Archive for the ‘wanita’ Tag

Wanita Penyabar Meratapi Surga   Leave a comment


Dia adalah seorang shahabiyyat bernama Su’airah al-Asadiyyah atau yang dikenal dengan Ummu Zufar radhiyallohu’anha. Walau para ahli sejarah tak menulis perjalanan kehidupannya secara rinci, karena hampir semua kitab-kitab sejarah hanya mencantumkan sebuah hadits dalam biografinya, namun dengan keterangan yang sedikit itu kita dapat memetik banyak faedah, pelajaran, serta teladan yang agung dari wanita shalihah ini.

Su’airah al-Asadiyyah berasal dari Habsyah atau yang dikenal sekarang ini dengan Ethiopia. Seorang wanita yang berkulit hitam, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh ketulusan. Ia adalah perumpamaan cahaya dan bukti nyata dalam kesabaran, keyakinan dan keridhaan terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah, Rabb Pencipta Alam semesta ini. Dia adalah wanita yang datang dan berbicara langsung dengan pemimpin orang-orang yang ditimpa musibah dan imam bagi orang-orang yang sabar, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Dialog mereka berdua telah dimaktub dan dinukilkan di dalam kitab sunnah yang mulia. Telah diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab shahihnya dengan sanadnya dari ‘Atha’ bin Abi Rabah ia berkata, Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.”

Ia berkata, ”Wanita berkulit hitam ini (orangnya). Ia telah datang menemui Nabi shallallahu’alaihi wasallam lalu berkata:

“Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka tanpa disadari auratku terbuka. Do’akanlah supaya aku sembuh.” Rasululloh shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Jika engkau kuat bersabar, engkau akan memperoleh surga. Namun jika engkau ingin, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.”

Maka ia berkata:”Aku akan bersabar.” Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya aku (bila kambuh maka tanpa disadari auratku) terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka.” Maka Beliau shallallahu ’alaihi wasallam pun mendo’akannya. (HR Al-Bukhari 5652)

Perhatikanlah … betapa tingginya keimanan wanita ini. Ia berusaha menjaga hak-hak Allah dalam dirinya. Tak lupa pula mempelajari ilmu agama-Nya. Meski ditimpa penyakit, ia tidak putus asa akan rahmat Allah dan bersabar terhadap musibah yang menimpanya. Sebab ia mengetahui itu adalah sesuatu yang diwajibkan oleh Allah. Bahwasanya tak ada suatu musibah apapun yang diberikan kepada seorang mukmin yang sabar kecuali akan menjadi timbangan kebaikan baginya pada hari kiamat nanti.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“ Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan diberi pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar :10)

Di dalam musibah atau cobaan yang diberikan Allah kepada manusia terkandung hikmah yang agung, yang dengannya Allah ingin membersihkan hambanya dari dosa. Dengan keyakinan itulah Su’airah lebih mengutamakan akhirat daripada dunia, kerana apa yang ada disisi Allah lebih baik dan kekal. Dan Ketika diberikan pilihan kepadanya antara surga dan kesembuhan, maka ia lebih memilih surga yang abadi. Akan tetapi di samping itu, ia meminta kepada Rasululloh shallallahu ’alaihi wasallam untuk mendoakan agar auratnya tidak terbuka bila penyakitnya kambuh, karena ia adalah wanita yang telah terdidik dalam madrasah ‘iffah (penjagaan diri) dan kesucian, hasil didikan Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, dan menjaga hak Allah yang telah memerintahkan wanita muslimah untuk menjaga kehormatan dirinya dengan menutup aurat. Allah subhanahu wa ta’alla berfirman:

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (Qs An-Nur: 31)

Su’airah telah memberikan pelajaran penting bagi para wanita yang membuka auratnya, bahwa hendaknya mereka bersyukur kepada Allah ta’alla atas nikmat kesehatan yang telah dilimpahkan kepada mereka. Berpegang dengan hijab yang syar’i adalah jalan satu-satunya untuk menuju kemuliaan dan kemenangan hakiki, karena ia adalah mahkota kehormatannya. Dalam permintaannya, Su’airah hanya meminta agar penyakit yang membuatnya kehilangan kesadarannya itu tidak menjadi sebab terbukanya auratnya, padahal dalam keadaan itu pena telah diangkat darinya! Akan tetapi, ia tetap berpegang dengan hijab dan rasa malunya!

Betapa jauhnya perbandingan antara wanita yang pemalu dan penyabar ini dengan mereka yang telanjang yang tampil dilayar-layar kaca dan terpampang di koran dan majalah-majalah. Tak perlu kita mengambil contoh terlalu jauh sampai ke negara-negara barat sana. Cukuplah kita perhatikan di negara kita tercinta ini saja, banyak kita temukan wanita-wanita telanjang berlalu lalang dengan santainya di setiap lorong dan sudut kota, bahkan di kampung-kampung tanpa rasa malu sedikitpun. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah sebutkan perihal mereka ini dengan sabdanya:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“ Ada dua golongan penduduk neraka yang aku belum pernah melihat mereka: satu kaum yang memiliki cemeti seperti ekor sapi dimana mereka memecut manusia dengannya, dan kaum wanita yang berpakaian akan tetapi telanjang, genit dan menggoda, (rambut) kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Sungguh mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapati baunya, padahal bau surga bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian (jauhnya).” (HR Muslim 5704)

Mereka tak ubahnya seperti binatang yang kemana-mana tak berpakaian karena mereka memang tidak berakal! Keluarnya mereka telah merusak pandangan orang-orang yang berakal. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam juga bersabda tentang mereka:

الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَان

“Seorang wanita itu (seluruhnya) aurat. Apabila ia keluar (rumah) maka setan akan membuat mereka nampak indah di hadapan orang-orang yang memandanginya.” (HR Tirmidzi 1206, dishahihkan al-Albani dalam Shahihul Jami’ no 6690)

Dan sungguh semua itu bertolak belakang dengan fitrah manusia. Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)

“ Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka memiliki telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Qs Al A’raf :179)

Demikianlah sosok Su’airah al-Asadiyyah radhiyallahu’anha, wanita yang dipuji Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam akan kesabaran dan ‘iffah (penjagaan diri)nya. Semoga pelajaran agung yang telah diwariskannya dapat menjadi acuan bagi wanita muslimah menuju keridhaan Allah subhanahu wa ta’alla, dan menjadikan kita penghuni surga sebagaimana Su’airah, Aamiin.

***

(Muslimah.or.id)
Dikutip dari majalah Mawaddah Edisi 7 tahun ke-3

Sumber: Wanita Penyabar, Lebih Memilih Surga Daripada Meratapi Sakit

Artikel lainnya:

Posted 2 November 2010 by arraahmanmedia in khutbah

Tagged with , , ,

Lumpuh Karena Dendam Jin Wanita   Leave a comment


Ada seorang pemuda yang suka berfoya-foya dan bermain-main seperti umumnya para pemuda. Hal itu membuat ia tidak lagi mengenal sedikit pun ajaran agamanya.

Suatu hari, ia merasa putus asa dengan kehidupan ini, lalu nekad melakukan atraksi olahraga berbahaya karena ingin dianggap sebagai jagoan.

Tiba-tiba ia jatuh dari atas tembok ke tanah. Setelah kejadian itu, mendadak ia mengalami rasa sakit di kepalanya dan tidak mampu berjalan lagi alias lumpuh.

Kemudian keluarganya membawanya ke para dokter namun mereka mengatakan bahwa ia sehat wal ‘afiat, tidak ada satu gejala penyakit pun di seluruh anggota tubuhnya.

Keluarganya kemudian membawanya ke salah seorang Qari yang pandai membacakan ruqyah.

Setelah dibacakan kepadanya, diketahui bahwa ternyata ketika ia jatuh ke tanah tempo hari, mengenai seorang jin wanita sehingga menyakitinya dan membuatnya dendam terhadapnya.

Sang Qari mengulangi bacaan beberapa ayat ruqyah beberapa kali guna mengusir jin wanita itu dari jasad pemuda tersebut. Akhirnya, jin wanita itu pun keluar dan pemuda tersebut bisa berjalan kemballi. Ia pun bertobat dan memuji Allah SWT atas nikmat tersebut.

(SUMBER: asy-Syifaa’ Ba’da al-Maradh karya Ibrahim bin Abdullah al-Hazimy, hal. 30)

Posted 18 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Kisah-Teladan

Tagged with , ,

Mati Saat Berdandan   2 comments


Temanku berkata kepadaku, “Ketika perang teluk berlangsung, aku sedang berada di Mesir dan sebelum perang meletus, aku sudah terbiasa menguburkan mayat di Kuwait yang aku ketahui dari masyarakat setempat. Salah seorang familiku menghubungiku meminta agar menguburkan ibu mereka yang meninggal. Aku pergi ke pekuburan dan aku menunggu di tempat memandikan mayat.

Di sana aku melihat empat wanita berhijab bergegas meninggalkan tempat memandikan mayat tersebut. Aku tidak menanyakan sebab mereka keluar dari tempat itu karena memang bukan urusanku. Beberapa menit kemudian wanita yang memandikan mayat keluar dan memintaku agar menolongnya memandikan mayat tersebut. Aku katakan kepadanya, ‘Ini tidak boleh, karena tidak halal bagi seorang lelaki melihat aurat wanita.’ Tetapi ia mengemukakan alasannya bahwa jenazah wanita yang satu ini sangat besar.

Kemudian wanita itu kembali masuk dan memandikan mayat tersebut. Setelah selesai dikafankan, ia memanggil kami agar mayat tersebut diusung. Karena jenazah ini terlalu berat, kami berjumlah sebelas orang masuk ke dalam untuk mengangkatnya. Setelah sampai di lubang kuburan (kebiasaan penduduk Mesir membuat pekuburan seperti ruangan lalu dengan menggunakan tangga, mereka menurunkan mayat ke ruangan tersebut dan meletakkannya di dalamnya dengan tidak ditimbun).

Kami buka lubang masuknya dan kami turunkan dari pundak kami. Namun tiba-tiba jenazahnya terlepas dan terjatuh ke dalam dan tidak sempat kami tangkap kembali hingga aku mendengar dari gemeretak tulangnya yang patah ketika jenazah itu jatuh. Aku melihat ke dalam ternyata kain kafannya sedikit terbuka sehingga terlihat auratnya. Aku segera melompat ke jenazah dan menutup aurat tersebut.

Lalu dengan susah payah aku menyeretnya ke arah kiblat dan aku buka kafan di bagian mukanya. Aku melihat pemandangan yang aneh. Matanya terbe-lalak dan berwarna hitam. Aku menjadi takut dan segera memanjat ke atas dengan tidak menoleh ke belakang lagi.

Setelah sampai di apartemen, aku menghubungi salah seorang anak perempuan jenazah. Ia bersumpah agar aku menceritakan apa yang terjadi saat memasukkan jenazah ke dalam kuburan. Aku berusaha untuk mengelak, namun ia terus mendesakku hingga akhirnya terpaksa harus memberitahukannya. Ia berkata, “Ya Syaikh (panggilan yang sering diucapkan kepada seorang ustadz-red), ketika anda melihat kami bergegas keluar dikarenakan kami melihat wajah ibu kami menghitam, karena ibu kami tidak pernah sekalipun melaksanakan shalat dan meninggal dalam keadaan berdandan.”

Kisah nyata ini menegaskan bahwa Allah SWT menghendaki agar sebagian hamba-Nya melihat bekas Su’ul khatimah hamba-Nya yang durhaka agar menjadi pelajaran bagi yang masih hidup. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan pelajaran bagi orang-orang yang berakal.

(SUMBER: Serial Kisah Teladan karya Muhammad bin Shalih al-Qahthani, Juz 2 seperti yang dinukilnya dari Kisah-Kisah Nyata karya Abdul Hamid Jasim al-Bilaly, PENERBIT DARUL HAQ)

Posted 4 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with ,

Tangisan Wanita Yang Sangat Cantik   Leave a comment


Sa’dan menuturkan, bahwa suatu kaum memerintahkan kepada seorang wanita yang memiliki kecantikan yang mempesona untuk menggoda ar-Rabi’ bin Khaitsam dengan harapan wanita tersebut dapat menggodanya. Mereka menjanjikan hadiah kepadanya, “Jika kamu dapat melakukannya, kamu akan mendapatkan 1000 dirham.”

Kemudian ia memakai pakaian terbaiknya, dan memakai parfum paling wangi yang dimilikinya. Kemudian ia mencegatnya ketika keluar dari masjid tersebut. Ketika melihat wanita ini, ternyata wanita tersebut menakjubkannya. Wanita ini berjalan menuju kepadanya dalam ke-adaan bersolek. Ar-Rabi’ berkata kepadanya, ‘Bagaimana seandainya penyakit panas menimpamu lalu merubah apa yang aku lihat yaitu warna kulit dan kecantikanmu? Bagaimana seandainya Malaikat maut datang kepadamu untuk memutus tali yang kukuh (nyawa) darimu? Atau bagaimana seandainya malaikat Munkar dan Nakir bertanya kepadamu?’

Mendengar hal itu wanita ini berteriak histeris lalu jatuh pingsan. Demi Allah, ia sadar dan sangat giat beribadah kepada Rabbnya. Pada saat hari kematiannya, wanita ini seolah-olah kayu yang terbakar, karena rasa takut dan banyak beribadah seperti Qiyamul lail, puasa dan menangis.”

Aku banyak berharap dan berdoa kepada Allah SWT agar semua wanita yang telah disesatkan oleh setan bersegera untuk memanfaatkan kesempatan usia yang pendek ini, dan bertaubat kepada Allah SWT sebelum tiba hari penyesalan.

Posted 2 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with ,

Wanita Ahli Ibadah   Leave a comment


Ummu Ibrahim al-Bashariyyah, seorang wanita ahli ibadah. Dikisahkan bahwa di Bashrah terdapat para wanita ahli ibadah, di antaranya adalah Ummu Ibrahim al-Hasyimiyah. Ketika musuh menyusup ke kantong-kantong perbatasan wilayah Islam, maka orang-orang tergerak untuk berjihad di jalan Allah. Kemudian ‘Abdul Wahid bin Zaid al-Bashri berdiri di tengah orang-orang sambil berkhutbah untuk menganjurkan mereka berjihad. Ummu Ibrahim ini menghadiri majelisnya. ‘Abdul Wahid meneruskan pembicaraannya, kemudian menerangkan tentang bidadari. Dia menyebutkan pernyataan tentang bidadari, dan bersenandung untuk menyifatkan bidadari.

Gadis yang berjalan tenang dan berwibawa
Orang yang menyifatkan memperoleh apa yang diungkapkannya

Dia diciptakan dari segala sesuatu yang baik nan harum
Segala sifat jahat telah dienyahkan

Allah menghiasinya dengan wajah
yang berhimpun padanya sifat-sifat kecantikan yang luar biasa

Matanya bercelak demikian menggoda
Pipinya mencipratkan aroma kesturi

Lemah gemulai berjalan di atas jalannya
Seindah-indah yang dimiliki dan kegembiraan yang berbinar-binar

Apakah kau melihat peminangnya mendengarkannya
Ketika mengelilingkan piala dan bejana

Di taman yang elok yang kita dengar suaranya
Setiap kali angin menerpa taman itu, bau harumnya menyebar

Dia memanggilnya dengan cinta yang jujur
Hatinya terisi dengannya hingga melimpah

Wahai kekasih, aku tidak menginginkan selainnya
Dengan cincin tunangan sebagai pembukanya

Janganlah kau seperti orang yang bersungguh-sungguh ke puncak hajatnya
Kemudian setelah itu ia meninggalkannya

Tidak, orang yang lalai tidak akan bisa meminang wanita sepertiku
Yang meminang wanita sepertiku hanyalah orang yang merengek-rengek

Maka sebagian orang bergerak pada sebagian lainnya, dan majelis itu pun bergerak. Lalu Ummu Ibrahim menyeruak dari tengah orang-orang seraya berkata kepada ‘Abdul Wahid, “Wahai Abu ‘Ubaid, bukankah engkau tahu anakku, Ibrahim. Para pemuka Bashrah meminangnya untuk puteri-puteri mereka, tetapi aku memukulnya di hadapan mereka. Demi Allah, gadis (bidadari) ini mencengangkanku dan aku meridhainya menjadi pengantin untuk puteraku. Ulangi lagi apa yang engkau sebutkan tentang kecantikannya.” Mendengar hal itu ‘Abdul Wahid kembali menyifatkan bidadari, kemudian bersenandung:

Cahayanya mengeluarkan cahaya dari cahaya wajahnya
Senda guraunya seharum parfum dari parfum murni

Jika menginjakkan sandalnya di atas pasir gersang
niscaya seluruh penjuru menjadi menghijau dengan tanpa hujan

Jika engkau suka, tali yang mengikat pinggangnya
seperti ranting pohon Raihan yang berdaun hijau

Seandainya meludahkan air liurnya di lautan
niscaya penduduk merasakan segarnya meminum air lautan

Pandangan mata yang menipu nyaris melukai pipinya
Dengan luka keraguan hati dari luar kelopak mata

Orang-orang pun menjadi semakin gaduh, lalu Ummu Ibrahim maju seraya berkata kepada ‘Abdul Wahid, “Wahai Abu ‘Ubaid, demi Allah, gadis ini mencengangkanku dan aku meridhainya sebagai pengantin bagi puteraku. Apakah engkau sudi menikahkannya dengan gadis tersebut saat ini juga, dan engkau ambil maharnya dariku sebanyak 10.000 dinar, serta dia keluar bersamamu dalam peperangan ini; mudah-mudahan Allah mengarunikan syahadah (mati sebagai syahid) kepadanya, sehingga dia akan memberi syafa’at untukku dan untuk ayahnya pada hari Kiamat.” ‘Abdul Wahid berkata kepadanya, “Jika engkau melakukannya, niscaya engkau dan anakmu akan mendapatkan keberuntungan yang besar.” Kemudian ia memanggil puteranya, “Wahai Ibrahim!” Dia bergegas maju dari tengah orang-orang seraya mengatakan, “Aku penuhi panggilanmu, wahai ibu.” Ia mengatakan, “Wahai puteraku! Apakah engkau ridha dengan gadis (bidadari) ini sebagai isteri, dengan syarat engkau mengorbankan dirimu di jalan Allah dan tidak kembali dalam dosa-dosa?” Pemuda ini menjawab, “Ya, demi Allah wahai ibu, aku sangat ridha.” Sang ibu mengatakan, “Ya Allah, aku menjadikan-Mu sebagai saksi bahwa aku telah menikahkan anakku ini dengan gadis ini dengan pengorbanannya di jalan-Mu dan tidak kembali dalam dosa. Maka, terimalah dia dariku, wahai sebaik-baik Penyayang.” Kemudian ia pergi, lalu datang kembali dengan membawa 10.000 dinar seraya mengatakan, “Wahai Abu ‘Ubaid, ini adalah mahar gadis itu. Bersiaplah dengan mahar ini.” Abu ‘Ubaid pun menyiapkan para pejuang di jalan Allah. Sedangkan sang ibu pergi untuk membelikan kuda yang baik untuk puteranya dan menyiapkan senjata untuknya. Ketika ‘Abdul Wahid keluar, Ibrahim pun berangkat, sedangkan para pembaca al-Qur-an di sekitarnya membaca:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka …” [At-Taubah: 111]

Ketika sang ibu hendak berpisah dengan puteranya, maka ia menyerahkan kain kafan dan wangi-wangian kepadanya seraya mengatakan kepadanya, “Wahai anakku, jika engkau hendak bertemu musuh, maka pakailah kain kafan ini dan gunakan wangi-wangian ini. Janganlah Allah melihatmu dalam keadaan lemah di jalan-Nya.” Kemudian ia memeluk puteranya dan mencium keningnya seraya mengatakan, “Wahai anakku, Allah tidak mengumpulkan antara aku denganmu kecuali di hadapan-Nya pada hari Kiamat.”

‘Abdul Wahid berkata: “Ketika kami sampai di negeri musuh, terompet pun ditiup, dan orang-orang mulai berperang, maka Ibrahim berperang di barisan terdepan. Ia membunuh musuh dalam jumlah besar, kemudian mereka mengepungnya, lalu ia terbunuh.”

‘Abdul Wahid berkata: “Ketika kami hendak kembali ke Bashrah, aku berkata kepada Sahabat-Sahabatku, ‘Jangan menceritakan kepada Ummu Ibrahim tentang berita yang menimpa puteranya sampai aku mengabarkan kepadanya dengan sebaik-baik hiburan, agar ia tidak bersedih sehingga pahalanya hilang.’ Ketika kami sampai di Bashrah, orang-orang keluar untuk menyambut kami, dan Ummu Ibrahim keluar di tengah-tengah mereka.”

‘Abdul Wahid berkata: “Ketika dia memandangku, ia bertanya, ‘Wahai Abu ‘Ubaid, apakah hadiah dariku diterima sehingga aku diberi ucapan selamat, atau ditolak sehingga aku harus diberi belasungkawa?’ Aku menjawab, ‘Hadiahmu telah diterima. Sesungguhnya Ibrahim hidup bersama orang-orang yang hidup dalam keadaan diberi rizki (insya Allah).’ Maka ia pun tersungkur dalam keadaan bersujud kepada Allah karena bersyukur, dan mengatakan, ‘Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan dugaanku dan menerima ibadah dariku.’ Kemudian ia pergi. Keesokan harinya, ia datang ke masjid ‘Abdul Wahid lalu berseru, ‘Assalaamu ‘alaikum wahai Abu ‘Ubaid, ada kabar gembira untukmu.’ Dia mengatakan, ‘Engkau senantiasa memberi kabar gembira.’ Ia mengatakan kepadanya, ‘Tadi malam aku bermimpi melihat puteraku, Ibrahim, di sebuah taman yang indah. Di atasnya terdapat kubah hijau, dia berada di atas ranjang yang terbuat dari mutiara, dan kepalanya memakai mahkota. Dia berucap, ‘Wahai ibu, bergembiralah. Sebab, maharnya telah diterima dan aku bersanding dengan pengantin wanita.’” [1]

Mereka itulah para ibu kita terdahulu, bintang-bintang malam di langit kebesaran dan cahaya yang indah di kening tekad yang menggebu. Itulah sedikit dari pembicaraan tentang jihad mereka yang tidak membiarkan seseorang mengatakan “konon”, tidak memberikan kesempatan kepada orang yang sombong yang menjadi saksi salah satu rahasia kekuatan terbesar, yang menyebabkan bangsa Arab yang “ummi” menjadi sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia. Itulah jiwa yang diberi celupan oleh Allah dengan rahmat-Nya, menyiraminya dari hikmah-Nya, menciptakannya untuk mendidik prajurit-Nya, serta menyiapkannya untuk menyucikan (makhluk) ciptaan-Nya.

Kesejahteraan atas para manusia
Karena terbebas dari segala aib dan dosa.
[2]

Ini adalah kisah-kisah yang berisikan ibrah (pelajaran berharga), penulis kemukakan di sini agar para wanita kita membacanya dan belajar dari generasi pertama; bagaimana mereka menjadi isteri, dan bagaimana mereka bersabar terhadap ketentuan Allah dan tidak bersedih.

Juga agar mereka dapat belajar dari biografi mereka dalam berjihad; betapa banyak mereka mengaitkan hati mereka kepada Allah, tidak kepada dunia berikut perhiasannya yang hina. Demikian pula agar mereka melihat bagaimana wanita membantu suami dan anaknya untuk mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adakah jalan untuk kembali, dan adakah (kesempatan) kembali kepada agama kita?

[Disalin dari kitab Isyratun Nisaa Minal Alif Ilal Yaa, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Nikah Dari A Sampai Z, Penulis Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, Penterjemah Ahmad Saikhu, Penerbit Pustaka Ibnu Katsair]
__________

Foote Note
[1]. Audatul Hijaab (II/211), dan penulis menisbatkannya kepada ringkasan kitab Fakaahatul Azwaaq min Masyaari’il Asywaaq ilaa Mashaari’il ‘Isyaaq… (hal. 26-29).
[2]. Audatul Hijaab (II/561).

Posted 1 Oktober 2010 by arraahmanmedia in Islami, Kisah-Kisah

Tagged with

Ummu Kultsum – Wanita Yang Membawa 2 Unta   Leave a comment


Siang itu di kota Mekah panasnya begitu terik. Ummu Kultsum berjalan sambil menundukkan kepala untuk melindungi matanya dari debu yang mengepul. Dia hendak berbelanja keperluan sehari-harinya di pasar.

Tiba-tiba dia dikejutkan oleh kerumunan orang-orang yang sedang memukuli seorang pria.
“Dasar pengikut Muhammad, berani-beraninya kau berkeliaran di kota ini,” kata salah seorang dari kerumunan itu sambil menghujamkan kakinya ke dada pria malang tersebut.
“Laa…ilaha illallaah…!” ucap pria malang itu.
“Hey! Kembalilah pada Tuhan kami Lata dan Uza, maka kami akan mengampunimu!”
“Demi Alloh sekalipun kalian membunuhku, aku hanya akan menyembah Alloh! Laa…ilaha illallaah!” kata pria itu.

Maka pukulan dan tendangan pun kembali menderanya. Ummu Kultsum tidak kuasa melihat kejadian itu. Dia pun memanjatkan doa:
“Ya Alloh, berilah kekuatan kepada pria malang ini. Semoga Engkau melindunginya!”
Kemudian karena tidak tahan, Ummi Kultsum pun cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut.

Beberapa hari kemudian Ummu Kultsum kembali bertemu dengan pria yang dianiaya tersebut. Dia lalu mendekatinya.
“Wahai insan yang dilindungi Alloh! Mengapa kau tidak ikut berhijrah ke Madinah bersama Rasulullah saw? Sementara orang-orang di kota ini tidak akan membiarkan kau menyembah Alloh?” tanya Ummu Kultsum.
Pria itu menatapnya dengan heran, “Apakah kau seorang muslimah?”
“Ya, saya juga pengikut Muhammad!” jawab Ummu Kultsum.
“Sebenarnya saya ingin pergi ke Madinah. Tapi aku hanyalah orang miskin. Aku tidak punya unta untuk membawaku ke sana. Sedangkan untuk berjalan kaki, aku pasti tidak sanggup. Kau tahu kan, jarak Mekah ke Madinah begitu jauh!” katanya.
“Aku memiliki dua ekor unta. Aku akan memberikannya satu untukmu. Asalkan aku boleh ikut berhijrah ke Madinah!” kata Ummu Kultsum.
“Subhanallah! Terima kasih atas pertolongan-Mu ya Alloh!” ujar pria itu dengan terharu. “Lalu kapan kita akan berangkat dan dimana kita akan bertemu! Sungguh berbahaya bagimu seandainya keluargamu tahu tentang hal ini.”
“Aku akan menemuimu tengah malam nanti di Bani Tan’im” kata Ummu Kultsum sambil cepat-cepat meninggalkan pria itu.

Malamnya, pria itu menunggu dengan tidak sabar kedatangan Ummu Kultsum. Kemudian dilihatnya dua ekor unta yang dituntun seorang wanita berjalan menuju ke arahnya. Dengan gembira dihampiinya wanita itu yang ternyata adalah Ummu Kultsum.
“Alhamdulillah, ternyata Alloh melindungimu,” ucapnya lega.
Mereka bergegas menaiki untanya dan memulai perjalanan mereka ke Madinah.

Sementara itu Imarah dan Walid kakak dari Ummu Kultsum , terkejut ketika keesokan harinya mereka menemukan kamar tidur adiknya telah kosong. Mereka mencarinya kemana-mana, namun hingga siang hari pun adik mereka tidak ditemukannya.
Seseorang berkata: “Wahai Imarah, bukankah adikmu telah pergi menyusul Muhammad ke Madinah?”
“Tidak mungkin!” pikir mereka. “Apakah adikku sudah mengikuti agama Muhammad? Kalau begitu kita harus segera mengejarnya! Kita harus menyeretnya pulang! Jangan sampai dia tiba di Madinah.”
Mereka berdua segera memacu kuda mereka menuju Madinah.

Sementara itu Ummu Kultsum dan pria tersebut telah tiba di Madinah dan disambut dengan baik oleh Rasulullah saw. Namun kegembiraan itu terusik ketika kedua kaka Ummu Kultsum tiba dan dengan marah meminta supaya Rasulullah saw menyerahkan adik mereka.
“Wahai Rasulullah, janganlah kau serahkan aku kepada mereka. Sesungguhnya aku telah memeluk agama Islam sedangkan mereka belum,” pinta Ummu Kultsum.
Sejenak Rasul ragu karena menurut perjanjian Hudaibiyah, orang-orang yang berhijrah harus dikembalikan. Sementara pantang bagi Rasulullah saw untuk mengingkari janji. Itulah memang seharusnya akhlak seorang Muslim.

Kemudian turunlah wahyu Alloh:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu permpuan-permpuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka, Alloh telah mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang yang tidak beriman kepada-KU. Mereka tidak halal baginya dan orang-orang yang tidak beriman itu tidak halal bagi mereka.
Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu untuk mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan jangalha kamu tetap berpegang pada tali perkawinan dengan perempuan-perempuan yang tidak beriman, maka hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar, dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar.
Demikianlah hukum Alloh yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (al – Mumtahanah; 10)

Rasululloh berpaling kepada Ummu Kultsum dan bertanya, “Wahai Ummu Kultsum, apakah benar hijrahmu ke Madinah ini karena engkau mencintai Alloh dan Rasul-Nya?”
“Benar, ya Rasulullah!” jawab Ummu Kultsum.
“Apakah hijrahmu ini bukan karena cintamu kepada harta dan keluargamu?” tanya Rasululloh lagi.
“Benar, ya Rasulullah!” jawab Ummu Kultsum.
Rasululloh menganggukan kepalanya dan berkata kepada Imarah, ”Wahai Imarah, saya tidak akan mengembalikan Ummu Kultsum kepadamu. Dia sudah memilih Alloh dan Rasul-Nya!”

Maka kedua kakak Ummu Kultsum kembali ke Mekah semntara Ummu Kultsum tetap tinggal di Madinah bersama para Muslimah lainnya.

Kembali ke Kisah Teladan Islami


Artikel lainnya :

Posted 29 September 2010 by arraahmanmedia in Kisah-Kisah, Zaman-Rasulullah

Tagged with ,

Khadijah Tul Kubrah Binti Khuwaylid   Leave a comment


Sayyidah At-Tahirah

Khadijah hadir di masa bangsa arab di Mekkah memandang rendah kaum wanita. Kala dimana bayi-bayi perempuan dikubur hidup-hidup karena merasa malu. Namun Khadijah seolah membuat kelu lidah para pemuka Arab karena keunggulan sifatnya. Ia menampung bayi-bayi perempuan kecil yang tidak diinginkan ayahnya, mendidiknya dan menjadikan mereka bidadari-bidadari penghias dunia. Karena keikhlasannya, tutur katanya yang santun dan ketegasan sikapnya, masyarakat Mekkah menjulukinya Sayyidah at-Tahirah (si wanita yang suci) dan ada juga yang memanggilnya Sayyidah Nisa’I Quraisy (pemimpin wanita Quraisy).

Khadijah ra berasal dari keluarga bangsawan. Nasabnya berawal dari Qushay yang merupakan keturunan Ismail. Ayahnya adalah Khuwailid binti Asad bin Abdul Uzza bin Qushay.yang merupakan salah satu pemimpin terkemuka sebelum ia meninggal dalam peperangan. Ayahnya adalah orang yang mempertahankan Hajar Aswad dari agresi raja Tubba di Yaman. Sepupunya Waraqah bin Naufal, salah satu cendikia yang hanif dan mengetahui banyak hal. Ia mempelajari semua kitab baik Taurat maupun Injil dan berguru pada orang-orang bijak. Dia mengetahui kebenaran yang diceritakan oleh Musa AS maupun Isa AS bahwa akan datang Nabi terakhir di akhir zaman dan mengetahui ciri-ciri dari Nabi terakhir tersebut. Ia menolak menyembah berhala seperti yang dilakukan kaumnya.

Dua suaminya telah meninggal lebih dulu dan masing-masing memberinya seorang putri yang diberi nama sama yaitu Hindun. Hindun yang pertama menjadi pencerita sejarah perkembangan Islam yang piawai. Sedangkan Hindun yang kedua adalah salah seorang sahabat Rasulullah.

Sang Pengusaha

Khadijah mewarisi harta yang sangat banyak baik dari keluarganya maupun dari suaminya. Ia sangat pandai berbisnis. Bahkan dikatakan bahwa sekali ia memberangkatkan rombongan yang membawa dagangannya, setara dengan jumlah barang dagangan yang dibawa oleh seluruh pedagang Quraisy lainnya. Ia dijuluki memiliki “sentuhan emas”, karena kemampuannya mengorganisasikan bisnisnya sehingga kafilahnya selalu pulang dengan membawa untung yang berlipat.

Para kafilah yang dipilih Khadijah membawa aneka barang khas Mekkah seperti kain, sulaman, jubah, selimut, ikat pinggang dan lain-lain. Juga menjadi distributor barang-barang dari para pedagang Yaman. Selain juga membawa kuda-kuda Arab yang tangguh untuk dijual kepada para prajurit. Tak kurang dari seribu unta yang membawa barang dagangannya setiap kali rombongan kafilahnya berangkat.

Mengelola bisnis yang begitu besar bukanlah hal yang mudah. Terbukti saudara-saudara Khadijah yang lain yang sama-sama mewarisi harta keluarganya tidak seberuntung Khadijah. Tapi area bisnis Khadijah meliputi Mekah hingga ke negeri Syam. Hal itu tidak luput dari kepiawaiannya menentukan pemimpin kafilah yang membawa barang dagangannya. Menentukan pemimpin kafilah tidaklah mudah. Ia harus seorang yang jujur dan terpercaya karena akan membawa barang dagangan untuk waktu yang lama. Ia juga harus memiliki indra keenam untuk menentukan cuaca dan menjamin kecukupan perbekalan selama perjalanan. Harus bisa mengamankan barang dagangan dari para perampok yang menghadang mereka. Ia juga harus pandai menyemangati kelompoknya sehingga tetap semangat hingga tujuan.Dan Khadijah tidak pernah meleset dalam memilih pemimpin kafilahnya. Sungguh wanita yang luar biasa.

Memilih Suami yang tepat

Sebagai wanita terkemuka, Khadijah diinginkan oleh banyak pemuka Quraisy. Selain itu meski usianya telah menginjak usia 40, namun kecantikannya tidaklah pudar dari wajahnya. Semakin banyaklah lamaran yang ia terima. Namun Khadijah belum juga menentukan pilihan pada siapapun.

Suatu hari ia mendengar seorang pegawai kepercayaannya, Maisarah, yang ikut dalam rombongan kafilah menceritakan seorang pemuda yang menurutnya memiliki sifat yang istimewa. Pemuda itu bernama Muhammad (SAW), dan ia ikut dalam rombongan kafilah yang membawa barang dagangan Khadijah. Menurutnya cara berdagang Muhammad (SAW) berbeda dengan para pedagang lainnya. Ia sangat jujur, tidak pernah memanipulasi harga barang dagangannya dan tidak pernah menyembunyikan keuntungan yang diperolehya. Di sela-sela kesibukannya, ia masih bisa menyempatkan diri untuk merenung dan bertafakur. Dan yang lebih mengherankan, ia selalu memperoleh keuntunganyang besar bahkan sangat besar dari barang yang didagangkannya.

Mendengar reputasinya, Khadijah merasa tertarik kepada pemuda luar biasa itu. Bukan karena kemudaan dan kegagahannya, tapi lebih kepada sifatnya. Maka ia sering meminta Maisarah untuk selalu menceritakan kisah-kisah pemuda yang semakin dirindukannya. Ia pun sering menceritakan isi hati dan harapannya kepada sahabatnya Nafisah, bisakah pemuda yang telah menawan hatinya menjadi miliknya. Akhirnya lagu cintanya terdengar oleh paman Nabi, Abu Thalib. Dan restupun segera datang. Tidak lama kemudian Khadijah pun menikah dengan Nabi yang saat itu berusia 25 tahun.

Ummu Muslimin

Selama 15 tahun mereka hidup bersama dan bahagia. Dari Khadijah, Nabi mendapatkan beberapa keturunan. Putra pertamanya yang diberi nama Qasim, meninggal saat usianya 2 tahun. Dua putra lainnya yaitu Tayyib dan Tahir juga meninggal saat mereka masih kecil. Namun 4 putri mereka; Zaynab, Ruqayya, Ummi Kultsum dan Fatimah tumbuh besar bersama mereka.

Ia begitu mencintai dan menghormati suaminya. Kekayaan yang dimilikinya tidaklah membuatnya besar kepala ataupun merasa lebih. Ia menempatkan suaminya sebagai pemimpin keluarga yang wajib ditaati. Dan ia begitu mempercayainya. Khadijahlah wanita pertama dan orang pertama yang menyatakan kesaksiannya dan masuk Islam. Tanpa ragu ia menafkahkan seluruh hartanya untuk membiayai syiar Islam. Tak sedikitpun harta yang tersisa bahkan untuk Fatimah, satu-satunya putri mereka yang tetap hidup hingga akhir kepemimpinan Nabi.
Tidak pernah sedikit pun ia meragukan pernyataan Nabi yang dijuluki Al-Amin (yang dapat dipercaya) seperti ketika Nabi mendapatkan wahyunya yang pertama.

Turunnya Wahyu Pertama

Sudah menjadi kebiasaan Nabi untuk menghabiskan bulan Ramadhan dengan menyepi dan merenung di sebuah gua di gunung Hiro di luar kota Mekah. Dan Khadijah dengan cermat mebekalinya dengan makanan dan minuman yang cukup untuk sebulan.

Di suatu malam di bulan Ramadhan, ketika Nabi berusia 40 tahun dan Khadijah 55 tahun, tiba-tiba Nabi pulang ke rumah dalam keadaan menggigil. Dengan suara gemetar ia berkata kepada Khadijah, “Selimuti aku! Selimuti aku!”

Khadijah terkejut melihat keadaan Nabi. Secepatnya ia menyambar selembar selimut dan menyelimutinya. Setelah Nabi terlihat lebih tenang, ia pun bertanya tentang apa yang telah menimpanya. Lalu nabi bercerita bahwa ketika ia tertidur ada suatu makhluk yang belum pernah ia lihat sebelumnya datang kepadanya (sebenarnya makhluk itu adalah malaikat Jibril) dan berkata; ‘Bacalah!’
“Tapi aku tidak bisa membaca,” kata Nabi. Nabi memang seorang yang ummi yaitu tidak bisa membaca dan menulis.
“Baca!” kata Jibril sambil menepuk dada Nabi.
“Aku tidak bisa membaca,” ulang Nabi.
“Baca!” kata Jibril sambil memeluk Nabi.
“Apa yang harus kubaca?” tanya Nabi putus asa.
Lalu Jibril berkata:

Bacalah dengan nama Alloh Yang Maha Pencipta, yang menciptakan manusia dari segumpal daging. Bacalah dengan nama Alloh Yang Maha Kuasa, yang mengajarkan manusia dengan kalam, dan mengajarkan manusia apa-apa yang tidak diketahuinya. (Quran 96:1-5).

Lalu Nabi terbangun dengan sangat ketakutan dan semakin ketakutan saat ia melihat bahwa Jibril masih ada di hadapannya. Ia pun berlari keluar gua. Namun kemanapun ia memalingkan muka, Jibril selalu tampak di hadapannya.
“Hai Muhammad,Kau adalah utusan Alloh dan aku adalah Jibril,” kata Jibril sesaat sebelum ia menghilang.
Nabi segera berlari menuruni gunung secepat yang ia bisa, takut bahwa jika ia telah gila atau telah dikuasai jin.

Setelah mendengar pernyataan suaminya, Khadijah segera menenangkannya. Ia sangat yakin bahwa suaminya tidak gila atapun sedang dikuasai oleh jin.
“Jangan khawatir,” katanya. “Demi Dia yang menguasai jiwa Khadijah, aku berharap bahwa kau adalah Nabi bangsa ini. Alloh tidak akan merendahkanmu karena engkau selalu berbuat baik pada keluargamu, selalu berkata benar, selalu menolong orang yang membutuhkan, engkau selalu memberi makan tamu-tamumu dan engkau selalu datang jika ada orang yang kesusahan.”

Esoknya saat perasaan Nabi telah membaik, ia mengajak Nabi untuk menemui sepupunya Waraqah ibnu Naufal dan menceritakan apa yang telah dialami suaminya.
“Peristiwa ini juga terjadi pada Musa AS ketika ia diangkat menjadi Rasul Alloh,” kata Waraqah yang saat itu sudah sangat tua dan rabun. “Aku berharap saat ini aku masih muda sehingga bisa menyaksikan saat mereka mengusirmu!”
“Apakah mereka akan mengusirku?” tanya Nabi.
“Ya tentu saja! Tidak akan ada orang mempercayai kata-katamu saat kau menyebarkan wahyu Alloh. Oh seandainya aku masih hidup hingga saat itu tiba. Aku bersumpah akan mendukungmu dengan segala dayaku. Biarkan aku menyentuh punggungmu…!” kata Waraqah.
Waraqah merasakan sebuah benjolan kecil yang teraba saat ia menyentuh punggung Nabi. Itu adalah salah satu tanda yang diketahuinya mengenai datangnya Nabi akhir zaman setelah Isa AS.
“Ini adalah tanda kenabian,” katanya. “Aku sangat yakin bahwa engkaulah Nabi terakhir seperti yang diceritakan dalam kitab Taurat dan Injil. Engkau juga utusan Alloh yang menerima wahyu dari malikat Jibril. Dialah makhluk yang mendatangimu.”
Sayang Waraqah terlebih dulu dipanggil Alloh SWT.

Tidak berapa lama Nabi diangkat menjadi Rasul dan diperintahkan untuk menyeru kaumnya agar hanya menyembah Alloh. Khadijah tanpa membuang waktu menyatakan keimanannya dengan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah utusan Alloh.

Wafatnya Khadijah

Tahun-tahun penuh kesulitan saat Nabi menyiarkan Islam, tidak menyurutkan cinta Khadijah. Ia dengan setia mendampinginya, menenangkannya dan dengan iklas membelanjakan hartanya di jalan Alloh. Ia memerdekakan para budak, menyantuni para fakir dan menyediakan penampungan bagi mereka.

Meskipun kaum Quraisy tidak segan-segan menyiksa siapapun yang meyakini agama Islam, namun jumlah kaum Muslimin di Mekkah pelan tapi pasti semakin bertambah. Keberhasilan perjuangan Nabi tidak terlepas dari keberadaan Abu Thalib, paman Nabi yang selalu melindunginya dan peranan Khadijah yang selalu mendampinginya. Namun hari itu pun datang ketika Khadijah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa di tahun yang sama dengan meninggalnya paman nabi Abu Thalib. Nabi sangat berduka. Ia menamakan tahun itu sebagai Tahun Kesedihan.

Nabi kehilangan cinta Khadijah, namun cintanya kepada istrinya itu tidak pernah surut meskipun di kemudian hari ia memiliki beberapa istri. Suatu hari Aisyah, istri ketiganya, bertanya apakah hanya Khadijah yang pantas mendapatkan cintanya. Nabi menjawab “Ia mempercayaiku saat orang lain tidak mempercayaiku. Ia menyatakan keimanannya saat orang lain menolakku. Dan ia menolongku saat tidak seorang pun mengulurkan tangannya.” Abu Hurairah menceritakan; ”Jibril pernah datang kepada Rasulullah ketika Khadijah masih hidup dan ia berkata “Wahai Rasululloh, Khadijah akan datang padamu dengan membawa semangkuk sup. Saat ia datang, berilah salam dari Alloh dan aku. Dan sampaikanlah kabar gembira dari surga untuknya dimana tidak ada kebisingan dan rasa letih.”

Khadijah binti Khuwailid meninggal di usianya yang ke 65. Ialah Ummu Muslimin pertama. Padanya Alloh menjanjikan surga. Dan semoga kesalihan dan keunggulan sifatnya bisa kita jadikan tauladan.

Posted 28 September 2010 by arraahmanmedia in Kisah-Kisah, Zaman-Rasulullah

Tagged with , , ,

Perhiasan Dunia   Leave a comment


Perhiasan Dunia

Wahai perhiasan dunia

Bagaimana keadaanmu saat ini?

Hidupmu penuh dosa

Engkau dijual

Ingat matahari itu

Mereka membawamu kepada kebaikan

Namun kau acuh kepadanya

Berlomba-lomba tampil sebagai yang terdepan

Tak tahu malu

Kan tampilkan keindahan dunia

Nerakalah tempat bagimu

Wahai wanita perhiasan dunia

Hak Cipta

[Luqman Abdurrahman Shaleh]

Posted 21 September 2010 by arraahmanmedia in Hak Cipta, Puisi

Tagged with ,

Wanita Sholehah Idaman Pemuda Sholehah   Leave a comment


Saat ini para wanita-wanita sudah meniru budaya-budaya orang kafir. Mereka kebanyakan melepas jilbab / kerudung yang mereka pakai dengan banyak berbagai alasan. Baik karena kepanasan, agar rambutnya yang bagus kelihatan dan masih banyak lagi. Sedangkan para wanita yang memakai jilbab mungkin juga tidak 100 % menginginkannya. Ada banyak alasan seperti karena banyak ketomobe, atau rambutrnya keriting dan masih banyak lagi.

الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 146

Rasulullah saw telah menjelaskan bagaimana seorang wanita agar menjadi wanita Islami yang di dambakan para pemuda alim yang gagah dan tampan (bukan hanya penampilan). Wanita yang sholehah senantiasa menutup aurat mereka dimana pun dan kapan pun kecuali disaat sedang membersihkan badan atau dengan kata lain sedang mandi. Wanita sholehah tidak akan memperlihatkan lekuk tubuhnya kecuali mereka memperlihatkan kepada seorang suami yang sah.

لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَاناً ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِيْنُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الآخِرَةِ

Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505)

Dalam sebuah riwayah menjelaskan bahwa. Wanita adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia yang harus di junjung tinggi kehormatannya. Namun perhiasan wanita saat ini sudah mulai ditampakkan dengan gaya-gaya yang telah di impor daro orang-orang kafir bangsa barat. Wanita yang muslimah sudah mulai kendor akhlaknya. Mereka tidak mempunyai harga diri dan rasa malu kepada Allah swt. Padahal siapa yang telah menciptakan mereka sebagai seorang perempuan? Siapa yang telah memberikan keindahan mereka? Dan siapa pula yang telah memberikan julukan kepada mereka bahwa mereka adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia? Allah swt. Allah swt. Allah swt. Maha Suci Allah swt yang telah memberikan berbagai nikmat kepada mereka.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pula bersabda:

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ. وَأَرْبَعٌ مِنَ الشّقَاءِ: الْجَارُ السّوءُ، وَاَلْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَركَبُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ.

Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)

Oleh karena itu, marilah para wanita muslim dengan kekuatan iman yang teguh. Pakailah jilbab / krudungmu, jagalah pandangan dan kemaluanmu, jangan perlihatkan perhiasanmu kecuali kepada suamimu yang sah, dan junjung tinggi derajatmu di mata Allah swt. Semoga semuanya terbebas dari api neraka yang mendidih.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)

Demikian pengetahuan yang kami berikan di waktu ini. Semoga para calon-calon suami yang sholeh mendapatkan istri yang sholehah atas izin Allah swt. Wassalamu’alaikum wr wb.

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأََرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)

Hak Cipta

[Luqman Abdurrahman Shaleh]

Posted 21 September 2010 by arraahmanmedia in Artikel, Hak Cipta, Remaja

Tagged with , ,