturan syariat. Jadi, jika sholat dan puasanya tidak sesuai tuntunan Nabi saw, pantas saja tetap getol korupsi.

Kalau kita lihat apa yang dikatakan SBY selalu bertentangan dengan perbutannya ?

Saya ingat sebuah hadits shahih dari Rasulullah saw yang maknanya : “Ciri munafiq ada tiga ; jika bicara ia dusta, jika janji ia ingkari, jika diberi amanat ia khianat”.

Mengapa SBY tidak berani mencopot Sri Mulyani dan meminta Boediono lengser ?

Sesuai dengan jawaban saya tadi, mungkin karena tekanan Neolib Amerika, karena kebodohan SBY atau memang karena SBY benar ikut terlibat bersama mereka. Kalau karena kecelakaan, disini tidak mungkinlah.

Mengapa kelompok sekuler seperti Kompak seolah-olah paling keras menyuarakan kasus Bank Century dengan menggelar demonstrasi. Tetapi mengapa kelompok Islam seperti FPI seolah-oleh adem ayem saja ?

Tidak betul Ormas Islam adem ayem. KH Hasyim Ketua Umum PBNU dan Din Syamsuddin Ketua Umum PP Muhammadiyah, keduanya Pelopor Gerakan Anti Korupsi. Ada pun FPI dan berbagai Ormas Islam yang tergabung dalam FUI (Forum Umat Islam) telah bertahun-tahun dan berulangkali menyatakan sikap dan demo anti korupsi. Bahkan kami pernah membentuk Brigade Pemburu Koruptor (BPK), dan pernah juga Aksi Sejuta Umat Islam di depan Istana utk ganyang korupsi dan kolusi yang telah mengakibatkan kebangkrutan ekonomi, kenaikan harga BBM dan kebutuhan pokok, serta penguasaan asset negara oleh pihak asing.

Aksi itu semua jauh lebih besar secara kwalitas dan kwantitas dibanding aksi anti korupsi kelompok sekuler. Hanya saja media sekuler di Indonesia enggan untuk mempublikasikannya, sedangkan aksi kaum sekuler terlalu dibesar-besarkan. Misalnya, aksi kaum sekuler pada 9 Desember lalu sebetulnya sudah gembos dan gagal, tetapi terus mendapat tempat dalam pemberitaan yang di dramatisir.

Selain itu, demo kemarin sudah disusupi dan dikendalikan oleh kelompok sekuler. Di malam menjelang hari demo, salah seorang jubir kelompok sekuler menyatakan dalam satu dialog di sebuah TV swasta, bahwa Pak Amin Rais dan Pak Din hanya “Pendatang Baru”, lalu ia menolak pertanggungjawaban bailout Century ke Boediono dan Sri Mulyani.

Kenapa ? Pertama, karena mereka tidak mau acara demo itu didominasi oleh kelompok Islam. Kedua, mereka tadak mau agenda demo diarahkan untuk melengserkan Boediono dan Sri Mulyani, karena mereka semua seperguruan, sama-sama antek AS.

Sebenarnya agenda utama mereka bukan mengganti Tim Ekonomi Kabinet, karena sudah satu tim dengan mereka, yaitu Tim Neolib. Akan tetapi, yang mereka incar adalah pergantian Tim Hukum Kabinet, seperti Menteri Hukum dan HAM serta Jaksa Agung yang mereka anggap bukan tim mereka. Makanya, yang diangkat habis-habisan hanya isu korupsi dan kebobrokan lembaga hukum semata.

Jadi, mereka memperalat rakyat, pemuda dan mahasiswa untuk “bargaining” dengan SBY untuk kepentingan kelompok mereka, bukan untuk Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Itulah sebabnya, FPI dan FUI tidak ikut turun bersama mereka, karena kita tahu dan paham betul agenda busuk mereka.

Jadi, hanya segelintir Pemuda dan Mahasiswa serta kelompok Islam yang ikut demo kemarin ?

Saya yakin, para pemuda dan mahasiswa serta kelompok Islam yang ikut demo kemarin punya niat tulus dan ikhlas untuk pemberantasan korupsi, tidak seperti kaum sekuler yang hipokrit dan machiavellis. Karenanya, kami menyerukan para pemuda dan mahasiswa serta semua kelompok Islam agar terus berjuang memberantas korupsi hingga tuntas. Tapi kami juga menghimbau agar jangan sampai ditunggangi oleh kaum sekuler.

Mengapa selama 64 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia sulit mencari pemimpin yang amanah seperti Khalifah Umar bin Abdul Aziz ?

Karena proses pencarian pemimpinnya lewat Sistem Demokrasi Barat yang sudah rusak dan kadaluwarsa, bukan lewat Sistem Islam yang sempurna lagi baik. Dalam Sistem Demokrasi, satu orang satu suara dan suara terbanyak adalah penentu, sehingga suara ulama sama dengan suara pelacur, suara cendikiawan sama dengan suara orang bodoh, suara pejuang sama dengan suara pecundang. Selain itu, jual beli suara dan kursi serta jabatan dengan alasan koalisi atau bargaining politik lainnya, dalam Sistem Demokrasi adalah sudah lumrah dan biasa.

Nah, pemimpin yang lahir dari sistem bejat macam itu, mana mungkin berkualitas. Mana ada pemimpin bermutu datang dari pilihan pelacur, orang bodoh dan pecundang. Mana bisa pemimpin bagus muncul dari hasil jual beli suara dan kursi. Apalagi pemimpin sekaliber Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra, wah…wah..wah…mustahil lahir dari Sistem Thoghut.

Orang beriman yakin bahwa pemimpin yang baik hanya akan lahir dari sistem yang baik. Dan sistem yang baik itu hanyalah Sistem Islam, karena merupakan satu-satunya sistem yang diridhoi Allah SWT.

Bagaimana Konsep Islam tentang pemimpin yang amanah ?

Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang adil, jujur, tulus, ikhlas dan bertanggung-jawab. Rasulullah saw mengambarkan dalam hadits shahihnya bahwa salah satu golongan yang kelak akan mendapat naungan dan lindungan Allah SWT di Hari Pembalasan adalah Imam yang adil. Bahkan para Ulama Salaf meyakini bahwa keadilan Imam sesaat lebih afdhol daripada ibadah seribu tahun.

Rasulullah saw telah memberi kesuritauladanan yang sangat baik tantang keamanahan pemimpin. Sumpah Nabi saw untuk memotong tangan putrinya bila mencuri, adalah bentuk penegakan keadilan sekaligus sikap amanah dalam memimpin. Keamanahan Nabi saw telah menjadi sumber keamanahan para Khulafa sesudahnya. Pemimpin yang adil dan amanah adalah tonggak negara, pelindung kaum lemah, pembela kebenaran, penegak keadilan, penyebab rahmat dan keberkahan.

Apakah Indonesia perlu menjadi negara Islam seperti Saudi dan Iran yang menegakkan Hukum Islam secara kaffah. Lalu bagaimana nanti dengan minoritas non muslim ?

Indonesia tidak perlu jadi Saudi atau Iran, tapi Indonesia wajib menjadi Negara Islam dengan ciri ke Indonesiaan yang khas. Maksudnya, kewajiban pelaksanaan dan penerapan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya di bawah naungan NKRI, sebagaimana Amanat Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Dan ingat, bahwa sampai saat ini Piagam Jakarta masih tetap berlaku berdasarkan Dekrit Presiden RI, 5 Juli 1959.

Karena itulah, pemberlakuan Syariat Islam di Indonesia tidak bertentangan denggan landasan idiil maupun konstitusionil Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Dan pemberlakuan Syariat Islam di Indonesia bukan hanya boleh tetapi wajib, karena mayoritas bangsa ini adalah umat Islam yang harus tunduk dan patuh kepada syariatnya. Lagi pula, kalau hukum sipil buatan fafir Belanda boleh diberlakukan di Indonesia hingga kini, kenapa Hukum Islam tidak boleh ?!

Soal minoritas, justru akan dilindungi dengan Syariat Islam. Mereka bebas mendapatkan hak agama, pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, hukum dan politiknya. Mana ada ajaran dan agama apa pun di dunia yang memiliki konsep toleransi dan perlindungan terhadap minoritas sehebat dan sesempurna yang dimiliki Syariat Islam.

Apakah banyaknya Ormas Islam menjadi bukti perpecahan umat Islam. Mengapa Ormas Islam lebih mengedepankan Amar Makruf daripada Nahi Munkar dalam memerangi kemaksiyatan termasuk korupsi ?

Saya melihat bahwa keragaman Ormas Islam adalah Rahmat Ilahiyyah. Sebab tanpa kita sadari, melalui keragaman Ormas Islam telah terjadi pembagian peran dan tugas dalam perjuangan Islam. Lihat saja, kebesaran NU dalam pemberdayaan pondok pesantren tradisional, kehebatan Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan formal modern, kesuksesan ICMI dalam konstribusi kebijakan negara, kedahsyatan DDII dalam antisipasi pemurtadan, kegigihan Hidayatullah dalam dakwah di pedalaman, belum lagi peran Parpol Islam yang bermain dalam sistem.

Selanjutnya soal fatwa ada MUI, Nahi Munkar ada FPI, kerjasama antar Ormas Islam ada FUI, penegakan Khilafah ada DIN, penerapan Syariat ada KPPSI, advokasi ada TPM, Palestina ada KISPA, zakat ada BAZNAS, kaum lemah ada DD Republika dan soal korupsi ada barisan Pemuda dan Mahasiswa seperti PII, HMI, GPI dan KAMMI. Jadi, semua sudah ada lini juangnya, tinggal disinergikan saja. Semua itu adalah karunia Allah SWT. Alhamdulillah.

Setelah 64 tahun Indonesia dikuasai kelompok sekuler, bagaimana strateginya agar kelompok Islam berkuasa. Apakah melalui parpol, gerakan masa atau bagaimana ?

Medan juang Islam ada empat : Pertama, Dakwah yaitu mengajak ke jalan Allah SWT dengan sopan, santun, ramah, lembut, arif dan bijak agar menarik dan simpatik. Kedua, Amar Makruf yaitu menyuruh kebajikan sehingga mesti tegas agar dipatuhi, karena lebih bersifat instruktif. Ketiga, Nahi Munkar yaitu mencegah kemungkaran dengan keras karena bersifat konstruktif untuk merombak dan membangun buat perubahan. Keempat, Jihad yaitu perang di jalan Allah SWT utk membela agamanya dari segala gangguan, sehingga mesti sangat tegas dan sangat keras, karena bersifat defensif.

Jadi solusinya, ayo kita berjuang dengan Da’wah, Amar Ma’ruf, Nahi Munkar dan Jihad secara ikhlas dan istiqomah serta awakkal. Isilah medan juang yang sesuai dengan potensi yang kita miliki dan kemampuan yang kita punyai. Dan semua aktivis harus bersatu, karena dalam persatuan ada kekuatan. Allahu Akbar !(shodiq/suara-islam.com)

(Wawancara ini telah dimuat di Tabloid SUARA ISLAM edisi 80 tanggal 1 – 21 Muharram 1431 H / 18 Desember 2009 – 8 Januari 2010)

Posted 29 September 2010 by arraahmanmedia in Tidak Dikategorikan

Tagged with , ,